"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proses Barter
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore tatkala Queensha keluar dari bank. Jalanan ibukota sudah mulai terlihat macet di mana-mana. Namun, beruntungnya jalanan yang hendak dilalui oleh Queensha tidak terjadi kemacetan yang parah sehingga wanita itu bisa bergegeas menuju lokasi yang dituju.
"Ya Tuhan, semoga Mama Mia dan Lita tidak berbuat nekad. Mereka tidak melakukan sesuatu kepada putriku," gumam Queensha lirih.
Queensha menyesal karena terlambat menjemput Aurora di sekolah. Seandainya saja dia bergegas memesan ojek online saat mengetahui mobil yang ditumpanginya bermasalah, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Saat ini dia pasti sedang berduaan bersama anak sambungnya itu. Bermain dan membacakan buku dongeng sebelum si kecil berangkat sekolah TPA.
Sementara itu, di tempat Aurora disekap, tampak sepasang mantan suami istri tengah bercengkrama, sedangkan buah cinta mereka sedang menonton drama Cina yang baru saja rilis pada tahun 2023.
"Gila, ganteng banget. Andai gue punya pacar kayak dia, pasti semua orang bakalan iri ke gue. Secara nih cowok ganteng maksimal. Enggak kalah ganteng dari suaminya si Queensha," celetuk Lita sambil memandangi layar ponselnya dengan sorot mata penuh kekaguman. "Aah ... seharusnya gue yang jadi istrinya Dokter Ghani, bukan si Jal*ng itu."
"Gue yakin, Queensha pasti ngegoda Dokter Ghani hingga pria itu mau menikahinya. Kalau enggak, mana mungkin pria setampan dan setajir dia mau nikahin Kakak tiri gue yang murahan itu. Perempuan kotor yang rela menjual tubuhnya kepada lelaki hidung belang, enggak pantas jadi salah satu bagian dari keluarga Wijaya Kusuma."
Hingga detik ini baik Lita maupun Mia belum tahu jika kesucian Queensha terenggut disebabkan oleh sebuah kesalahan, bukan karena si wanita itu menukar mahkotanya demi sejumlah uang.
Ketika para orang dewasa sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Aurora masih menangis ketakutan berada di tengah orang-orang asing itu. Matanya yang bulat berubah kemerahan, sisa butiran air mata mengenang di sudut mata.
"Mama, tolongin Rora. Rora takut, Ma," ucap Aurora dengan suara tak jelas. Mulut gadis itu ditutup menggunakan sehelai kain sehingga suara apa pun yang bersumber darinya tak mudah didengar oleh siapa pun. Kendati begitu, cukup mengganggu konsentrasi Lita.
Merasa keseruannya diganggu seseorang, Lita bangkit dari kursi dan berdiri di sebelah Aurora. Membungkukan sedikit punggung kemudian berkata dengan nada tinggi. "Heh, Bocah sialan! Bisa enggak sih lo tuh diam. Berisik nih telinga gue dari tadi ngedengerin lo nangis mulu," bentak gadis itu. Mata melotot seakan ingin memakan Aurora hidup-hidup.
"Seharusnya tuh lo diam karena sebentar lagi Nyokap Tiri lo yang murahan dan bodoh itu datang ke sini sambil bawa uang tebusan bukan malah nangis. Buang-buang energi aja."
Mia dan Sarman yang mendengar ucapan Lita hanya menggelengkan kepala. Sejak kecil tabiat Lita memang buruk, tak pernah mau bersabar dan sering melakukan tindakan bodoh hingga tak jarang kedua orang tuanya yang ketiban sial akibat perbuatan gadis itu.
"Udahlah, Ta, jangan buang-buang energimu untuk memarahi Bocah Sialan itu! Enggak ada gunanya. Yang ada kamu capek sendiri. Mendingan kamu kembali nonton drama sambil menunggu Queensha datang. Barusan dia mengirim pesan dan mengatakan bahwa sebentar lagi sampai sini."
Sarman yang duduk di sebelah Mia ikut menimpali. "Yang dikatakan Mamamu benar, Nak. Terlalu berharga energi hanya untuk mengurusi suatu hal yang tak penting. Udah sana, nonton lagi."
Walaupun Sarman bukanlah suami yang baik bagi Mia, tetapi dia adalah sosok ayah yang baik versi Lita. Beberapa kali Sarman menolong putri tercinta di saat kesusahan. Namun, untuk urusan uang, dia tidak dapat membantu sebab dirinya pun hidup serba pas-pasan.
Lita mengalihkan pandangan dari gadis kecil di depannya ke arah sang ayah. "Enggak usah sok nasihatin aku deh. Ini semua terjadi karena kamu. Andai saja kamu punya perusahaan seperti Papa Gunawan, pasti saat ini hidupku enggak blangsat seperti sekarang. Saat ini aku pasti sedang di salon, melakukan perawatan tubuh bukan malah panas-panasan di gudang terbengkalai macam begini."
"Cukup, Lita! Kamu enggak pantas bicara begitu kepada Papamu. Bagaimanapun, dia adalah Papa kandungmu. Hormati dia. Ngerti!" tandas Mia tanpa mau dibantah. Kalau sudah begini. baik Lita maupun Sarman tidak ada yang berani membuka suara.
Akhirnya Lita kembali duduk di kursi semula. Meskipun bibirnya masih ingin berucap, tetapi melihat ekspresi wajah menakutkan sang mama, membuat gadis itu mengurungkan niatnya itu.
Beberapa menit kemudian, Queesha sudah tiba di sebuah gudang tempat Aurora disekap. Lokasi gudang itu tak jauh dari bekas pabrik milik sang papa. Suasana sekitar cukup sepi sebab tempatnya menjorok ke dalam, jauh dari keramaian ibukota.
"Pak, tolong tunggu di sini sebentar. Jika dalam kurun waktu satu jam tidak kembali, saya minta tolong Bapak panggilkan polisi," pinta Queensha sebelum turun dari mobil.
Pria yang duduk di balik kemudi menganggukan kepala sebagai jawaban. Dia menuruti semua perintah Queensha dengan baik.
Dengan menarik koper berisi lembaran uang ratusan ribu rupiah, Queensha mengayunkan kakinya yang jenjang menuju pintu masuk gudang tersebut. Sudah hapal betul bagaimana seluk beluk bangunan itu hingga dia tak perlu merasa khawatir akan tersesat di bangunan tua bekas bangunan belanda.
Di tengah perjalanan, telepon genggam Queensha berdering. Rupanya nomor Mia-lah yang menghubunginya. "Aku sudah sampai. Kalian di mana?"
Mia tersenyum smirk. "Kamu enggak bawa polisi, 'kan? Awas aja kalau kamu melibatkan polisi maka saya enggak segan-segan minta Sarman menghabisi anak tirimu," ancam wanita paruh baya itu sungguh-sungguh. Dia tak pernah bergurau dengan ucapannya.
"Aku enggak mungkin mengingkari kesepakatan kita. Cepat katakan ke mana harus kuayunkan kaki ini?" tanya Queensha tidak sabaran.
"Masuk aja lewat pintu belakang. Di sana akan ada Lita yang menyambut kedatanganmu. Nanti dia yang menunjukan jalan ke mana kamu harus menemui saya dan putrimu."
Dan benar saja. Saat Queensha berjalan menuju pintu belakang gudang, di sana sudah ada Lita yang berdiri angkuh sambil menatap sinis kepada kakak tirinya itu. Kedua wanita cantik dengan tinggi badan semampai saling memandang dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Nyali lo besar juga, Sha. Gue pikir lo bakal lapor polisi karena takut sama Mama dan Sarman. Enggak tahunya lo datang sendirian ke sini," ucap Lita sinis. Tak ada rasa empati sedikit pun dalam diri gadis itu kala melihat kakak tirinya dalam kesusahan. Dia justru bahagia di atas penderitaan Queensha.
"Jangan banyak omong! Buruan anterin aku ketemu Mama Mia dan Aurora sekarang juga!" kata Queensha tegas. Walaupun jantung wanita itu berdegup kencang dan keringat dingin mulai membasahi punggung, tetapi dia berusaha bersikap tenang di depan Lita. Tak mau jika dianggap lemah oleh orang-orang jahat itu.
Lita mendengkus kesal. "Bawel banget sih, lo!" Gadis cantik dengan tinggi badan 160 cm berjalan di depan Queensha dan kembali berkata, "Ikutin gue dan jangan coba-coba nyelakain gue kalau enggak mau Sarman mengangkat senjata tajamnya dan mengarahkannya ke tubuh anak lo."
Queensha tak menyahuti perkataan Lita. Dia memilih mengikuti adik tirinya itu sambil berdo'a semoga mereka bisa secepatnya keluar dari bangunan tersebut.
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔