Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tiga
Telah satu minggu berlalu sejak malam pertama mereka. Alvaro sudah kembali beraktivitas seperti biasanya. Tiga hari yang lalu dia sudah mengumumkan tentang perpisahannya dengan sang istri.
Semua rekan kerja dan keluarga sangat terkejut karena mereka baru saja merayakan anniversary pernikahan.
Namun, Alvaro tak langsung mengumumkan pernikahannya dengan Dinda. Nanti orang-orang mengira jika pernikahan kandas karena pernikahannya dengan wanita itu.
"Om, aku nanti mau keluar. Ke supermarket," ucap Dinda saat suaminya akan ke kantor. Dia memang selalu meminta izin pada Alvaro kemana pun dia ingin pergi.
"Sayang, mulai hari ini kamu jangan panggil aku Om. Nanti orang mengira kamu ponakanku," ucap Alvaro.
"Terus aku harus panggil apa?" tanya Dinda dengan wajah berpikir.
"Panggil aku dengan Mas, Abang atau apa saja yang bagimu lebih nyaman, asal jangan Om, apa lagi Bapak!" seru Alvaro.
Dinda tampak berpikir. Dia terdiam dengan dahi berkerut. Mencoba berpikir, panggilan apa yang tepat dan lebih nyaman baginya.
"Bagaimana kalau paman aja!" seru Dinda setelah beberapa saat terdiam.
Alvaro langsung menepuk jidatnya mendengar ucapan sang istri. Dinda yang melihat reaksi suaminya jadi tertawa. Melihat itu, Alvaro langsung memeluk dan mengecup pipi sang istri, sadar jika tadi pasti dia cuma bercanda.
"Mas, nggak pergi kerja nih? Nanti telat!" bisik Dinda melihat suaminya masih terus memeluk, padahal tadi sudah berencana pergi kerja.
Mendengar panggilan yang diucapkan istrinya membuat Alvaro jadi tersenyum. Dia kembali mengecup bibir istrinya.
"Aku pamit, jika aku masih duduk di sini denganmu, aku tak akan jadi pergi ke kantor. Pasti aku akan bawa kamu ke kamar lagi," ujar Alvaro.
Dinda tersenyum lalu mengecup pipi suaminya. Mengantar hingga ke pintu dan mencium tangan Alvaro.
**
Setelah kepergian Alvaro, Dinda lalu membersihkan apartemen. Jam sepuluh dia berencana ke supermarket untuk membeli bahan makanan.
Apartemen tampak telah bersih. Dia lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Dinda mematut dirinya di cermin sebelum meninggalkan kamar. Dia lalu keluar apartemen. Supir telah menunggu di parkir apartemen.
Dinda meminta supir mengantar dirinya ke salah satu supermarket ternama di kota itu. Dia berjalan masuk tanpa memperhatikan siapa saja yang berada di sekitarnya.
Dengan satu keranjang dia mengitari supermarket, memilih apa saja yang dia inginkan. Satu persatu dia ambil sesuai list.
Setelah merasa semua yang diinginkan di pilih, dia lalu membayar ke kasir. Saat itulah Dinda dikejutkan dengan kehadiran seseorang.
"Apa kabar, Dinda? Banyak sekali belanjaannya?" tanya Satria.
Dinda cukup terkejut mendengar sapaan pria itu. Dia lalu mencoba tersenyum walau dalam hatinya cukup takut. Dia masih ingat jika sepupunya Vina itu sedikit curiga mengenai hubungannya dengan Alvaro.
"Satria ... aku kira siapa tadi!" seru Dinda.
"Banyak banget belanjaannya?" Satria kembali bertanya hal yang sama.
"Buat stok di kulkas. Malam kalau laper tak sulit cari makanan," jawab Dinda.
Dinda lalu mendorong keranjang ke kasir. Tiba gilirannya membayar.
"Aku bayar ini dulu, ya," ucap Dinda.
Satria lalu mengangguk setuju. Namun, dia tetap mengikuti Dinda. Justru dia juga membantu mengangkat keranjang wanita itu ke meja kasir.
Setelah melakukan pembayaran, Satria mengajak Dinda ke kafe dekat supermarket. Wanita itu mengikut saja karena segan menolaknya.
Satria memesan dua minuman dan beberapa kue sebagai kudapan. Mereka bicara banyak hal hingga pesanan tiba. Setelah minum dan makan kue, pria itu mulai bicara.
"Kamu tinggal di apartemen sekarang?" tanya Satria memulai penyelidikannya.
Dinda yang sedang mengunyah makanannya jadi tersedak. Satria mengulurkan gelas pada wanita itu. Dia meminumnya hingga hampir kandas.
"Kamu sudah menikah dengan Om Alvaro?" Kembali Satria mengajukan pertanyaan.
Kali ini Dinda menjatuhkan gelas yang sedang dipegangnya. Sehingga jatuh ke lantai dan hancur berderai. Saat Dinda menunduk ingin mengambil pecahan kaca itu, Satria melarangnya.
"Biarkan saja pelayan yang membersihkan. Takut tanganmu nanti terluka," ucap Satria. Dinda tak menjawab. Hanya tak jadi melakukan itu.
Satria lalu memanggil pelayan untuk membersihkan. Dinda tampak menarik napas dalam. Dia sudah yakin jika Satria lah orang pertama yang tahu tentang pernikahan mereka.
"Aku tak tau harus mengatakan apa saat Vina meminta tolong agar aku menyelidiki siapa wanita yang dekat dengan daddy-nya saat ini," ucap Satria.
Satria menjeda ucapannya. Dia lalu memandangi wajah Dinda. Wanita itu tampak sedikit pucat, mungkin karena takut rahasianya ketahuan.
"Sejak di vila aku sudah curiga kamu memiliki hubungan dengan Om Alvaro. Dan tadi aku melihat kamu dan Alvaro di apartemen X. Kebetulan aku ada di sana. Aku lagi menginap di apartemen temanku. Maaf, aku lalu mengikuti kamu saat keluar," ujar Satria.
"Aku memang telah menikah dengan Om Alvaro. Tapi demi Tuhan, aku tak tau jika itu Daddy nya Vina. Aku mau menikah dengan Om Alvaro setelah dia melihatkan akta cerai," ucap Dinda mencoba menjelaskan.
"Aku paham. Namun, apa Vina bisa menerima semua alasan ini jika dia tau kamulah wanita pengganti maminya," balas Satria.
Lagi-lagi Dinda menarik napasnya. Dia tampak melakukan berulang kali. Tak bisa dia bayangkan apa yang akan Vina lakukan jika tahu kenyataan dirinya yang menjadi wanita pengganti maminya.
"Aku akan berterus terang. Tapi masih menunggu waktu yang tepat. Saat ini hatinya masih panas karena baru tau jika hubungan kedua orang tuanya telah berakhir. Aku tak akan lari dan menghindar. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan keputusan yang telah aku ambil," jawab Dinda.
Satria mengangguk setuju. Memang saat ini hati Vina sedang panas-panasnya. Kenyataan jika kedua orang tuanya tak harmonis dan telah berpisah membuat gadis itu marah dan terluka bersamaan.
"Apa kamu siap dengan konsekuensinya? Mungkin saja Vina akan membencimu dan persahabatan kalian terancam bubar," balas Satria.
"Mungkin awalnya dia tak akan menerima, tapi aku akan meyakinkan dirinya jika aku benar-benar tak tau jika itu Daddy-nya. Aku akan berusaha agar dia memaafkan samua kesalahanku walau itu sulit. Ibarat batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apapun batu itu, tetesan air akan melunakkannya," ujar Dinda.
"Semoga saja Vina bisa menerima semua ini dan memaafkan semua kesalahan yang kamu lakukan, walau aku pikir, sebenarnya tak ada yang salah atas apa yang telah kamu lakukan!" seru Satria.
"Kenapa kalian menyebut namaku?" tanya Vina. Entah sejak kapan gadis itu ada di sana.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...