Santi sigadis kecil yang tidak menyangka akan menjadi PSK di masa remajanya. Menjadi seorang wanita yang dipandang hina. Semua itu ia lakukan demi ego dan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Saat Mak Erot dan Burhan masih menghitung uang. Santi dan adik-adiknya sudah sampai di stasiun Cendrawasih,
"Berapa Pak?" tanya Santi.
"300 ribu."
"Ya Allah, mahal amat bang," tukas Riski.
"Iya Pak mahal amat, padahalkan kami yang duduk hanya berempat, dua adik saya kami pangku," jelas Santi.
"Ya tapi kan tetep aja bebannya ke becak saya neng," uca supir becak.
"Biasanya juga bayar dua puluh ribu satu orang bang."
"Ya beda lah neng, dua puluh ribu dari mana, ini normalnya 40 ribu," ujar supir becak.
Jarak dari kampung ke stasiun Cendrawasih memang cukup jauh, tapi tarif normalnya adalah tiga puluh ribu, jika dikalikan itu hanya seratus delapan puluh ribu, bukan tiga ratus ribu.
"Kurangin deh bang, kami enggak ada uangnya," soalnya bujuk Santi
"Ya udah deh, harga pas dua ratus lima puluh ribu,"
"Ya elah bang itu masih kemahalan bang," ujar Riski.
Santi yang tidak ingin berkelit lama langsung memberikan uang dua ratus lima puluh kepada tukang becak, ia benar-benar ingin segera pergi dari daerah ini sebelum Mak Erot dan Burhan menyadari bahwa mereka kabur.
"Okey, makasih neng."
"Sama-sama bang."
"Huu tukang becak sialan," celetuk Riski setelah si tukang becak itu pergi.
Mereka pun ergi menuju pos loket Bus.
"Pak pesan tiket ke kota Pegangsaan untuk enam orang Pak," ujar Santi.
Kota Pegangsaan adalah ibu kota untuk provinsi tempat mereka berada saat ini.
"Satunya seratus lima puluh ribu neng, kali enam berarti empat ratus dua puluh ribu neng."
“Wahh mahal banget Pak, enggak bisa kurang itu harga tiketnya Pak?"
"Enggak bisa neng, ini sesuai dengan fasilitas bus yang nyaman. Yang harganya lima puluh ribu ada neng, tapi naik itu bus kecil, dan juga enggak nyaman takutnya adik-adik neng malah muntah dan pusing di dalam bus kecil begitu neng." ucap penjaga loket bus.
Santi berfikir yang dikatakan tukang bus bener juga, adik-adiknya bisa muntah jika naik bus yang ditunjuk oleh penjaga loket.
"Ini busnya langsung berangkat kan Pak?"
"Langsung berangkat neng, enggak pake lama."
"Okey Pak," Santi mengeluarkan uangnya empat ratus lima puluh ribu dan memberikannya kepada tukang paket
"Pak, kami sudah bisa naik Pak ?" tanya Santi lagi.
"Ya silahkan, naik saja, busnya yang merah itu ya" tunjuk pak paket
"Okey Pak."
Santi pun mengajak adik-adiknya untuk naik, setelah semua adik-adiknya naik, dan barang-barang mereka sudah dimasukkan oleh kernet ke bagasi belakang bus, Santi permisi lagi kepada kernetnya hendak beli makan.
"Pak saya permisi sebentar mau beli makanan, boleh kan?"
"Ya sudah boleh neng, jangan Alma lama ya bus mau berangkat," ucap kernet.
"Ok bang," Santi setengah berlari pergi ke rumah makan, Berung di dekat stasiun ada rumah makan.
Santi pun membeli 12 bungkus nasi untuknya dan adik adiknya, satu untuk mereka makan hari ini dan satu lagi untuk mereka makan nanti malam.
Tadi Santi sempat memva rute bus di terminal itu, dan untuk sampai ke kota Pegangsaan itu membutuhkan waktu dua belas jam perjalanan, itulah sebabnya Santi membeli dua belas bungkus ,khawatir jika bus tidak berhenti untuk makan malam, jadi untuk jaga-jaga Santi membeli makan dan air mineral kemasan botol sebanyak dua belas pula.
Ia juga membeli jajan jajanan agar adik adiknya tidak bosan selama di dalam bus. Santi memilih lauk ayam goreng, agar tidak basi sampai malam nanti.
Satu bungkus nasi dengan lauk ayam goreng seharga 20 ribu, dikali 12 jadinya 240 ribu, air mineral kemasan botol satunya harga empat ribu dikali 12 jadi 48 ribu, ia juga membeli banyak jajan yang menghabiskan uang lima puluh ribu.
Jadi total uang untuk konsumsi mereka selama perjalanan menghabiskan uang senilai 338 ribu.
Dikarenakan Santi belanja banyak, pemilik warung pun inisiatif untuk menyuruh anggotanya membawa belanjaan Santi sampai ke dalam bus.
“Wahhh belanja banyak neng?” Tanya kernet bus.
“Iya bang, untuk persediaan selama perjalanan,” sahut Santi.