NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:261k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 33.

Setelah membuat kehebohan di kamar kedua orang tuanya, Aksa pamit dan meninggalkan mereka berdua. Aksa berjalan ke kamarnya yang sudah sangat lama dia rindukan. Empat bulan yang lalu Aksa bahkan belum sempat menginjak kamar itu dan memilih pergi mencari keberadaan Inara yang tiba-tiba menghilang.

Saat menekan kenop pintu, tak sengaja telinga Aksa sayup-sayup mendengar derap langkah kaki yang berasal dari arah lift. Aksa memutar leher beberapa derajat, pemandangan itu mendadak membuatnya bergeming.

Nampak seorang gadis cantik mengenakan dress pendek selutut dengan sepatu pumps yang mengetuk permukaan lantai. Dress tersebut memperlihatkan lengan bagian atas dan sedikit belahan dada si pengguna. Tentu saja pemandangan itu membuat darah Aksa berdesir. Jantungnya berdegup kencang dengan mata melotot tajam. Marah bercampur kesal Aksa dibuatnya.

Saat gadis itu melewatinya dengan ekspresi datar, Aksa mengeratkan rahang dan menangkapnya dengan cepat lalu mendorongnya ke dalam kamar dan bergegas mengunci pintu.

"Aaaaa... Brengsek, lepasin aku! Apa yang kau lakukan?" teriak Inara sembari meronta-ronta membebaskan diri.

"Diam! Jangan membuat kegaduhan jika tidak ingin melihatku bertindak kurang ajar!" ancam Aksa dengan tatapan membunuh.

Setelah mengunci pintu, Aksa menyembunyikan anak kunci di dalam kantong celana. Dia berjalan menuju ranjang dan duduk di tepinya sambil menyilangkan kaki dan menumpukan kedua tangan di kasur. Seringai tipis melengkung di sudut bibirnya saat mematut penampilan Inara dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Kak Aksa, maafin aku kalau aku salah. Tolong buka pintunya!" Inara terpaksa melembut agar Aksa mau melepaskannya.

"Sini dulu, aku mau bicara!" Sambil tersenyum nakal Aksa menepuk sisi kasur yang mengisyaratkan agar Inara duduk di sampingnya.

"Kak... Tolonglah, aku mau keluar!" pinta Inara memelas.

"Duduk dulu, aku akan melepaskan mu setelah ini!" tawar Aksa memberikan pilihan.

"Tapi Kak-"

"Duduk, atau aku akan mengurung mu semalaman di kamar ini!" ancam Aksa yang membuat Inara bergidik ngeri.

Inara menekuk wajah, sepuluh jarinya saling meremas sambil berjalan menghampiri Aksa. Sebenarnya dia tidak mau, tapi apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada pilihan lain kecuali menuruti keinginan pria tidak tau diri itu. Pria bajingan yang membuat kebencian Inara semakin mendarah daging di dirinya.

Setelah Inara duduk, Aksa beringsut sehingga mengikis jarak diantara keduanya. Tatapan mata Aksa berubah sendu melihat Inara yang masih setia menekuk wajahnya.

Tanpa ragu Aksa meraih dagu Inara dan mengangkatnya, seketika tatapan keduanya saling bertemu untuk beberapa saat.

"Siapa yang mengizinkan mu memakai gaun seperti ini?" tanya Aksa dalam mode serius dengan tatapan mengintimidasi.

"Tidak ada, memangnya apa yang salah dengan gaun ini?" jawab Inara dengan pertanyaan pula.

"Tidak ada yang salah, gaun ini bagus. Hanya saja tidak cocok melekat di tubuhmu." ucap Aksa. Dia sepertinya gagal fokus saat menatap belahan dada Inara yang sedikit menonjol, jakunnya naik turun memandangi benda itu.

"Kenapa tidak cocok?" tanya Inara penasaran sambil menautkan alis.

"Karena gaun ini terlalu terbuka untukmu, aku tidak suka bagian tubuhmu terekspos. Hanya aku yang boleh melihatnya!" tegas Aksa penuh penekanan, lalu menempelkan tangannya di pundak Inara.

"Deg!"

Inara mengerjab dan menghela nafas dengan susah payah. Jantungnya tiba-tiba memanas saat tangan Aksa menyentuh pundaknya. Seketika dadanya naik turun menahan sesak.

Perlahan wajah Aksa semakin mendekat, suhu tubuh keduanya mendadak panas saat hembusan nafas keduanya menerpa wajah satu sama lain.

"Kak... Mmphh..."

Ucapan Inara tiba-tiba terpotong saat bibir Aksa menempel erat di bibirnya. Aksa tidak bisa menahan ini lebih lama, sehari tak bertemu membuatnya sangat rindu. Rindu kelembutan bibir gadis itu, rindu kehangatan tubuhnya dan rindu belaian tangannya.

Tanpa ragu, tangan Aksa mulai bergerak merengkuh tengkuk Inara. Matanya terpejam dan mengesap bibir adiknya itu dengan penuh kelembutan. Saking rindunya Aksa ingin sekali menggigitnya dan itupun dia lakukan dengan leluasa.

"Kak... Mmphh..."

Aksa tak memberi kesempatan Inara untuk menolak, dia melu*matnya lalu masuk semakin dalam sampai lidah keduanya bertemu dan saling membelit. Entah kenapa Inara tidak berdaya menolaknya, rasa yang dia nikmati sama persis dengan lu*matan Akbar. Pria yang sampai saat ini masih menetap di hatinya.

Semakin lama pagutan keduanya semakin panas dan bergairah, tak satu pun dari mereka yang menyadari suara decapan yang sudah bersenandung ria memenuhi kehampaan seisi kamar.

"Cukup Kak! Aakhh..."

Inara menarik paksa bibirnya saat dadanya sudah mulai kehilangan oksigen, sesak dan panas sehingga pagutan itu harus dihentikan.

Tanpa pikir, Aksa langsung membawa Inara ke dalam dekapan dadanya. Hati Aksa hancur, matanya berkaca. Bagaimana bisa dia merelakan Inara untuk orang lain? Aksa benar-benar tidak sanggup, dia sangat menginginkan adiknya itu.

"Maafkan aku, maaf." lirih Aksa sambil mencengkram lengan Inara dengan kuat. Dia tidak mau melepaskan pelukannya, bisakah begini saja agar Aksa tidak larut dalam perasaan yang sudah membelenggu jiwanya.

"Cukup Kak, lepasin aku!" gumam Inara yang semakin sesak saking kuatnya pelukan yang membelit tubuhnya.

"Biarkan Inara, biarkan aku memelukmu sejenak!" pinta Aksa, dia pun mengecup kening Inara. Membiarkan bibirnya menempel di sana begitu lama.

Inara bergeming, kehangatan dan aroma tubuh itu membuatnya merasa sangat nyaman. Lagi-lagi apa yang dilakukan Aksa mengingatkannya pada Akbar. Cinta pertama yang sudah mencuri hatinya, pria pertama juga yang menghancurkannya.

Tanpa sadar, tangan Inara bergerak dan melingkar di pinggang Aksa. Keduanya terdiam, larut dalam pemikiran masing-masing.

Setelah sepuluh menit berlalu, pelukan mereka mulai merenggang. Aksa kembali mengecup kening Inara dan menangkup tangannya di pipi gadis itu.

"Masih marah?" goda Aksa sembari mencubit pipi Inara, seringai tipis melengkung di sudut bibirnya.

Inara menatap lama manik mata Aksa, lalu menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Kenapa? Bukankah aku ini pria brengsek?" Aksa terus saja menggoda Inara sambil mengelus pipi gadis itu dengan lembut.

"Tidak tau," Inara mengerucutkan bibir dan memutus kontak mata. Dia tidak tau harus menjawab apa. Di satu sisi, Inara sangat benci pada Aksa. Di sisi lain, dia merasa nyaman di sisi pria kasar itu. Bisanya hanya memaksa dan terus memaksa, hal itu membuat Inara muak.

Karena tidak ada penolakan, Aksa merebahkan pipinya di pundak Inara. Bibir dan hidungnya menempel di leher gadis itu dan mengecupnya pelan, sementara tangannya melingkar erat di pinggang Inara yang kecil ramping.

"Wangi sekali," gumam Aksa sambil memicingkan mata, hidungnya bergerak menggelitik leher Inara. Hal itu membuat jantung Inara berdetak sangat cepat. Aksa sendiri bisa merasakan dan mendengarnya.

"Kenapa? Sepertinya tekanan jantungmu tidak stabil," goda Aksa sembari menyeringai. Pipi Inara bersemu merah dibuatnya.

"Sudah Kak, jangan begini terus! Ini salah," Inara mencoba mendorong kepala Aksa tapi pelukannya malah semakin erat.

"Kak Aksa, cukup! Ini sudah berlebihan," ketus Inara.

"Apanya yang berlebihan? Apa aku tidak boleh memeluk adikku sendiri?" Semakin Inara menolak, semakin kuat pula Aksa mendekapnya.

"Boleh, tapi bukan begini caranya. Ini bukan lagi pelukan adik dan kakak, tapi-" Inara menjeda ucapannya.

"Tapi apa?" sambung Aksa yang masih ingin berlama-lama dalam posisi itu.

"Tau ah, susah sekali menjelaskan ini padamu." Jika saja Inara punya taring, ingin sekali dia menggigit Aksa sampai tercabik-cabik.

"Hehehehe..." Aksa malah tertawa dan mengecup pucuk kepala Inara.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!