seorang anak laki-laki bernama Mathias yang dikurung dalam sebuah rumah selama 10 tahun sejak umur 5 tahun sampai 15 tahun tanpa melihat dunia luar dan orang lain selain kakeknya yang memberinya makan setiap hari. Saat sudah berumur 15 tahun dan Mathias sudah bisa keluar dari rumahnya ia berencana berpetualang di dunia ini menjadi pengembara untuk berpetualang mencari sisi dunia terindah.
didunianya menyimpan banyak kekuatan, dan hal-hal lain yang belum pernah dijumpai Mathias, Mathias akan menjelajahi berbagai tempat unik dengan cerita setiap tempat masing-masing, akankah Mathias bisa mencapai tujuannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 (Redstone Bluff)
Saat aku dan Gleemo sudah sampai di dekat desa Redstone Bluff, kami melihat bangunan di desa ini kebanyakan terbuat dari kayu, desa yang tidak terlalu besar, tapi aku berencana merekrut seseorang disini. Aku dan Gleemo berkeliling sebentar, kami melihat para warga yang sibuk dengan tugas masing-masing, ada yang membaca koran, menyapu halaman, berkebun, dan berternak. Aku dan Gleemo mendekati salah satu istal, ada seorang peternak disana, kalau dilihat dia sepertinya koboi, umurnya tidak jauh berbeda denganku, di dalam istalnya ada dua kuda, aku tersenyum menyapa orang itu.
"halo."
"halo, kamu siapa?" jawabnya dengan suara sedikit serak
"perkenalkan namaku Mathias." aku menjulurkan tangan, mengajak berjabat tangan.
"senang bertemu denganmu Mathias, namaku Jasper."
Kemi berjabat tangan lalu melepasnya
"aku berencana menjadi petualang, apa kamu mau menjadi anggotaku?"
"ah... Sepertinya tidak dulu, aku juga harus mengurus kuda-kudaku disini."
"Baiklah, jika kamu berubah pikiran, temui aku ya."
"oke."
Aku dan Gleemo melanjutkan berkeliling, kami menemukan tempat makan dan... Eh, sepertinya kuda yang terikat di dekat tempat ini tidak asing, warnanya hitam. Aku dan Gleemo masuk ke dalan restoran ini, dan benar saja, seseorang yabg duduk di dekat meja kasir itu adalah pedagang tadi, masih mengenakan jubah. Aku mendekatinya, dia menatapku.
"oh, kamu yang tadi ya? Haha, maaf ya, tadi aku meninggalkanmu."
Aku duduk di sampingnya.
"iya, gapapa."
"ngomong-ngomong nak, kamu berasal dari desa atau kerajaan mana?" tanya pria itu.
"eh, aku tidak berasal dari desa atau kerajaan apapun, rumahku tidak masuk ke wilayah desa atau kerajaan manapun."
"oh... Ngomong ngomong, siapa namamu? Dan kenapa kamu berpetualang."
"namaku Mathias, aku berpetualang untuk menjelajahi dan mempelajari dunia ini."
"menarik sekali nak, kebanyakan petualang memiliki artefak tertentu yang diincar sebagai tujuan berpetualang. Tapi aku bisa memberitahumu tiga artefak mitos yang tersusah dicari agar kamu setidaknya memiliki arah kemana kamu akan pergi selanjutnya, apa kamu mau tahu nak?"
"tentu."
Lenggang sejenak menyisakan suara pelanggan lain yang sedang mengobrol.
"yang pertama, adalah peti Relic of Eternity, sebuah peti harta karun yang hanya bisa dibuka oleh kunci bernama Shard of Origins. Yang kedua, adalah patung kecil yang berbentuk ukiran penjaga air dan memiliki kekuatan yang bisa digunakan ketika digunakan oleh orang dengan niat murni, tapi bisa menghancurkan penggunanya jika berniat jahat, namanya Idol of the Shifting Tides. Yang ketiga, merupakan sebuah pedang yang bernama Eclipsefang, memiliki kekuatan membelah dimensi, dan kekuatan luar biasa lainnya, tapi bisa menguras banyak energi penggunanya. informasi ketiga artefak tersebut sangat terbatas, tidak diketahui itu memang artefak mitos atau asli, ada yang pernah mencari keseluruh penjuru dunia tapi tidak menemukannya, sepertinya hanya orang yang berusaha sangat keras dengan niat murni yang bisa menemukan petunjuknya."
Aku menyimak penjelasan pria itu dengan baik.
"terimakasih pak, itu informasi berharga."
"tidak masalah."
Ada seorang pelayan laki-laki yang mendekati kasir tempat kami.
"maaf membuat kalian berdua menunggu, ada yang kalian ingin pesan?" pelayan itu menyerahkan menu ke meja kasir.
"aku pesan nasi putih, ikan, dan air putih." pria itu berkata.
"dan kau?" eh, aku sebenarnya tidak berencana memesan, aku hanya ingin menemui pria ini, lagipula persediaan uangku terbatas, belum sempat aku menyebut pesananku (pasrah pada keadaan), pria itu sudah lebih dulu bicara.
"berikan dia satu porsi nasi goreng dan air putih, aku akan mentraktirnya."
"oke." kasir itu kembali ke dapur.
"kamu sebenarnya tidak perku melakukan itu pak."
"tidak apa, itu untuk permintaan maafku telah meninggalkanmu tadi pagi.
Sore juga mulai beranjak malam, aku dan pria itu menghabiskan porsi makan masing-masing ketika pesanannya sudah datang. Aku memikirkan artefak mitos yang disebutkan pria tadi, apakah benar mitos atau asli? Tapi sebenarnya, mencarinya juga pasti seru, karena begitu didapatkan akan menjadi hak mutlak karena sejauh penjelasan pria tadi, belum ada yang berhasil menemukan ketiganya.
Pria itu lebih dulu menghabiskan porsi makanannya, setelah itu dia membayar makananku dan dia. Pria itu sudah beranjak pergi, aku menatapnya dari kejauhan yang sudah hampir tiba di pintu keluar.
"jika boleh tahu nama anda siapa?" teriakku kepadanya.
"kamu selalu bisa memanggilku Marchant nak." dia menolehkan kepalanya melambaikan tangan, tapi langkah kakinya tetap berjalan.
Setelah selesai memakan nasi goreng, aku meminum air putih, rasanya segar setelah berjalan di tempat panas seharian, aku juga membagikan sebagian airnya kepada Gleemo.
Setelah selesai, kami keluar dari restoran, udara tidak sejuk saat malam di bioma ini, seperti netral antara panas dan dingin jadi seperti tidak merasakan apa-apa saat malam.
Aku dan Gleemo mencari tempat yang cocok untuk bermalam, aku juga melihat kuda koboi tadi. Aku mendekati istal kuda itu, kuda-kuda itu sedang tidur, keduanya sama-sama berbarna cream dengan rambut kecoklatan. lalu aku dan Gleemo meninggalkan istal itu, kami hanya melihat sebentar. Aku dan Gleemo memilih tempat yang sedikit jauh dari desa, setidaknya agar tidak terlalu mencolok, di tempat tanah tandus. Sebelum aku hendak mengambil selimut sebagai tempat tidur, Gleemo sudah lebih dulu membuat dirinya membesar dan empuk seperti bantal.
"eh, Gleemo, kamu ngak masalah aku tidur di atasmu?"
Sebagai jawaban Gleemo mengangguk, aku menaruh tasku di pinggirnya lalu berbaring di atas Gleemo, rasanya empuk dan nyaman, saat pagi aku dan Gleemo akan terbangun ketika matahari bersinar, atau mungkin bangun sendiri, entahlah. Aku tidak langsung tertidur, masih memikirkan tentang artefak tadi, entah kemana pertama kali aku bisa menemukan petunjuk artefak itu, aku juga belum mendapatkan seorangpun untuk direkrut hari ini, bagaikan bertemu jalan buntu, semoga saja besok ada yang mau ikut, baiklah, masalah besok diselesaikan besok, aku juga harus cukup beristirahat sebelum melanjutkan petualangan di keesokan hari, aku memejamkan mata, perlahan mulai tertidur, Gleemo juga sudah tertidur.