Sungguh suatu keajaiban aku bangkit dari kematian setelah aku mati diracuni oleh mertuaku sendiri.
tubuh tak bernyawa ku di buang ke rawa-rawa yang letaknya jauh di pelosok yang terpencil.
Namun Tuhan berkehendak lain, beberapa petir menyambar di area sekitarku, hingga membuat jantungku yang tadinya berhenti berdetak kembali berdetak.
dengan tubuh lemah aku berusaha keluar dari rawa-rawa, entah sudah berapa banyak tanaman berduri yang aku injak, aku tidak perduli, satu tekadku harus keluar dari tempat itu, hingga langkah kakiku terhenti di sebuah jalan beraspal, lalu tubuhku ambruk tak sadarkan diri.
Ketika ku sadar sudah berada di rumah sakit, dan betapa mengejutkannya aku ternyata pria yang menyelamatkanku yang juga seorang dokter mengatakan aku sedang hamil!!!!!!
Inilah kisah hidupku....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desire pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Rumah
Satu Minggu kemudian
Jovanka sudah bersiap akan pindah rumah, ia sudah membulatkan tekadnya untuk menghadapi semua, ia lelah lari dari masa lalu, namun bukan berarti ia sudah siap bertemu dnegan orang-orang di masa lalunya, ia hanya ingin hidup lebih baik dan lepas dari ketergantungannya dnegan adrian, sudah enam tahun ia terus menyusahkan pria itu, memberi harapan palsu pada Adrian, kini Jovanka berharap dnegan ia belajar mandiri, Adrian jadi tak khawatir lagi padanya dan bisa membuka hatinya untuk wanita lain, karena ia tak bis memberikan apa yang Adrian inginkan.
Cinta...
sebuah kata sederhana namun sulit bagi Jovanka, ia sudah tidak percaya adanya cinta dan terlebih lagi ia takut jatuh cinta, karena masa lalunya yang kelam
Jovanka duduk di samping kemudi, sedangkan ketiga anaknya duduk manis di bangku belakang, mereka terus menyanyi dan bercanda, tak terlihat wajah kelelahan ketiganya.
saat Jovanka memberitahukan jika mereka akan pindah, ketiganya langsung antusias dan merapihkan sendiri barang mereka, meletakkannya di box, sehingga Jovanka tinggal melakukannya, dan pekerjaannya beres.
Hanya satu buah mobil pick up yang membawa barang mereka karena memang mereka tak memiliki barang berharga, hanya baju, mainan ,buku-buku Daan komputer serta laptop si sulung Daffa.
Karena kelelahan akhirnya mereka tertidur dengan saling menyender, Jovanka melihat ketiganya sambil tersenyum, merekalah kekuatan Jovanka, mereka cahaya hidup Jovanka.
"Ayu, kabari aku jika nanti kamu butuh apa-apa" ucap Adrian memecah kebisuan diantara mereka
"Tenang saja, aku pasti akan selalu menganggu kamu"
ucap Jovanka becanda
"Aku serius ayu, aku khawatir padamu dan anak-anak" ucap Adrian terlihat serius, Jovanka sebenarnya senang sekali Adrian bisa menjadi sosok pengganti papa bagi anak-anaknya, namun ia tak mau membuat Adrian terus di sisinya tanpa kejelasan hubungan.
"Iya siap , aku akan sering menghubungimu, dan pastinya anak-anak akan merindukanmu juga"
"Lalu Kapan kamu mulai bekerja??" tanya Adrian mengubah topik pembicaraan
"Minggu depan, aku mau pastikan anak-anak beradaptasi dulu"
" Lalu jika kamu bekerja, anak-anak sama siapa? Ayu aku harap kamu tidak salah mencari pengasuh, aku tak mau pengasuh itu menyiksa anak-anakku" ucap Adrian
"Adrian kamu terlalu banyak menonton sinetron, tentu aku kn selektif, aku harus tahu jika pengasuh mereka orang yang kompeten.jangan khawatir, kamu fokus dengan pekerjaanmu, aku pasti akan mengajarimu"
"Ah baiklah, kota sudah keluar tol, apa mau cari restoran dulu ?? pasti kalian sudah sangat kelaparan" tawar Adrian
"Baiklah, tapi cari rumah makan keluarga saja agar aku bisa mengawasi anak-anak juga" ucap Jovanka yang di balsa anggukan Adrian
Akhirnya mereka makan di sebuah saung Sunda, disana memang di khususkan untuk keluarga yang mau menikmati makan dengan suasana asri.
si kembar juga bisa bermain dan memberi makan ikan mas yang berada di bawah saung yang mereka tempati.
Setelah selesai makan mereka lalu menuju rumah yang disewa Jovanka
Mobil memasuki halaman rumah sederhana namun asri, Adrian menatap sekeliling halaman rumah, ia mengangguk kecil
"Bagaimana?? enak kan?? suasananya enak, banyak pepohonan juga, walau dan yang pasti sewanya murah hehe"
"Huh dasar mak-mak, sukanya yang murah" cibir Adrian
"Harus itu, mak-mak kan pikirannya panjang" balas Jovanka membuat Adrian menggeleng, ia tak mau berdebat karena ia tahu pasal satu, wanita selalu benar
"Assalamu'alaikum, bu Ratna” panggil Jovanka
"Wa'alaikum salam, eh nak Jovanka, ayo masuk" ucap Bu Ratna
"Bu kenalkan ini mas Adrian, mas Adrian ini Bu Ratna" ucap Jovanka memperkenalkan keduanya
"Adrian"
"Ratna" ucap Bu Ratna membalas jabatan tangan Adrian
"Daffa, Daffi , Davina ayo Salim sama nenek" panggil Jovanka, lalu ketiga buah hatinya yang sejak tadi berlarian mendekati mereka, satu persatu mencium punggung tangan Ratna.
Ratna terkejut melihat Jovanka memiliki tiga anak yang usianya sama, mereka kembar tiga
"Anakmu kembar tiga nak??" ucap Bu Ratna tak bisa menutupi keterkejutannya
"Iya Bu, mereka kembar tiga" ucap Jovanka tersenyum
"Ya Allah, ibu senang banget kalian tinggal disini, keputusan ibu tidak salah" ucap Ratna dengan sorot mata berbinar, Jovanka bisa melihat sorot mata kesepian di mata Ratna
"Ibu bisa anggap mereka cucu ibu sendiri, kebetulan saya sudah tidak memilki orangtua" ucap Jovanka, Jovanka terpaksa berbohong, sebenarnya ia masih memiliki seorang papa, namun sudah enak tahun ia tak tahu kabarnya.
"Makasih nak, ibu sangat senang" Ratna tida bis menyembunyikan rasa senangnya, ia sampai memeluk Jovanka
"Anak-anak , mulai sekarang kalian panggil nenek Ratna ya, ayo ikut nenek, nenek punya banyak coklat dan ice cream”
"Atu mau" ucap Davina langsung mengangkat tangannya
"Kalau kau makan terus nanti tubuhmu akan gemuk seperti sapi" ucap Daffa meledek adiknya
"Atu nda mau jadi sapi, mama" adu Davina pada Mamanya
"Boleh makan tapi jangan banyak-banyak, nanti gigimu bolong" ucap Jovanka
"Gak jadi sapi? Atu nda mau" ucap Davina
"Gak sayang, itu kakakmu usil sama kamu, sudah main sana sama nenek" ucap Adrian lembut
"Papa, papa jangan pulang, atu mau main sama nenek dulu" ucap Davina menarik baju Adrian, Adrian jongkok dan Davina menciumnya, Davina memang sangat dekat dengan Adrian, karena Adrian selalu membelanya saat kakak-kakaknya terus menggodanya
Mereka lalu meninggalkan Jovanka dan Adrian yang masih duduk di ruang tamu.
"Mas, aku tinggal rapih-rapih barang dulu ya, mas tidur aja, pasti mas lelah dan mengantuk karena perjalanan jauh tadi" ucap Jovanka menyodorkan bantal ke pada Adrian
"Mas, jangan di sofa, di kamar sebelah saja, itu sudah di bersihkan Bu Ratna"
"Makasih, aku istirahat dulu ya" ucap Adrian lalu masuk ke kamar sementara Jovanka meneruskan pekerjaannya, ia memasukkan pakaiannya ke dalam lemari pakaian,
ketika keluar kamar ia mendengar dengkuran halus dokter Adrian yang berasal dari kamar sebelahnya.
Jovanka merapihkan sedikit demi sedikit barang bawaannya hingga akhirnya ketiga anaknya kembali dengan membawa coklat dan Snack di tangan mereka masing-masing
"Ya Allah sayang, kalian menyusahkan nenek Ratna, bilang apa sama nenek?”
"Makasih nek"ucap ketiganya serempak.
"Ya udah kalian main di luar ya,kasian papa lagi tidur kecapean. tapi ingat gak boleh buka pintu pagar dan keluar, nanti ada orang jahat nyulik kalian, kalian gak ketemu mama lagi" ucap Jovanka memperingati sekaligus menakuti anak-anaknya.
"Ada aku ma, aku akan awasi adik-adik" ucap Daffa membuat Jovanka tersenyum
"Makasih sayang, kamu memang kakak yang baik, tolong awasi mereka ya sayang" ucap Jovanka mencium kening putra sulungnya.
Lalu ketiganya berlari keluar rumah
"Nak Jovanka pasti bahagia banget ya punya anak kembar tiga, dan si sulung sangat dewasa dan sayang adik-adiknya" ucap Bu Ratna menatap anak-anaknya yanag berlarian di halaman rumah
"Alhamdulillah Bu, mereka penyemangat hidup saya"
"Owh ya, suami kamu kerja dimana nak?" tanya Bu Ratna membuat Jovanka terkejut, tapi langsung mengerti. Bu Ratna menduga jika Adrian adalah suaminya, terlebih anak-anak memanggilnya papa pada Adrian
"Itu, suami saya sudah tidak ada Bu, mas Adrian hanya sahabat saya.
Anak-anak sejak kecil dekat dengan mas Adrian, itulah mengapa mereka memanggil mas Adrian papa"
"Apa kamu tidak berfikir untuk menikah lagi? maaf ibu lancang, tapi sepertinya nak Adrian mencintai kamu" ucap bu Ratna tersenyum
"Itu, ... Jovanka belum siap bu" ucap Jovanka menundukkan kepalanya
"Semua orang berhak bahagia, tak terkecuali kamu nak" ucap Bu Ratna tersenyum lembut.
Semua tokoh diceritakan saru satu
Banyak komflik juga..
Ada kocak
Ada nalar
Ada diluar nalar
Ada juga typo
Untuk typo, saya bisa maklumi, paling saya komen ngingetin typonya..
Saya maklumi, karena saya pribadi ga bisa bikin novel, bisanya baca dan nikmati..
Terimakasih atas karyanya ya thor..
Sukses selalu
2. saudara dan saudarinya
Tetap semangat thor😊
mungkin begitu ya thor..