Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.
Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.
Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.
Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.
Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Disosor
"Apa?"
"Eemmm ... apa ada sebuah janji atau amanah dari Ayah kepada Om?"
Steven membulat matanya, agak terkejut dengan apa yang Citra katakan. Lantas dia pun segera menggeleng. "Nggak, maksudnya bagaimana?"
"Ya barangkali ada gitu ...." Citra menatap mata Steven dengan serius, manik matanya sedikit bergerak-gerak. Tetapi sikapnya sangat tenang. "Soalnya aku penasaran."
"Kamunya kata siapa? Apa Gugun memberitahumu sesuatu?" tanya Steven curiga.
"Kok Om Gugun? Maksudnya?"
"Dih kamu ini, aku tanya malah balik tanya." Steven berdecak. "Sudah lupakan saja deh, aku pergi dulu kalau begitu." Mencari aman, lebih baik dia pergi.
'Apa Citra mendengar ucapanku semalam? Tapi masa, sih? Kamarku 'kan kedap suara, dan aku juga nggak kencang ngomongnya,' batin Steven seraya melangkah.
'Apa Om Gugun juga tahu sesuatu?' batin Citra.
"Eh tunggu sebentar, Om!" Citra berlari mengejar Steven yang baru saja membuka pintu mobil.
Saat menoleh, Citra langsung berjinjit dan meraih tengkuk Steven. Sedikit menariknya hingga bibir mereka bertaut.
Cup~
Sontak—kedua mata pria itu membulat sempurna kala untuk kedua kalinya gadis itu memagut bibirnya dengan asal-asalan.
Ciuman yang benar-benar mereka lakukan semalam entah mengapa membuat Citra candu, dia ingin merasakannya lagi. Bahkan ingin juga merasakan sebuah hisapan pada leher dan dadanya yang dilakukan oleh Steven.
Salah satu tangan Citra menarik lengan Steven, lalu telapak tangannya ditempelkan pada salah satu dadanya. Entah apa yang dimaksud gadis itu, tetapi sepertinya dia seolah meminta suaminya untuk kembali bermain pada dua asetnya itu.
Baru saja Steven hendak membalas ciuman Citra dan meremmas dada, namun secara tiba-tiba terdengar suara bariton seorang pria yang entah datangnya dari mana. Tetapi yang jelas, kini pria itu menghampiri mereka dan menepuk kasar pundak Steven.
"Bapak jangan mencabuli mahasiswi di sini!" pekiknya yang mana membuat Steven berlonjak kaget. Dan dengan cepat dia melepaskan bibirnya dari bibir Citra, juga dengan tangannya yang sudah tak memegang dada.
"Bapak ini keterlaluan dan nggak tahu malu! Untungnya hanya aku yang melihat, bukan mahasiswa dan mahasiswi!" umpatnya kesal, pria itu memakai setelan jas. Sepertinya dia salah satu dosen di sana, tetapi Steven sendiri tak mengenalnya.
Citra tertunduk malu, kedua pipinya sudah merah seperti udang rebus. Sejujurnya dialah yang salah, dia yang menarik Steven untuk sampai berciuman. Dia sendiri khilaf, tak ingat jika saat ini ada di kampus.
'Kenapa aku nggak ingat ini di kampus? Tapi ... tadi rasanya enak, bibir Om Ganteng sangat manis. Sayangnya keburu dilihat orang,' batin Citra.
"Kalau saya lihat Bapak mencabuli mahasiswi yang lain, saya akan laporkan Bapak ke polisi!" tambahnya lagi. Sejak tadi pria itu terus mengoceh. Mengungkap isi hatinya yang dongkol.
"Mencabuli, mencabuli, Bapak jangan sembarang kalau bicara!" tegas Steven emosi. "Saya nggak ada mencabuli Citra, tadi kami hanya ciuman dan Citra sendiri yang awalnya nyosor!" ungkapnya jujur.
Pria berjas itu memiringkan kepalanya, ke belakang tubuh Steven. Niatnya ingin bertanya pada Citra, tetapi justru gadis itu sudah menghilang. Steven yang menoleh ke sana juga mengerutkan dahinya.
'Di mana si Citra? Dasar bocah! Dia yang nyosor tapi aku yang dimarahi!' gerutu Steven dalam hati.
"Ya sudah, pokoknya anggap omongan saya ini adalah peringatan pertama dan terakhir. Bapak jangan pernah melakukan hal itu lagi, nggak baik dilihat umum. Apa lagi Bapak sudah berumur."
"Heh! Apa maksudmu mengatakan aku berumur? Kau pikir aku ini sudah tua?!" Steven melebarkan bola matanya dan menyorot tajam ke arah pria di depannya. Dadanya bergemuruh. "Aku masih muda! Kau dan aku juga jauh lebih tua kau!" berangnya emosi.
Setelah itu dia cepat-cepat berlari menuju mobil dan masuk ke dalam, lalu dengan segera menarik gasnya hingga pergi dari gedung itu.
Steven membuang napasnya kasar, dia merasa jengkel sekali pada istrinya itu. Sudah dua kali dia dipermalukan di depan umum.
...Jujur deh, Om. Tapi enak, kan. Disosor duluan? 🤣...