Istri Siri Uncle Victor

Victor menatap langit malam dari balkon kamar hotel yang ia sewa. Rencananya untuk menggagalkan pertunangan Anna gagal total.

"Sebaiknya besok kamu ikuti Anna ke kampusnya. Hanya itu satu-satu caranya kamu bertemu dengannya,"ucap Albert ikut bergabung dengan Victor usai mengabari sang istri di tanah air.

"Atau hubungi gadis itu dan minta untuk bertemu. Waktu kamu singkat Victor, kita tidak tau kapan pernikahan Anna akan dilaksanakan bukan,"sambung Albert.

"Apakah dia akan mengangkat teleponku Al?,"tanya Victor.

"Coba dulu...kita tidak akan tau hasilnya sebelum mencobanya bukan?,"jawab Albert.

"Tapi sebaiknya besok, aku yakin saat ini Anna pasti sedang bersama tunangannya,"sambung Albert.

Victor mendesah berat, andai waktu bisa diulang dan ia bisa mengesampingkan egonya bisa jadi ia dan Anna saat ini hidup berbahagia. Andai saat itu ia mengabulkan permintaan Anna menjadikannya istrinya yang sesungguhnya sudah dipastikan Anna miliknya saat ini.

"Tapi sebelum itu pastikan dulu perasaanmu. Jangan memintanya kembali sementara kamu tidak mencintainya. Itu sama saja kamu kembali menyakitinya,"ucap Albert.

"Apakah aku pantas untuknya Al?, aku sudah menyakitinya dan juga menyia-nyiakannya,"jawab Victor.

"Kamu tau Victor. Jodoh itu tidak memandang kaya atau miskinnya seseorang. Dan juga tua atau mudanya seseorang. Jika kalian memang berjodoh berarti perbedaan usia hanyalah sebuah angka. Jadikan perbedaan kalian menjadi pelengkap. Rumah tangga itu bukan tentang siapa yang paling dewasa atau siapa yang siapa yang paling mendominasi. Tapi rumah tangga itu saling melengkapi kekurangan masing-masing,"ucap Albert.

"Mungkin menurut kamu Anna masih terlalu belia dengan usia masih dua puluh tahunan tapi jika dia bisa mengimbangi kamu apa salahnya. Menikah dengan daun muda itu tidak terlalu buruk Victor mungkin dengan sikap ceria Anna bisa mewarnai hidupmu yang terlalu menoton ini,"jawab Albert.

"Sekarang aku mau tanya sama kamu, kamu sudah mencintainya?,"tanya Albert.

"Menurutmu bagaimana Al. Aku rela datang ke sini untuk menggagalkan pertunangannya,"jawab Victor.

"Ck..masih saja enggan mengakuinya, efek kelamaan jomblo ya begini,"ucap Albert berdecak kesal melihat sifat kaku Victor.

"Mau ke club tidak?,"tanya Albert.

"Tidak..jika kamu mau, pergilah sendiri,"jawab Victor.

"Ya jika tidak bersamamu aku juga tidak akan pergi. Siapa yang akan mengingatkanku nanti jika aku khilaf disana,"kekeh Albert.

"Ck kamu seperti perjaka pertama kali masuk club saja Al,"ucap Victor.

Keduanya menghabiskan malam sembari mengobrol apa saja sebelum mata mengantuk. Setidaknya Victor melupakan sejenak permasalahannya.

***

Anna membuka kedua matanya dan merasakan rasa pusing yang begitu hebat di kepalanya. Gadis itu menatap sekeliling kamar dan ia menyadari jika ini bukanlah kamarnya tapi--

"Sudah bangun princessnya Kenzo Aditama?,"ledek Arumi saat memasuki kamarnya. Semalam Anna tidur bersamanya dan juga Alana.

"Kak Arumi, aku kenapa bisa disini?,"tanya Anna yang terlihat kebingungan.

"Itu karena semalam kamu mabuk. Dan kamu membuat aku dan Kak Alana harus berbohong pada Aunty dengan mengatakan kamu tiba-tiba tidak enak badan. Dan untungnya Aunty Andin percaya,"jawab Arumi.

"Aku-- mabuk?,"tanya Anna menunjuk dirinya sendiri.

"Yap...dan sebaiknya kamu segera bersih-bersih karena calon suami kamu sudah menunggu di depan untuk menjemputmu,"jawab Arumi.

"Justin di depan?,"tanya Anna.

"Iya Anna...ayo buruan...,"jawab Arumi yang gemas dengan adik sepupunya ini.

"Iya iya...tapi tolong ambilkan pakaianku di kamar dong,"ujar Anna.

"Iya...,"ketus Arumi membuat Anna terkekeh melihat wajah kesal Kakak sepupunya itu.

Sementara itu di depan Justin menunggunya Anna yang sedang bersiap-siap di temani oleh Kenzo dan juga Arsen. Pria itu memang sudah beberapa bulan ini sering mengantar jemput Anna.

"Uncle pikir kalian akan libur hari ini,"ucap Kenzo membuka pembicaraan mereka sementara Arsen sibuk dengan ponselnya.

"Tidak Uncle... minggu ini jadwal kuliah kami sangat padat. Aku berencana untuk segara menyelesaikan kuliahku agar segara bisa menikahi Anna,"jawab Justin.

"Apakah kau sudah memiliki pekerjaan?,"tanya Arsen dengan tatapan penuh selidik.

"Saya akan meneruskan perusahaan Papa saya yang berasa di Amerika setelah saya menyelesaikan pendidikan saya,"jawab Justin.

"Oh..."

Ketiganya kembali diam.. Justin benar-benar merasa canggung saat ini berada di antara dua pria yang yang memiliki sifat yang dingin dan datar. Ia tidak menyangka jika calon ayah mertuanya akan memiliki sifat yang dominan dinginnya.

"Pagi Daddy...,"sapa Anna mengecup pipi pria yang menjadi cinta pertamanya itu.

"Pagi sayang... kamu sudah baikan?,"jawab Kenzo kembali bertanya.

"Sudah Dad...,"angguk Anna.

Anna dan Justin akhirnya berangkat setelah meminta izin pada Kenzo dan Arsen. Keduanya jalan beriringan keluar dari rumah.

"Justin...maaf semalam aku meninggalkanmu saat acara masih berlangsung. Tiba-tiba saja aku merasa tidak enak badan,"ucap Anna penuh sesal.

Justin membukakan pintu mobil untuk Anna."Tidak apa apa, aku mengerti. Kamu pasti kelelahan,"jawab Justin mengajak rambut Anna.

Justin menutup pintu mobil setelah memastikan Anna duduk dengan posisi nyaman. Pemuda itu ikut masuk dan duduk di belakang kemudi lalu menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman Anna.

Anna menoleh ke arah jendela menyapa satpam yang bekerja pada Daddy-nya. Namun pandangan gadis itu tidak sengaja melihat sosok yang begitu sangat ia kenali berdiri di luar pagar kediamannya. Anna mengucek kedua matanya takutnya saat ini ia sedang berhalusinasi namun benar dia melihatnya.

"Uncle Victor...,"gumam Anna saat mobil yang di kendarai Justin melintas di depan pria itu.

Anna terus memanggil Victor melalui kaca spion mobil hingga tidak terlihat lagi. Gadis itu tengah berpikir untuk apa Victor mendatangi kediamannya setelah sekian lamanya.

Ting

+3481124xxxx

Anna...

Anna membeku saat melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. Anna melihat foto profil pengirim untuk meyakinkan dugaannya dan benar saja yang mengiriminya pesan adalah Victor. Jantung gadis itu berdetak kencang saat melirik pada spion mobil ternyata Victor mengikutinya dari belakang. Ia mengingat betul mobil itu adalah mobil yang di sandari Victor tadi.

Anna tidak mengerti kenapa tiba-tiba Victor kembali datang setelah ia berusaha melupakannya meski tidak sepenuhnya melupakan pria itu. Apa mau pria itu sekarang?.

+3481124xxxx

Anna...temui aku di kafe dekat kampusmu siang ini!.

"Siapa Anna?,"tanya Justin melirik Anna yang tampak menegang.

"Bukan siapa-siapa Justin. Ini Kak Alan mengirimiku pesan,"bohong Anna. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya karena Justin tipe cowok yang cemburuan.

Anna menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas tanpa membalas pesan dari Victor. Ia tidak ingin Justin mencurigainya dan mereka akhirnya bertengkar. Jantung gadis itu saat ini berdegup semakin kencang saat melihat mobil Victor masih mengikutinya dari belakang.

...****************...