Mara, gadis yang terbaring koma berbulan-bulan, terpaksa harus menerima tawaran sesuatu yang disebut "sistem", yang di mana dia harus pergi ke dunia novel untuk meningkatkan nilai baik antagonis sebagai ganti tubuh aslinya tersembuhkan perlahan. Hanya saja, sang target merupakan orang sangat sulit didekati, paranoid, dan dibenci banyak orang.
______
Suatu hari, Mara menyelesaikan tugasnya dan akan pergi. Tapi tiba-tiba dia ditangkap pria menakutkan yang telah dia jinakkan.
"Jangan berpikir kamu bisa memanjat jurang gelap yang telanjur kamu lompati sesuka hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu II
"Apakah kamu membawa anggota baru, Luna?"
Suara menyejukkan itu langsung menarik atensi Mara pada sumbernya. Tidak ada orang lain di ruangan ini kecuali seseorang yang bersandar santai melihat ke arahnya.
Di satu meja tunggal, seorang lelaki remaja duduk dengan seluruh tubuh bersinarkan matahari dari jendela yang setengah tertutup tirai. Rambut yang terbelah di bagian poni, namun tertata rapi, bersinar kecoklatan. Kaca mata yang bertengger di hidungnya menutupi mata hangat dan lembut. Terselip senyum ramah di bibirnya seolah tak pernah memudar.
Siapapun akan memiliki kesan lembut padanya pada pandangan pertama.
"Ya, Ketua. Dia teman sebangkuku."
Ketua? Mara berkedip takjub. Pantas saja. Orang yang dengan hanya melihat penampilannya dan langsung memiliki kesan bahwa dia berkepribadian baik, ternyata ketua dari semua kegiatan-kegiatan mulia di foto-foto itu.
Dia menatapnya dan berkata menyesal. "Luna, mengapa kamu baru membawanya sekarang jika dia teman baikmu?"
Luna menggaruk pipinya dan merasa canggung saat berpikir dia baru merasa dekat dengan Mara, padahal keduanya sudah menjadi teman sekelas selama beberapa bulan yang lalu.
"Masuk dan duduklah." Dia berdiri dan mempersilahkan Mara duduk di depannya. "Apa kamu ingin minum sesuatu?"
Mara duduk dan menggeleng atas tawarannya. "Tidak perlu."
"Jangan sungkan. Kami memiliki banyak cemilan dan minuman di sini."
"Baiklah. Aku ingin teh saja."
Luna langsung diberi kode ketuanya untuk membuatkan. Dengan cepat gadis itu berdiri dan pergi ke ruang lain di sisi kanan.
Tersisa keduanya, tak ada kecanggungan sedikit pun karena pembawaan lelaki remaja itu membuat suasana tetap hangat. "Perkenalkan, aku adalah Arslan Devaran—ketua klub sosial ini. Aku berada di kelas 12, jurusan IPS. Selain menjadi ketua di klub ini, aku menjadi wakil ketua OSIS dan juga mengikuti ekskul olahraga basket. Mungkin ada pertanyaan terkait tentangku?"
Meskipun dia mendapat kesan baiknya, tapi Mara tidak terlalu tertarik padanya secara pribadi. Ia menggeleng dengan ekspresi polos.
Arslan terdiam menatapnya sejenak sebelum tertawa kecil entah kenapa. Lalu ia berkata dengan senyum yang tak pernah pudar. "Jika tidak ada, bisakah kamu memperkenalkan dirimu?"
"Tamara Ramona, biasa di panggil Mara. Kelas 11, jurusan IPA."
"... Itu saja?"
Mara mengangguk.
"Apa yang membuatmu tertarik masuk ke dalam klub ini?"
Mara berpikir. Namun, tidak tahu alasan yang bagus. "Karena aku bosan?"
"Apa?" Arslan tidak menyangka akan mendapat jawaban asal seperti itu. Ia menahan tawanya dan berusaha menunjukkan ekspresi serius.
Saat Luna datang membawa cemilan dan teh, ia melihat wajah ketuanya yang berseri-seri di tengah meng-interview Mara.
"Apakah ada yang lucu?" tanya Luna penasaran.
"Luna, kamu membawa teman yang sangat lucu."
Mara menatapnya bingung. Kapan ia melucu? Dari tadi ia hanya menjawab dengan jujur. Untung saja wajahnya enak dilihat dan auranya membuatnya nyaman. Selama ia ditanya sebagai kelayakan menjadi anggota klub itu, Mara terus menjawab apa adanya.
Setelah selesai, Arslan menjelaskan hampir seluruh kegiatan dam berbagai hal terkait klub, yang berakhir selesai satu jam lebih kemudian.
Karena beberapa saat lalu supirnya bertanya kapan ia selesai melalui pesan, ia yang tidak tahu kapan waktu yang pasti selesai, akhirnya berkata untuk pulang kembali saja dan ia akan naik bus sendiri.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.30. Saat keluar pintu klub, Luna berpamitan pergi duluan karena didesak orang yang menjemputnya. Mara mengangguk dan melambaikan tangan.
"Mara? Dengan apa kamu pulang?" Suara Arslan tiba-tiba datang dari belakangnya.
Mara memelankan langkah dan berjalan sejajar dengannya. "Biasanya dengan supirku. Tapi hari ini aku akan naik busway."
"Mau pulang bersama?" tawarnya dengan ramah.
"Tidak, tidak. Aku pulang sendiri saja."
Arslan akan menawar lagi, tapi takut membuatnya tidak nyaman. "Baiklah. Bagaimana kita berjalan bersama saja sampai depan gerbang?"
Mara mengangguk setuju. "Oke."
Sepanjang jalan, keduanya mengobrol dengan Arslan yang banyak berbicara tentang kejadian-kejadian berkesan, sedih, dan lucu saat kegiatan sosial menurut pengalamannya. Mara mendengarkan dengan tertarik dan terkadang tersenyum atau tertawa.
Di lantai atas, orang yang menunggu Mara keluar sejak awal masuk ruangan klub, kini memerhatikan betapa akrabnya mereka. Dia memiliki ekspresi gelap dan tatapan tajam. Tapi bukan hanya Mara yang ditatap suram seperti itu, anak lelaki berkaca mata di samping gadis itu telah menjadi duri tajam di hatinya begitu lama.
"Bip—Peringatan! Nilai target menurun 8! Nilai saat ini: 26."
"Bip—Peringatan! Nilai target menurun 6! Nilai saat ini: 20."
Mara terbelalak kaget sehingga langkahnya berhenti.
S*ial! Apa-apaan ini?!
"Mara? Ada apa?" tanya Arslan bingung melihat Mara berhenti melangkah dengan ekspresi panik.
"Tidak ada. Kamu duluan saja. Aku meninggalkan sesuatu yang penting. " Mara berkata mendesak dan putar balik masuk ke sekolah kembali.
"Mau aku temani?"
"Tidak perlu!" Mara berlari tanpa melihat ke arahnya. Dia harus mencari Rahan di daerah sekolah meskipun harus mengobrol-abrik seluruh sekolah. Sangat menjengkelkan mengetahui nilai turun tanpa alasan yang jelas!
Sedangkan Arslan yang ditinggalkan di belakang, menatap punggungnya yang berlari menjauh. Senyumnya memudar sedikit, tapi matanya tak pernah lepas sampai dia menghilang.
Mengapa dia baru tahu ada gadis semenarik itu sebagai adik kelasnya?
ganteng, gapura kabupaten, tiang listrik, bisa masak wkwkwk