Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencurigakan
Ternyata kalimat perpisahan yang di ucapkan Jian Ying tadi benar-benar membuat Shun Yuan terasa berat menuju ke medan perang.
Dia terus memikirkan tentang Jian Ying yang sekarang sudah benar-benar berubah. Dia sendiri tidak tau kenapa bisa merasa kehilangan akan sosok Jian Ying yang dulu selalu membuatnya risih.
Tak ada Jian Ying yang selalu merasa berat ketika ingin berangkat berperang. Tak ada tangis manjanya yang tak ingin di tinggal. Jian Ying yang selalu mengajaknya bicara dengan suaranya yang berisik juga tak ada lagi.
Shun Yuan terbebas dari lamunannya saat kereta kuda yang dinaiki Shun Yuan perlahan mulai berhenti.
"Kaisar, sudah waktunya istirahat" Weisheng membuka tirai di kereta kuda milik Shun Yuan.
"Baiklah, kita lanjutkan perjalanan saat matahari mulai sudah terbenam agar perjalanan tidak terlalu panas karena terik matahari"
"Baik Kaisar!"
Perjalanan mereka memang belum sampai separuh jalan, masih cukup jauh dan membutuhkan waktu sampai dua malam untuk sampai ke medan perang yang telah di sepakati dengan Kerajaan Fang.
Kedua kerajaan itu akan berperang untuk memperebutkan sebuah wilayah di paling tempat paling tenggara dari Kerajaan Han.
Shun Yuan mulai turun dari kereta kudanya. Dia menghampiri Weisheng dan Kasim Bao yang telah menyiapkan makanan dan minuman untuknya.
Weisheng menatap sahabatnya yang baru saja duduk di sebelahnya dengan lesu.
"Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?" Karena para prajuritnya sedang sibuk makan dan beristirahat Weisheng berani bicara dengan santai pada Shun Yuan.
"Tidak ada" Shun Yuan meneguk minuman dengan cepat.
"Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Permaisurimu tadi malam?"
Shun Yuan menatap Weisheng. Dia jadi teringat saat pria di sampingnya itu lebih dulu memayungi Jian Ying dengan jubahnya.
"Tidak ada. Tapi aku rasa dia sudah benar-benar membenciku" Shun Yuan tersenyum miris kala semua ucapan dan sikap dingin Jian Ying melintas di kepalanya.
"Maksudmu?"
Shun Yuan hanya menggeleng. Dia tidak ingin mengatakan apapun pada siapapun tentang apa yang dikatakan Jian Ying baik tadi malam atau tadi pagi.
Lain halnya Shun Yuan yang pikirannya terus tertuju pada Jian Ying, Jian Ying sendiri malah sibuk mencari tau siapa orang yang tega memfitnah keluarganya.
Dia terus berjalan mondar-mandir sejak tadi sampai matahari kini sudah tak nampak lagi.
"Shuwan"
"Iya Permaisuri?"
"Temani aku menemui kedua orang tuaku sekarang juga"
"Tapi ini sudah malam Permaisuri"
"Justru itu, jangan sampai ada yang tau kalau kita ke sana"
"Baiklah Permaisuri"
"Oh ya Shuwan, sebelum ke sana, bolehkan aku minta tolong padamu?"
"Tentu saja Permaisuri, apa yang bisa saya bantu?"
"Tolong pergilah ke dapur dan tanyakan pada koki apa masih ada sisa makanan? Aku ingin membawakan untuk Orang tua ku. Bilang saja pada mereka kalau aku yang lapar" Jian Ying tau pasti Ayah, Ibu dan Kakaknya kelaparan dan makan seadanya di dalam penjara.
"Baiklah Permaisuri"
Jian Ying sudah bersiap sembari menunggu Shuwan mengambil makanan dari dapur. Dia berniat menemui Kakaknya dan meminta petunjuk darinya kira-kira siapa orang yang patut dicurigai untuk hal ini.
Pasalnya Jian Ying yang dari dulu terlalu buta sampai tak bisa melihat siapa saja orang yang bersekutu di dalam Kerajaan itu.
"Permaisuri, saya sudah mendapatkannya" Shuwan menunjukkan makanan yang begitu banyak telah di bungkus dengan kain.
"Terimakasih Shuwan. Ayo kita pergi"
Jian Ying memilih pergi melalui jalan belakang. menghindari banyaknya dayang yang berjaga di sekitar Harem. Dia tidak mau kepergiannya malam-malam seperti ini di ketahui oleh Ibu Suri dan Selir Li Mei.
Mereka baru bisa tenang setelah berhasil keluar dari Harem. Mereka berjalan tanpa menimbulkan kecurigaan menuju ke dalam penjara.
"Permaisuri"
Langkah Jian Ying terhenti karena keberadaan seseorang di sana.
"Pangeran Chang Su?" Gumam Jian Ying karena baru melihat putra mendiang Kaisar Han yang lahir dari Selir Wo Ming setelah sekian lama bertugas di Istana perbatasan bagian barat.
Chang Su memiliki usia yang tak terlalu jauh dari Shun Yuan dan bisa di sebut adik dari Shun Yuan yang lahir dari Selir Ayahnya. Yaitu Selir Wo Ming yang sudah meninggal sejak Chang Su berusia sepuluh tahun.
"Apa kabar Permaisuri?"
"Baik" Sejak duku Jian Ying memang tidak begitu menyukai sikap Chang Su yang sombong dan semena-mena.
"Syukurlah karena aku dengar Permaisuri mengalami perubahan setelah terjatuh. Aku hanya takut kalau terjadi apa-apa padamu"
"Terimakasih atas perhatiannya Pangeran Chang Su. Tapi saya sedang buru-buru, permisi" Jian Ying langsung meninggalkan Chang Su begitu saja.
"Hmm, menarik. Ternyata apa yang orang-orang katakan benar, dia begitu dingin dan tentunya sangat cantik dengan penampilan barunya"
"Kenapa dia tiba-tiba kembali ke sini saat Kaisar tidak ada?" Tanya Jian Ying pada Shuwan.
"Saya juga tidak tau Permaisuri. Tapi mencurigakan sekali" Ucap Shuwan yang diangguki oleh Jian Ying.
"Berhenti Shuwan!" Jian Ying langsung menarik Shuwan untuk bersembunyi di balik pilar karena melihat seseorang keluar dari arah penjara.
"Siapa itu Permaisuri?" Bisik Shuwan.
Jian Ying juga belum melihat siapa orang itu karena kurangnya cahaya di area sana. Pria itu hanya terlihat seperti bayangan warna hitam yang berjalan dengan cepat.
"Menteri Wang?" Gumam Jian Ying setelah bisa melihat dengan jelas wajah pria paruh baya itu kala jarak mereka cukup dekat.
"Bukankah itu paman dari Selir Li Mei?" Tanya Shuwan pada Permaisuri.
"Benar. Tapi untuk apa dia ke sana. Siapa yang dia temui?"
"Jangan-jangan Orang tua anda permaisuri"
Jian Ying pun berpikiran sama. Dia langsung buru-buru masuk ke dalam penjara yang masih di jaga begitu ketat.
"Ayah, Ibu, Kakak!"
"A-Ying?" Seru Ayah Jian Ying.
"Ayah, aku senang kalian tidak di ikat seperti kemarin lagi" Entah apa yang terjadi sebelumnya karena sekarang Orang tuanya sudah tak diikat lagi. Jian Yang juga lukanya sudah mengering.
"Kami di sini baik-baik saja Nak. Jangan pikirkan keadaan kami"
"Tidak Ayah. Selama kalian masih tetap di sini, aku tidak akan pernah bisa tenang. Oh ya, aku bawa banyak makanan untuk kalian. Maaf karena sudah membuat kalian berada di sini" Jian Ying
mengeluarkan makanan yang ia bawa tanpa bisa membendung air matanya.
"Ini makanlah Ayah, Ibu. Kau juga Kakak" Jian Ying memberikan makanan pada Kakaknya yang memiliki wajah tak kalah tampan dari Kaisar.
"Terimakasih adikku" Jian Yang menunjukkan senyum di bibirnya yang kering.
"Ayah, apa tadi ada yang mengunjungi kalian ke sini?"
"Tidak ada, memangnya kenapa?" Tanya Tuan Xiao.
"Baru saja aku melihat Menteri Wang keluar dari sini. Kalau mereka tidak menemui Ayah, lantas siapa yang dia temui?"
"Menteri Wang adalah salah satu Menteri yang paling menentang keberadaan Kaum Kafir di istana. Dia juga yang melarang ku memimpin pasukan saat berperang" Sahut Jian Yang.
"Apa menurut Kakak, Menteri Wang memenuhi kandidat sebagai salah satu orang yang memfitnah kalian?" Jian Ying langsung berpikir ke arah sana.
"Bisa jadi, apalagi dia adalah Paman dari Selir Li Mei yang posisinya tak akan bisa menghentikan posisimu sebagai seorang Permaisuri" Jian Yang sejak awal memang mencurigai Menteri dari keluarga bangsawan itu.
"Baiklah, aku akan mulai mencari tau tentangnya"
"Tapi kau harus hati-hati. Jangan sampai rencana kita justru membawa hukuman kita semakin dalam" Jian Yang terlihat begitu mengkhawatirkan adik kesayangannya itu.
"Baik Kak"
tetap semangat dan terus berkarya /Determined/
tapi apapun itu, terimakasih untuk cerita yg indah dan sangat sarat makna..
bahagia mmg hrs diciptakan bukan diangankan saja
kayaknya bakal mirip bara bere nggak ya...???