Tak semua perjodohan membawa kebahagiaan, hal ini terjadi pada Melisa Prameswari dan Dion Mahessa.
Keduanya menikah atas kesepakatan antara keluarga. Namun, setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, tak ada kebahagiaan sama sekali.
Hingga satu hari, Dion dan Melisa pindah ke rumah baru dan saat itulah Melisa seolah menjadi sosok berbeda setelah bertemu dengan seorang pemuda bernama Arvino Sanjaya.
Puncaknya, saat Dion dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perselingkuhan istri dan tetangga nya itu.
Bagaimanakah nasib pernikahan Dion dan Melisa? Apakah akan berakhir atau sebaliknya, ataukah Melisa malah memilih Arvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - SANG PEBINOR
Setelah selesai makan, Arvin memilih bermanja dengan Melisa di sofa, dia duduk di belakang Melisa sambil mengusap-usap perut rata wanita cantik itu.
"Sayang, kapan-kapan kita jalan-jalan yuk." Ucap Arvin dengan suara manja nya.
"Kemana, yang?" Tanya Melisa, wanita itu asik membelai rahang tegas sang pria yang sedikit berbulu sekarang.
"Ke pantai, sambil ngamar. Pasti seru." Usul Arvin, wajah nya mendusel di ceruk leher Melisa, menciumi leher wanita cantik itu dengan sensual, membuat bulu kuduk Melisa berdiri semua karena perbuatan Arvin.
"Ke pantai? Dari sini ke pantai jauh gak?"
"Lumayan sih, dua jam paling." Jawab Arvin.
"Jauh, yang. Bisa tepos pantaat aku, haha." Celetuk Melisa sambil tertawa.
"Enggak dong, kita naik mobil."
"Mobil? Kamu punya mobil, yang?" Tanya Melisa terheran, dia berbalik menatap wajah tampan pria itu.
"Enggaklah, dari mana aku punya mobil. Aku minjem punya temen aku."
"Minjem? Emang bakal di kasih, yang?" Tanya Melisa sambil terkekeh pelan.
"Di kasih lah, yang penting bensin nya harus full aja." Jawab Arvin, tangan nya mulai merayap nakal ke dada Melisa yang masih terhalang cup dan kaos yang dia pakai.
"Hmmm, boleh deh. Harus jelas waktu nya, biar aku masak nanti."
"Suami kamu gimana?" Tanya Arvin, bila biasa nya Melisa yang mengkhawatirkan hal itu, maka saat ini Arvin yang mengkhawatirkan tentang suami wanita pujaan nya itu.
"Kita pikirin tentang itu nanti, sayang. Aku udah lama gak ke pantai, mungkin terakhir kali itu saat aku belum masih kuliah."
"Kuliah? Kamu pernah kuliah?" Tanya Arvin.
"Iya, tapi gak sampe selesai. Keburu Mama jodohin aku sama Mas Dion, yang."
"Jurusan apa?"
"Seni sama tata boga sih." Jawab Melisa.
"Seni, kamu bisa menggambar atau menyanyi?"
"Enggak, aku gak bisa nyanyi. Tapi kalo gambar, aku bisa sih dikit-dikit." Jawab nya.
"Hmm, oke deh. Main yuk?" Ajak Arvin nakal.
"Kamu gak bosen main terus, yang?"
"Enggak, kalo itu sama kamu aku gak bakalan bosen." Jawab Arvin, dia gemas lalu menggigit manja telinga Melisa hingga membuat wanita cantik itu meringis.
"Sayang ihhh, gemesan gini. Sakit tahu!" Ketus Melisa sambil mengusap telinga nya yang memerah karena di gigit oleh Arvin.
"Ayo, main yuk?"
"Enggak, aku marah!"
"Hmm, biar gak marah aku harus gimana?"
"Jajanin bakso." Jawab Melisa, niat nya sih ingin bercanda, tapi Arvin malah mengambil ponsel nya dan menghubungi seseorang.
"Hallo, mang jualan gak?" Tanya Arvin, membuat kening Melisa mengernyit heran. Kira-kira siapa yang Arvin telepon?
"......"
"Anterin ke rumah tiga porsi ya, di bening aja. Saos sama sambel nya di pisah." Ucap Arvin, hanya mulut nya saja yang bicara, tapi tangan nya tetap anteng bermain di dada kenyal Melisa.
"....."
"Oke, jangan lama ya, Mang. Pacar saya lagi merajuk ini, nanti keburu gak mood makan bakso nya." Setelah mengatakan hal itu, Arvin pun mematikan sambungan telepon nya lalu kembali menyimpan ponsel nya di meja.
"Tuh, udah. Bentar lagi di anter sama si mang tukang bakso nya." Ucap Arvin, membuat mata Melisa membulat seketika.
"Astaga, aku cuma bercanda lho."
"Gak usah ngode, kalo pengen tinggal minta aja, sayang. Aku bukan suami kamu yang pelit sama istri sendiri." Arvin membelai rambut panjang Melisa dengan lembut, penuh kasih sayang.
"Kalo aku mau, aku bisa beli soalnya uang dari kamu masih ada."
"Hah, masih ada? Aku ngasih nya udah seminggu yang lalu lho, sekarang masih sisa berapa?" Tanya Arvin.
"Masih ada sisa dua ratus ribu lagi, yang."
"Kamu ini irit banget, yang."
"Ya, kalo aku royal gitu nanti suami aku curiga dong."
"Hmm, iya juga sih ya." Arvin mengeratkan pelukan nya di perut rata Melisa.
"Ohh iya, minggu ini arisan nya dapat. Uang nya mau di beliin apa?" Tanya Melisa, meskipun atas nama nya tapi yang membayar setiap minggu nya adalah Arvin.
"Dapet? Beliin apapun yang kamu mau, kok malah nanya sama aku. Beliin kalung atau gelang, biar kalo kepepet bisa di jual. Anggap aja nabung."
"Nabung?"
"Iya, nabung buat biaya cerai kamu sama suami kamu nanti." Jawab Arvin membuat Melisa refleks menepuk bibir Arvin yang dengan santai nya mengatakan hal itu, seolah tanpa beban apapun.
"Kenapa? Kamu gak mau cerai sama suami laknat mu itu, sayang? Apa sih bagus nya? Wajah nya pas-pasan, mana ringan tangan, pelit, tukang selingkuh lagi. Udah gak ada mending-mending nya itu mah."
Benar juga apa yang di katakan oleh Arvin, semua nya benar. Tapi, haruskah pernikahan nya berakhir? Jujur saja, dia lelah kalau harus berjuang sendirian lagi. Selama tiga tahun membina rumah tangga dengan pria itu, selalu dirinya yang mengalah. Tapi, apakah itu membuahkan hasil? Tidak, hasilnya tetap nol besar. Tak ada perubahan apapun pada sikap suami nya.
"Bener kan?"
"Hmmm, tapi aku.."
"Udahlah, aku gak mau bahas lagi." Jawab Arvin sedikit ketus, seperti nya dia kesal karena Melisa seolah masih ingin mempertahankan pernikahan nya bersama Dion.
"Itu, kaki kamu lebam kenapa?" Tanya Melisa saat melihat jempol kaki Arvin membiru.
"Tadi pagi nendang meja."
"Lho, ngapain di tendang, yang? Dia kan gak salah."
"Iya, yang salah itu kamu."
"Kok aku sih?"
"Siapa suruh bikin aku cemburu? Jadinya, aku lampiasin nya sama meja." Jawab Arvin membuat Melisa tergelak, ada ya pria macam ini? Kok bisa melampiaskan rasa cemburu nya pada benda tak bersalah?
"Kalau itu meja bisa ngomong, pasti dia nanya salah apa gitu? Sampe-sampe kena tendang."
"Hmmm, puas kamu ketawa nya?" Tanya Arvin dengan tatapan aneh nya, membuat Melisa langsung terdiam.
"Cium.."
"Selalu aja.. hmmpphhhh.." bibir Melisa di bungkam oleh ciuman panas Arvin, pria itu melumaat bibir nya dengan rakus dan bernafssu seperti biasa nya. Kalau sudah begini, Melisa yakin akan berakhir di atas ranjang.
Saat suasana semakin memanas, bahkan tangan Arvin sudah meraba-rabaa tubuh bawah Melisa, suara pintu di ketuk dari luar terdengar lirih membuat Arvin melepaskan pagutaan bibir nya.
"Siapa sih? Ganggu aja!" Ketus pria itu. Terpaksa lah dia harus menghentikan sejenak ciuman nya, pria itu bangkit dari duduknya dan bergegas membukakan pintu. Sedangkan Melisa, dia sibuk untuk bersembunyi. Bisa bahaya nanti kalau yang datang ternyata adalah warga atau yang lain nya.
"Yang, dimana?"
"Di dapur, siapa yang datang?" Tanya Melisa sambil keluar dari persembunyian nya, yakni di bawah meja makan.
"Kok disitu, ngapain?"
"Sembunyi lah, aku kira itu yang datang itu warga atau siapa gitu."
"Cuma tukang bakso nganterin bakso pesanan." Jawab Arvin sambil menunjukkan kresek di tangan nya yang berisi bakso.
"Yeee, bakso nya datang."
"Cuma di beliin bakso aja tapi kamu segirang itu, sayang?" Tanya Arvin sambil menggelengkan kepala nya.
"Hehe, seneng aja gitu. Kalo aku lagi pengen makan sesuatu, terus di turutin tuh rasanya nyenengin banget."
"Mulai sekarang, kamu mau makan apapun bilang sama aku ya? Biar aku yang beliin, apapun itu." Arvin tersenyum, lalu mendekatkan wajah nya dan mengecup kening Melisa dengan mesra.
"I love you, baby.."
"I love you more, honey." Jawab Melisa, membuat wajah Arvin menegang. Apa tadi? Melisa membalas pernyataan cinta nya, ini bukan mimpi kan? Dia tak ingin bangun kalau seandainya itu mimpi, dia tak mau di hempaskan dengan kenyataan kalau Melisa ternyata belum mencintai nya.
"Sayang, heyy.. Kok malah bengong?" Melisa melambaikan tangan nya di depan wajah Arvin.
"E-eehh, tadi kamu bilang cinta sama aku?" Tanya Arvin.
"Emang nya kenapa? Kamu gak suka, yang?" Balik tanya Melisa.
"Suka, suka banget malah. Aku mau denger lagi, boleh?"
"Apa nya, yang mana?" Goda Melisa membuat Arvin cemberut. Melisa berjinjit, lalu mendekatkan wajah nya ke telinga Arvin.
"I love you, Honey." Bisik Melisa membuat Arvin tersenyum manis, sangat manis hingga madu saja kalah manis nya di bandingkan dengan senyuman Arvin saat ini, saking manis nya.
.......
🌻🌻🌻🌻🌻