follow Ig mom_tree_17, tik tok Mommytree17 💕
Lara gadis cantik berusia delapan belas tahun, tak menyangka rencana sang Ibu untuk menjebak kakak tiri mereka yang bernama Edgar agar tak menguasai seluruh kekayaan keluarga Collins justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
Dia terjebak satu malam panas bersama Edgar tanpa keduanya sadari, dan setelah kejadian malam itu keduanya berusaha untuk menutupi scandal tersebut, namun yang terjadi justru perasaan cinta mulai tumbuh dihati keduanya.
Hubungan yang tak seharusnya terjadi di antara keduanya, karena mereka bersaudara satu ayah walaupun beda ibu justru semakin rumit dengan benih yang mulai tumbuh di rahim Lara.
Lalu bagaimana akhirnya jika keluarga mereka mengetahui hubungan yang terjalin antara Edgar dan lara? Dan apa jadinya jika Scandal yang dilakukan Edgar dan Lara justru membongkar kisah masa lalu kedua orang tua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Hari yang ditunggu oleh keluarga Miranda akhirnya datang juga, dimana hari ini adalah hari pertunangan Rose putri tertua keluarga Collins. Seluruh tamu undangan sudah mulai berdatangan termasuk Robert dan tentu saja istri keduanya.
Lara sempat melihat bagaimana kesalnya Mom Miranda saat tahu Robert membawa wanita ****** itu kemansionnya. Namun karena banyaknya tamu undangan juga karena tidak ingin merusak acara pertunangan Rose, Mom Miranda memilih menahan kekesalannya.
"Kau lihat apa?" Gavi menatap sahabat baiknya yang sejak tadi diam tak bersuara, padahal biasanya Lara orang yang paling berisik.
"Tidak ada." Lara balik menatap Gavi yang terlihat berbeda dari biasanya. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran pujaan hati para murid perempuan di sekolah mereka itu terlihat sepuluh kali lebih tampan dari biasanya saat mengenakan setelan jas hitam. "Kau kemasukan setan ya? Sejak kapan seorang Gavi Mahendra memakai setelan seperti ini." Ejek Lara dengan tertawa, karena biasanya sahabat baiknya itu selalu berpakaian santai meskipun ke sebuah acara formal.
Gavi tersenyum sembari merapihkan jas yang dikenakannya. "Bagaimana, aku tampan bukan?" ucapnya dengan penuh percaya diri.
"Tampan sih, tapi..."
"Tapi apa?" Gavi mengerutkan keningnya.
"Tapi kalau dilihat dari atas monas dan dari lubang sedotan," kelakar Lara dengan tertawa.
"Mulutmu itu lama-lama aku mukbang juga," Gavi menatap penuh minat pada bibir Lara.
"Coba kalau berani?" tantang Lara sembari memajukan bibirnya.
"Serius?" tanya Gavi dengan menelan salivanya susah payah. Impiannya selama ini ingin merasakan berciuman bersama sahabat yang selama dicintainya akan terwujud.
"Tentu saja, tapi dengan satu syarat."
"Apa itu?"
"Tutup matamu!"
"Ah.. tidak mau, nanti aku dikerjai lagi." Karena bukan sekali dua kali ia dikerjai Lara yang terlihat polos namun selalu banyak akal jika menjahilinya.
"Ya sudah kalau tidak mau, tapi ingat! Kesempatan itu tidak akan datang dua kali." Lara mengedipkan matanya.
"Benar juga," Gavi menatap Lara dengan intens lalu menatap sekitarnya dimana para tamu undangan sudah berkumpul karena sebentar lagi acara akan dimulai. Jika melihat kondisinya seperti itu tidak mungkin Lara berani mengerjainya. "Baiklah, aku tutup mataku."
"Yes, ayo cepat!" Lara kembali memajukan bibirnya.
Gavi pun semakin bersemangat menutup kedua matanya dengan jantung yang berdetak dengan cepat, terlebih saat bibirnya menyentuh sesuatu yang kenyal. "Kenapa bibir Lara kasar dan bau rokok," gumamnya dalam hati sembari membuka kedua matanya. "Oh ****!" umpat Gavi saat melihat yang diciumnya tadi adalah bibir seorang pelayan pria.
Lara yang berhasil mengerjai Gavi untuk kesekian kalinya tertawa dengan lepas, sampai membuat para tamu undangan menatap kearahnya.
"Lara Collins kau keterlaluan!" Gavi mengusap bibirnya dengan kasar. "Oh ya ampun, bibir sexy ku ini jadi jatuh pasarannya." Karena merasa jijik dan mual Gavi pun memutuskan ke toilet untuk membasuh bibirnya.
Lara sendiri masih tertawa dengan puas melihat Gavi yang pergi terburu-buru, terlebih saat melihat pelayan pria nya yang terlihat shock. Tanpa menyadari ada beberapa sorot mata yang menatapnya dengan tatapan berbeda, yang satu menatap Lara dengan emosi, yang kedua menatap Lara dengan penuh kasih, dan yang ketiga menatap Lara dengan meremehkan.
"Kau lihat putrimu itu, sikapnya sungguh tak berpendidikan membuat nama Collins menjadi rusak." Ejek Nela dengan meremehkan putri ketiga Miranda. "Jika dia dewasa nanti masih seperti itu, tidak akan ada orang tua yang mau menjadikannya seorang menantu."
"Ada, sudah ada calon mertua untuknya." Robert terus menatap Lara yang saat ini tengah dimarahi oleh Miranda istri pertamanya.
"What? Jadi Lara sudah punya calon mertua, tapi dia masih sekolah dan siapa calon mertuanya? Apa kita kenal?" tanya Nela dengan beruntun karena terkejut.
Robert tak menanggapi perkataan Nela, ia lebih memilih mencari putri tertuanya yang sejak tadi belum dilihatnya. Nela sendiri bergegas menyusul Robert karena tidak ingin meninggalkan suaminya itu seorang diri, lebih tepatnya tidak ingin suaminya nanti bertemu Miranda hanya berdua.