My Bad Husband

Gorge terdiam menatap Dokter yang dikenalkan Thomas padanya, Dokter itu nampak percaya diri seolah memang benar memiliki kemampuan yang bisa membuat Gorge mendapatkan kembali ingatannya. Hah! Lucu sekali bukan? Dokter itu memang hebat, tapi sayangnya niat yang dia miliki adalah untuk merusak kerja otak Gorge untuk menjadi buruk dan lemah dalam berpikir nantinya.

Tentu saja orang tidak akan merasa heran kalau saja Gorge nanti menjadi bodoh, karena Thomas dan Dokter itu akan mengatakan jika keanehan terhadap Gorge terjadi karena benturan keras yang membuatnya kehilangan ingatan, juga kehilangan daya berpikir normal seperti sebelumnya.

Tapi, Dokter itu bahkan tidak akan berani menjalankan rencananya karena sebelum Gorge dan juga Thomas datang kesana, Lorn sudah lebih dulu mendatangi Dokter itu. Awalnya Dokter itu masih ingin mengelak dan mencoba menipu Lorn, tapi saat Lorn menyodorkan beberapa lembar photo keluarga si Dokter, akhirnya dia menyerah dan mengatakan semua yang dikatakan Thomas. Sekarang untuk melindungi keluarganya Dokter itu hanya bisa berusaha sebaik mungkin agar tidak membuat Thomas curiga, juga tidak boleh mencelakai Gorge sedikitpun.

" Bagaimana keadaan adik saya, Dok? " Tanya Thomas untuk menunjukan kepada Gorge bahwa dia benar-benar perhatian dan tulus ingin membatu Gorge agar cepat sembuh dari amnesia nya.

" Masih ada harapan untuk kembali mendapatkan ingatannya, tapi memang butuh terapi khusus yang mungkin akan sakit untuk adik anda. "

Thomas menatap Gorge seolah dia merasakan betapa sedihnya dia.

" Gorge, aku sebenarnya tidak tega memintamu untuk melanjutkan prosedur pengobatan ini, hanya saja kau adalah CEO Ghasond Group. Kau harus mendapatkan kembali ingatanmu agar kau bisa memimpin perusahaan dengan baik seperti sebelumnya, jadi aku harap kau lebih bersabar dan bertekad lagi ya? Prosedurnya memang menyakitkan, tapi kalau hasilnya kau bisa mendapatkan kembali ingatanmu, tentu saja itu adalah hal besar yang kau inginkan bukan? "

Gorge membuat bibirnya tertarik membentuk senyuman. Rasanya benar-benar muak sekali harus melihat wajah sok perhatian dari orang yang bahkan ingin membunuhnya beberapa kali. Tapi dia masih harus bertahan seperti ini, ingatannya tidak bisa kembali hanya dengan hitungan Minggu saja, bukan juga bisa kembali saat kepalanya terbentur lagi. Gorge tentu saja sudah memeriksakan diri sebelumnya, dan Dokter yang ia temui adalah ahli tentang amnesia, jadi untuk sekarang Gorge hanya bisa bersabar, perlahan mengumpulkan pecahan-pecahan peristiwa untuk mendorong ingatannya.

" Anda tahu harus melakukan apa bukan? Berhati-hati lah karena Thomas bukan orang yang kurang peka. " Ucap Gorge saat dia sedang berdua saja dengan Dokter itu.

" Baik, saya paham. "

Empat bulan terlewati.

Gorge benar-benar berusaha sangat keras dalam banyak hal, sekarang ini ingatannya masih belum jelas dan samar-samar sulit untuk Gorge tangkai jalan ceritanya. Tapi, Gorge sudah menunjukan betapa hebatnya dia dalam berbisnis di saat tengah amnesia begini. Yah, semua itu sebenarnya juga tidak luput dari bantuan Lorn serta Dave yang masih diam di tempat yang kemungkinan besarnya sulit untuk Thomas jangkau. Bukan itu bersembunyi karena takut, tapi Dave berada di sana untuk tetap bisa merencanakan semua hal dengan tenang, serta mencari cara untuk membatu Gorge meski tidak secara langsung bertemu.

" Lorn, bagaimana dengan Edward yang beberapa hari lalu kau ceritakan? Apa kau sudah menemukannya? " Tanya Gorge setelah semua pekerjaannya selesai.

" Masih belum ditemukan, rasanya sangat aneh sekali karena sulit menemukannya. Tidak tahu kenapa, sepertinya aku mencurigai dia terlibat dalam peristiwa itu. "

Gorge membuang nafas kasarnya.

" Terlalu dini untuk mencurigai, berusaha lah lebih keras lagi. Aku yakin tidak ada sesuatu yang di lakukan dengan begitu sempurna seperti ini. "

" Baik. "

Setelah Lorn keluar dari ruangannya, Gorge mengeluarkan ponselnya, lalu tersenyum melihat photo yang bagus aja di kirimkan oleh Jenni. Tentu saja itu adalah photonya Mimu, dia sedang mengusap perutnya yang sudah membuncit sembari menatap tanaman di depan rumahnya. Rindu, dia benar-benar sangat merindukan Mimu hingga kadang tanpa sadar dia terus memanggil nama Mimu. Benar terlalu cepat dan terlaku sederhana perasaan cinta untuk Mimu itu tumbuh, tapi apapun alasannya Mimu sudah menjadi istrinya, juga akan menjadi Ibu dari anaknya, maka yang bisa Gorge lakukan adalah menyelesaikan semuanya dengan baik agar bisa cepat menemui Mimu dan hidup bersama dengannya selamanya.

***

Mimu mengeryit menatap Jenni yang begitu semangat membantunya. Kadang ada perasaan tidak enak yang Mimu rasakan kepada Jenni karena bagaimanapun Jenni banyak sekali memberikan uang untuknya. Empat bulan usia kandungannya, bahkan lebih dari seratus juta uang sewa yang di Batakan Jenni padanya membuat Mimu kadang memikirkan hal di luar dugaan.

Apakah Jenni adalah seorang konglomerat yang bisa hidup bersama keluarga kayanya? Apakah Jenni aslinya adalah putri kerajaan yang punya banyak sekali uang? Kalaupun bukan apakah Jenni pernah merampok Bank dan membuatnya menjadi sangat kaya seperti sekarang ini? Entah sebenarnya dari mana hasil uang itu padahal Jenni juga hanya berada di rumah terus untuk menjaganya.

" Jenni, kau sedang apa sekarang? "

Tanya Mimu seraya berjalan mendekat dan duduk di sebelah Jenni yang begitu sibuk dengan ponselnya.

" Sedang memesan baju bayi, kau lihat deh ini lucu-lucu sekali! "

Mimu terdiam, sebenarnya siapa Jenni? Kenapa segala kebaikan Jenni membuat Mimu merasa takut dan waspada?

" Jenni, masalah anakku kau tidak perlu khawatir. Nanti aku akan beli dari uangku sendiri. " Ujar Mimu segera memenggak berharap kali ini saja Jenni mengikuti ucapannya.

Jenni membuang nafas sebelum menjawab ucapan Mimu.

" Mimu, pakaian bayi yang aku pesan ini adalah baju bayi dengan kualitas terbaik, botol susu, juga peralatan lain aku sudah memesan dengan kualitas yang paling baik. Mungkin bagimu anak yang kau kandung itu biasa seperti anak lain di desa ini, tapi untukku bayi itu benar-benar luar biasa. "

Kalau perhatian Tuan Gorge sejelas itu, tentu anak Mimu adalah anak Tuan Gorge kan?

Mimu memaksakan senyumnya.

" Bayi ini mana bisa di samakan seperti anak biasa yang ada di desa ini. Selian dia adalah anak yang spesial untukku, anak ini lahir tanpa adanya seorang Ayah nantinya. Bahkan di dalam kandungan saja sudah harus menerima hujatan dan sindiran dari banyak orang. Tentulah bayiku tidak sama seperti bayi lainnya. "

Jenni mengangguk paham, tentu saja dia tahu kalau menjalani masa kehamilan tanpa pasangan adalah hal yang sangat sulit, tapi Tuan Gorge bahkan selalu memantau keadaan Mimu dan terus bertanya bagaimana ke adaan Mimu dan mengirim banyak sekali uang agar kebutuhan Mimu tercukupi.

" Orang yang menggunjing itu, dalangnya cuma Osan dan Nita saja. Aku rasa dia suka menggunjing karena iri saja, sampai detik ini kan Nita belum juga hamil. "

Bersambung.