Setelah dikhianati sang kekasih, Embun pergi ke kota untuk membalas dendam. Dia berusaha merusak pernikahan mantan kekasihnya, dengan menjadi orang ketiga. Tapi rencanya gagal total saat Nathan, sang bos ditempatnya kerja tiba tiba menikahinya.
"Kenapa anda tiba-tiba memaksa menikahi saya?" Embun masih bingung saat dirinya dipaksa masuk ke dalam KUA.
"Agar kau tak lagi menjadi duri dalam pernikahan adikku," jawab Nathan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEETING
Setelah sampai di Oceano cafe, Embun dibuat kesal karena Nathan tak segera memesan makan, hanya memesan minum untuk mereka berdua. Padahal dia ingin segera makan lalu melamar kerja. Jaman sekarang, antara lowongan dan pelamar, jelas lebih banyak pelamar, jadi dia harus segera gercep, takut sudah disikat orang lain.
"Katanya lapar, kok gak pesen makanan?" tanya Embun.
"Nanti saja makannya, nunggu klien datang."
"Apa! Klien?" pekik Embun sambil berdiri.
"Astaga, berlebihan sekali reaksimu. Lihatlah, orang-orang melihat kearah kita," Nathan menarik lengan Embun agar duduk kembali. Dia tersenyum pada orang-orang yang melihat kearahnya, secara tidak langsung mengatakan jika tak terjadi sesuatu.
Embun menghela nafas lalu duduk kembali. "Kalau masih nunggu klien, jam berapa kita ketempat bimbel?" gerutunya.
"Siapa yang bilang kita mau ketempat bimbel?"
"Maksudnya? Kakak gak mau ngantar aku gitu?" Embun mulai naik darah, tau gini sejak tadi dia kesana sendiri.
"Bukan."
"Lalu?"
"Kamu gak usah ngelamar kerja. Lagian kamu hanya aku rumahkan, bukan pecat. Jadi kalau mau kerja, tinggal langsung masuk saja."
"Tapi aku tak_"
"Tak ada tapi-tapian," potong Nathan cepat. "Lama-kelamaan gosip tentangmu dan Rama juga akan hilang sendiri."
Embun terduduk lesu. Baru membayangkan kembali ke kantor saja, dia sudah ngeri. Nathan sih enak, cuma teori saja, tapi prakteknya, hanya dia yang menjalani.
"Terus bersamaku jika tak ingin dengar kata-kata yang menyakitkan."
Tak lama kemudian, klien yang ditunggu Nathan tiba. Mereka segera bersalaman dan sedikit berbasa basi.
Sambil menunggu Dimas, mereka makan siang lebih dulu. Diantara dua orang klien Nathan, seseorang tampak terus memperhatikan Embun, membuat wanita itu tidak nyaman.
Embun terkejut saat ada kaki yang menyentuh betisnya. Tak hanya menyentuh, tapi yang hanya mengenaka kaos kaki tersebut juga bergerak seperti mengelus betisnya. Segera Embun menjauhkan kaki. Dan saat dia mengangkat wajah, salah seorang klien tersenyum mesum padanya. Langsung saja dia meletakkan sendok dan gerpunya dengan kasar.
"Ada apa?" tanya Nathan yang melihat wajah kesal Embun.
"Ada yang menyentuh kakiku," sahut Embun.
"Maaf, sepertinya kaki saya tak sengaja menyentuh kaki anda." Ujar Adam, pria yang tadi tersenyum mesum pada Embun. Dia terlihat tenang, membuat Embun yakin jika pria itu sudah sering melalukan hal demikian.
"Tak sengaja," cibir Embun. "Kaki anda jelas jelas meraba betis saya. Apa yang seperti itu bisa dibilang ketidak sengajaan?"
Nathan tercengang mendengar penjelasan Embun. Sedangkan Satria, pria yang datang bersama Adam itu terlihat mulai gelisah.
"Tolong jangan fitnah saya. Anda terlalu membesar-besarkan masalah. Saya hanya tak sengaja menyentuh." Adam lalu menatap Nathan. "Pak Nathan, tolong dikasih tahu sekretarisnya untuk lebih sopan, jangan main fitnah," dia mulai memutar balikkan fakta, membuat Embun makin muak.
Embun menatap Nathan, mencoba meminta pembelaan, tapi Nathan terlihat datar saja, bikin kesel.
"Sebaiknya langsung kita mulai saja meetingnya," ujar Pak Satria. Dia tak mau kerjasama ini batal gara-gara kejadian tadi.
Adam menyeringai, membuat Embun makin jengah. Kesal karena Nathan hanya diam saja sejak tadi, dia memutuskan untuk pergi saja.
"Mau kemana?" Nathan memegang lengan Embun saat wanita itu baru berdiri.
Embun hanya menjawab dengan helaan nafas berat.
"Duduk," titah Nathan.
Mata Embun membola. Jadi Nathan lebih percaya kliennya dari pada dia. "Aku pergi saja, silakan lanjutkan meetingnya."
Embun hendak melangkah tapi Nathan menahan lengannya. "Aku bilang duduk," tekan Nathan.
Embun terpaksa duduk kembali dengan perasaan dongkol. Dia kecewa pada sikap Nathan yang sama sekali tak membelanya.
"Sepertinya tak ada lagi yang perlu kita bahas," ujar Nathan kepada dua klien didepannya. "Silakan anda berdua pergi. Saya mau lanjut makan bersama istri saya."
Mulut Embun menganga. Rasanya tak percaya jika Nathan mengusir klien demi dirinya. Dan apa tadi? Nathan bilang dia istrinya? Baper boleh gak sih?
"I-istri." Wajah Adam seketika pias. Dia tak menyangka jika wanita yang bersama Nathan adalah istrinya.
"Tolong maafkan kelancangan staf saya," ujar Satria. "Kami tidak tahu kalau Nona ini adalah istri anda." Ya, disini Satria adalah bos, sedang Adam hanya bawahannya.
"Istri saya atau bukan, tindakan bawahan anda sangat tidak benar. Apa yang dia lakukan adalah tergolong pelecehan. Jadi saya putuskan, rencana kerjasama kita batal. Jadi silakan kalian pergi," usir Nathan. Dia menatap Adam nyalang, kalau saja bukan ditempat umum, sudah dia kasih pelajaran pria mesum itu.
Adam makin pias, dan keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Setelah ini, dia pasti dapat masalah besar.
"Tolong dipertimbangkan lagi Pak Nathan. Saya akan memberi sanksi pada staf saya. Tapi kalau bisa, jangan sampai kerjasama ini batal," Pak Satria masih berusaha nego.
Sebenarnya Nathan juga berat melepaskan proyek ini. Bekerjasama dengan perusahaan Pak Satria adalah keinginannya sejak dulu. Tapi kelakuan staf Pak Satria tak bisa dia maafkan begitu saja.
"Maaf sepertinya tidak bisa," ujar Nathan.
Pak Satria tampak menghela nafas berat.
"Bagini saja Pak, sebagai permohonan maaf, saya mengundang Pak Nathan dan istri makan malam dirumah saya besok. Mungkin kita bisa mengenal lebih dekat. Dan semoga saja, kita masih bisa melanjutkan kerjasama ini. Baiklah, kalau begitu kami permisi. Sekali lagi, saya minta maaf untuk ketidaknyamanannya." Setelah itu, Pak Satria dan Adam undur diri.
Embun merasa bersalah karena telah salah paham pada Nathan. Pria itu membelanya, rela kehilangan kerjasama yang sangat menguntungkan demi dia.
Nathan yang sedang menyesap jus langsung salah tingkah melihat Embun senyum-senyum sambil menatapnya.
"Ada apa?" tanya Nathan.
"Makasih," sahut Embun. "Makasih karena telah percaya padaku dan membelaku." Hati Embun menghangat. Baper karena perlakuan Nathan. Apalagi saat ingat pria itu mengakuinya sebagai istri. Mendadak dia lupa kekesalanya pada Nathan karena peristiwa semalam.
Cup
Mata Nathan membola saat Embun tiba-tiba mencium pipinya. Hanya pipi, tapi reaksi tubuhnya sangat berlebihan. Jantungnya berdebar kencang, dan tubuhnya terasa meremang.
Selain Nathan, ada orang lain yang lebih tekejut lagi, siapa lagi kalau bukan Cindy. Dia terbengong melihat Embun mencium pipi Nathan, bos mereka.
/Grin/
🥳🥳🥳🥳
🤣🤣🤣🤣🤣
Nathan 🤣🤣🤣