Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menebus Kesalahan?!
Givan terlalu terkejut saat melihat Devan yang datang begitu cepat. Pria yang biasanya mengemudi mobil sendiri saja malas, dan selalu merepotkan dirinya untuk mengemudi. Tapi sekarang, dia datang dengan waktu cepat.
"Dimana dia? Kau tidak menyentuhnya 'kan?"
Pertanyaan dengan nada ancaman itu, cukup membuat Givan bingung untuk menjawabnya. Dia hanya menggeleng pelan. Meski sebenarnya tadi dia mencoba untuk membangunkan Leava dengan menyentuh bahunya. Tapi melihat nada bicara dan tatapan Devan saat ini, membuatnya jadi diam dan tidak mengatakan yang sebenarnya. Tatapan mata Tuannya sudah menunjukan sebuah ancaman.
Devan masuk ke dalam ruangan, dia melihat Leava yang sedang tertidur dengan tangan yang menjadi bantalan di atas meja kerjanya. Entah dia sadar atau tidak, namun dia tersenyum melihatnya.
Devan berjalan mengitari meja kerja, dia mengelus lembut kepala Leava. Merapikan rambutnya yang menghalangi wajah. "Kenapa kau bisa sampai tertidur disini? Padahal sudah waktunya pulang kerja. Apa aku terlalu keras padamu?"
Devan melirik ke arah kotak pizza yang tadi suruh Leava membelikannya. Tapi dia malah pergi rapat dengan rekan kerjanya dan tidak memakan sepotong pun. Pizza di dalam kotak itu hanya tinggal setengahnya.
"Kau makan banyak juga ya. Tapi tubuhmu kecil begini" gumamnya pelan.
Leava mengerjap pelan saat dia merasa ada sesuatu yang mengelus kepalanya. Saat dia bangun, dia melihat Devan yang berdiri di depannya. Refleks Leava langsung berdiri, sampai kursi yang dia duduki terpental ke dinding dibelakangnya karena gerakannya yang terlalu cepat.
"Hati-hati" Devan memegang tangan Leava saat gadis itu hampir saja terjatuh. "Kau bisa jatuh dan membentur lantai"
Leava mengerjap pelan, dia masih seperti mimpi sekarang. Ekspresinya bingung karena melihat Devan yang berada disini. Dan dia sadar jika dia yang ketiduran di tempat kerja, adalah hal yang buruk di hari pertamanya bekerja.
"Tuan, maafkan saya. Tolong jangan pecat saya. Saya janji tidak akan ketiduran lagi" ucap Leava dengan membungkukkan tubuhnya.
Devan hanya menahan senyum, melihat ekspresi Leava yang memang begitu menggemaskan baginya. "Ini sudah waktunya pulang kerja, kenapa kau masih berada disini?"
"Hah?" Wajah kaget Leava malah semakin membuat Devan gemas sekarang. Bagaimana gadis itu bisa menunjukan wajah begitu manis seperti itu.
"Ya, kau sudah seharusnya pulang dari jam 5 sore. Kenapa sekarang masih berada disini? Kau tidak lihat jam? Apa kau ingin bekerja lembur? Kalau begitu akan saya kasih pekerjaan"
Lagi-lagi, Leava hanya mengerjap kaget. Lalu dia melihat jam tangannya, sudah pukul setengah 7 malam. Dan dia sadar sudah tertidur selama itu. Lalu, dia melihat penampilan Devan. Pria itu hanya menggunakan kaos polos dan celana panjang.
"Apa Tuan sudah kembali ke rumah? Kenapa anda kembali lagi ke Kantor?" tanya Leava.
Devan langsung terdiam dengan sedikit gugup. "Ck, kau cepat pulang. Lagian terserah saya mau datang kesini lagi atau tidak. Ini 'kan Perusahaan saya!"
Leava hanya mengerutkan keningnya dengan menghembuskan nafasnya. Leava mengambil tas dan poselnya. Menatap Devan yang mengambil sesuatu dari atas meja kerjanya. Berbalik pada Leava dan menunjukan berkas di tangannya.
"Saya kesini karena mau mengambil ini" ucap Devan.
Leava mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Ya terserah Tuan, ini 'kan Perusahaan Tuan"
Devan langsung dibuat terdiam dengan ucapan Leava barusan. Apalagi karena dia sudah mencari cara untuk menjelaskan kenapa dia bisa berada lagi di Kantor, hanya karena ingin Leava tidak berpikir jika dirinya terlalu perhatian padanya. Tapi ternayata, gadis itu malah se-cuek itu padanya.
"Kalau begitu, saya mohon pamit ya Tuan. Saya pulang dulu" ucap Leava yang sudah berjalan ke arah pintu keluar.
"Eh tunggu!"
Leava langsung menghentikan langkahnya, tangannya yang sudah hampir membuka pintu juga langsung terhenti. Dia menoleh dan menatap Devan yang berjalan ke arahnya.
"Iya Tuan?"
"Kau pulang naik apa?" tanya Devan.
"Taksi"
"Aku antarkan saja! Tapi ini hanya karena saya kasihan saja padamu. Kau sudah membelikan saya pizza itu untuk makan siang, tapi saya tidak memakannya. Jadi, anggap saja menebus kesalahan saya" ucap Devan, masih dengan wajah dinginnya.
Leava menatap Devan dengan kening berkerut bingung. Dia tidak mengerti dengan sikap Bosnya yang berubah-ubah seperti ini.
"Tidak perlu, Tuan. Lagian saya tidak mau merepotkan anda"
"Aku tidak membutuhkan jawabanmu. Ini adalah keinginanku sendiri!"
Leava hanya terdiam mendengar itu, dia seolah memang tidak bisa menolak ucapan Bosnya ini. Dan akhirnya dia pulang dengan diantar oleh Devan malam ini. Sepanjang perjalanan, Leava hanya diam saja. Berbicara saat menunjukan jalan saja. Sampai mobil terhenti di depan Kosannya.
"Terima kasih Tuan, karena sudah mengantar saya pulang" ucap Leava dengan mengangguk sopan.
"Hmm"
Dih, nih orang kenapa sih? Tadi aja tiba-tiba baik. Pake ada acara nebus kesalahan segala. Eh, sekarang sikap dinginnya kembali lagi. Heran gue.
Leava hanya memutar bola mata malas, dia langsung turun dari mobil dan berdiri di dekat pagar. Menunggu sampai mobil Devan pergi, dia melambaikan tangan saat mobil Devan melaju. Meski tahu pria itu belum tentu melihat lambaian tangan perpisahan darinya.
"Apaan sih nih orang, Aneh banget"
Leava berjalan masuk ke halaman kosnya. Dia berjalan sambil mengeluarkan kunci dari dalam tas, sampai seseorang menepuk bahunya, membuat dia terlonjak kaget. Saat dia melihat ternyata itu adalah adiknya. Membuat Leava langsung memkulnya kesal.
"Apaan si Dek, ngagetin gue aja deh"
Dika hanya tertawa pelan, dia merangkul bahu Kakaknya. "Dianterin siapa barusan? Bos ya? Mobilnya keren banget, pasti mahal banget tuh"
Leava langsung memutar bola mata malas. Sekali lagi dia memukul lengan adiknya. "Lo tuh cowok, tapi suka banget kepo sama urusan orang. Bibir lemes lo itu yang bikin bahaya"
Dika hanya tertawa saja, dia mengecup pipi Kakaknya. Meski senang menjahili sang Kakak, tapi dia tetap menyayanginya.
"Kan penasaran aja. Kakak gue tiba-tiba dianterin pake mobil mewah. Takutnya lo jadi simpanan Om-om lagi"
Plak...
Kali ini pukulannya lebih keras, ucapan adiknya yang terkadang suka tak bisa di rem. "Bibir lo ini! Sumpah kalo gak ada hukum di Negara ini, udah gue bunuh lo dari dulu!"
Dika hanya tertawa saja melihat kekesalan sang Kakak. Dia segera berlari mengejar Leava yang berjalan lebih dulu darinya. Sampai di depan pintu kamar Kosnya, Leava langsung membuka kunci kamar.
"Gue udah pindah tadi sore, Kak. Ibu Kos udah kasih gue kuncinya. Uang sewanya udah gue bayar juga buat bulan ini" ucap Dika.
Leava langsung menoleh padanya, menatapnya dengan serius. "Darimana lo dapet uang? Apa lo jadi simpanan Tante-tante lagi? Haha"
"Kak!!"
Leava langsung berlari masuk dan menutup pintu kosnya dengan keras. Tahu adiknya akan kesal padanya. Tapi dia hanya balas dendam saja atas ucapannya tadi.
Bersambung