Penggoda King Mafia

Mendapat todongan senjata justru membuat Dante tertawa terbahak-bahak ditambah Eros yang sekarang berpihak pada Ellen.

"Tertawa sebelum kematianmu?" Ellen menarik pelatuk pistolnya.

Ellen melangkah maju, para penjaga tidak berani membantu karena mereka di bawah kendali Eros.

"Apa tujuanmu sebenarnya, hah!?" Ellen bertanya dengan nada yang galak. Dia ingin membunuh Dante sekarang juga tapi dia penasaran akan tujuan lelaki tua itu.

"Siapa Freya? Kenapa kau menukar posisiku dengan perempuan itu?"

Eros terus mengamati keadaan, dia menunggu jawaban yang akan dilontarkan oleh Dante.

"Uang dan kekuasaan, bukankah kau sudah mendapatkannya?" cecar Ellen lagi.

Tidak ada jawaban, justru Dante menepuk tangannya sebagai kode memanggil anak buahnya.

"Kau tidak perlu tahu karena semua ini tidak ada urusannya denganmu," ucap Dante kemudian.

"Tidak ada urusan kau bilang? Aku tidak akan..." Ellen tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena anak buah Dante yang datang membawa seseorang yang dia kenal.

Mata Ellen terbelalak karena orang itu tampak tak berdaya dengan wajah yang babak belur setelah disiksa di penjara bawah tanah itu.

"Enzo?" panggil Ellen yang melihat rekannya.

Dante terkekeh. "Jika kau membunuhku maka temanmu juga akan mati!"

Keadaan semakin tegang, Ellen jadi bingung, dia melirik ke arah Eros, lelaki itu ternyata bersiap menyerang Dante.

Ellen akhirnya berganti menodongkan senjata ke kepala Eros. "Jangan bergerak, temanku bisa mati!"

"Bukan saatnya memikirkan hal seperti itu, pikirkan saja tujuanmu!" balas Eros.

"Aku tidak akan mengorbankan temanku, bisakah kau percaya padaku? king Draco pasti akan membantu kita," bujuk Ellen.

"Kau percaya pada king Draco setelah apa yang terjadi padamu?" tanya Eros begitu menohok.

Ellen terdiam sejenak lalu berkata. "Ya, aku percaya padanya!"

...***...

Di sisi lain, Kerel datang menemui Draco yang saat itu masih berada di ruang ganti.

"Apa kau baik-baik saja?" tegur Draco saat melihat Kerel datang.

"Kita bahkan sering mendapat luka yang lebih parah dari ini, bukan?" balas Kerel seraya melempar kotak rokoknya.

"Masih ingin mencari pengantinmu?"

Draco menangkap rokok yang dilempar oleh Kerel kemudian menyalakannya.

"Tentu saja, kalau tidak ingin, tidak mungkin aku mau menghabiskan waktu bersama Freya," sahut Draco seraya menyesap rokoknya.

"Sepertinya pengantinmu membutuhkan bantuan," ucap Kerel lagi.

Mendengar itu, Draco langsung membuang rokoknya, dia jadi teringat kata-kata Kerel yang ambigu sebelum acara gladiator dimulai.

Lelaki itu berjalan ke arah Kerel kemudian mencengkram lehernya.

"Katakan, apa yang kau sembunyikan dariku!" geram Draco yang selalu merasa dipermainkan.

"Tenanglah!" Kerel mencoba melepas tangan Draco.

"Jadi, kau tahu siapa pengantinku, bukan?" cecar Draco, dia tidak mau melepaskan Kerel sebelum menerima jawaban dari lelaki itu.

Karena tidak mau membuang waktu lagi, Kerel akhirnya mengatakan kebenaran yang dia ketahui.

"Pengantinmu sebenarnya adalah perempuan yang menghangatkan ranjangmu akhir-akhir ini," ucap Kerel.

Draco mengerutkan keningnya dalam sekali, dia langsung berfikir jika perempuan yang dimaksud Kerel adalah Ellen.

"Iya, pengantinmu adalah Ellen, Drac. Dia menanggung resiko seorang diri datang ke istana ini hanya untukmu," jelas Kerel.

Sulit dipercaya, Draco melepas cengkramannya pada Kerel lalu mengusap wajahnya kasar. Dia masih berusaha mencerna semuanya.

"Dante sengaja menukar pengantinmu dengan Freya, dia membuat Ellen kecelakaan sampai koma, beruntung Ellen masih selamat dan sejak hari itu Ellen bertekad ingin mengambil posisinya kembali," tambah Kerel.

Draco memejamkan matanya, jadi Ellen tahu dari awal jika dia tidak menginginkan pengantinnya, tapi perempuan itu masih mau menggoda dan menyerahkan tubuhnya.

"Kenapa dia lakukan itu?" tanya Draco.

"Supaya kau percaya padanya," jawab Kerel.