Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERMULUT MANIS
Aiden bersandar di tiang yang ada di teras mushola dengan kedua tangan berada di saku celana. Tatapannya terkunci pada pintu mushola bagian perempuan. Yup, apalagi kalau bukan sedang menunggu Naomi yang tak kunjung keluar.
Beberapa orang siswa yang keluar dari mushola, memberikan tatapan aneh padanya, tentu saja karena ini pertama kalinya mereka melihat cowok itu ada di mushola. Mungkin jika siswa lain, pasti langsung diejekin, tapi ini Aiden, mereka hanya tersenyum, say hai, atau lewat begitu saja.
Naomi sengaja keluar belakangan karena yakin, saat ini Aiden tengah menunggunya di luar. Dan benar saja, begitu dia keluar, matanya langsung bisa menemukan keberanian cowok itu. Dia berjalan cepat ke batas suci untuk segera mengenakan sepatu. Baru juga duduk, Aiden sudah nyusulin, parahnya langsung duduk deket-deket.
"Bisa jauhan gak?" ucap Naomi sambil melotot. "Ini tempat ibadah, bukan tempat pacaran."
"Emang kita lagi pacaran?" Aiden terkekeh pelan, bikin Naomi naik darah. Cowok itu beringsut sekitar satu meter dari Naomi. "Sinyal-sinyal baikan ya?"
Naomi tak menanggapi, meletakan mukena travellingnya di lantai, lalu memakai sepatu. Beberapa orang melihat ke arahnya dan Aiden, membuat dia sungkan, mengingat ini adalah mushola. Dia dibuat kaget saat tiba-tiba, Aiden berjongkok di depannya. Cowok itu mengikatkan tali sepatutnya.
Cella yang duduk di sebelah Naomi, sampai bengong, pun dengan beberapa anak yang kebetulan yang hendak memakai sepatu. Pemandangan yang mereka lihat saat ini, sungguh luar biasa. Seorang cowok yang dianggap devilnya sekolah, savage banget, berjongkok di depan kekasihnya, mengikatkan tali sepatu.
"Aku udah sweet belum?" pertanyaan Aiden membuat Naomi langsung terperanjat. Ya, beberapa saat yang lalu, sama seperti yang lainnnya, dia juga sempat bengong.
"Pahit!" salak Naomi. Mengambil mukena disisinya lalu berdiri.
Tahu Naomi mau pergi, buru-buru Aiden mengenakan sepatunya.
"Nom, tungguin, aku belum sepatuan," seru Cella yang sedang buru-buru memakai sepatu. Gara-gara lihat adegan romantis Aiden, dia sampai bengong, lupa kalau duduk disana, untuk pakai sepatu, bukan lihat adegan slow mo kayak di drama korea.
Aiden berlari mengejar Naomi yang sudah pergi dulu. Untungnya cewek itu jalan cepat, bukan lari, jadi mudah dikejar.
"Kita balikan ya, Yang," ucap Aiden yang sudah mensejajari langkah Naomi.
Dua orang yang kebetulan jalan di depan Naomi, langsung menoleh.
"Ish, apaan sih, di dengar orang tuh," omel Naomi yang malu.
"Biarin emang kenapa?" Aiden tampak biasa saja. Dia tak peduli meski di depan mereka ada 2 orang cewek yang lagi jalan dan kemungkinan besar mendengar ucapannya. Disebelahnya, tak jarang siswa dari arah lain juga melintas.
"Gak malu, ketahuan ngemis cinta sama aku?"
"Enggak, ngapain malu. Kamu itu semestaku, yang sampai kapanpun bakal aku perjuangin."
"So sweet... sampai aku diabetes," Naomi memutar kedua bola matanya malas.
Aiden terkekeh mendengar ucapan Naomi. Baginya, ini sudah perkembangan bagus, Naomi mau bicara dengannya. Meskipun dari tadi jawabnya jutek, tapi itu lebih baik daripada didiamkan, apalagi tak dianggap.
Naomi tiba-tiba teringat sesuatu, tentang Aiden yang dugaannya dan Cella, tidak wudhu saat mau sholat tadi. "Kamu tadi, udah wudhu?"
"wudhu?" Aiden mengerutkan kening.
Naomi menghela nafas panjang. "Jangan bilang, kamu gak tahu wudhu?"
Aiden tampak berfikir, beberapa saat kemudian dia tersenyum sambil garuk-garuk kepala. "Aku lupa. Maklum, kebanyakan pikiran. Ibarat kata, kemampunan otakku buat mikir itu 100, dan 100 nya, udah aku buat mikirin kamu, yang lain sampai gak kepikiran."
Naomi gemas sekali dengan jawaban super tak masuk akal dan terkesan menyebalkan itu. Bisa-bisanya, wudhu sampai lupa, terus dia yang dijadikan kambing hitam.
"Bulan depan, kamu ujian akhir, lupa juga?"
"Hampir."
Langkah Naomi seketika terhenti mendengar jawaban itu. Dia menatap Aiden dengan wajah kesal. "Kenapa gak sekalian aja, lupa makan terus mati."
"Udah, Yang, udah hampir mati kemarin karena diputusin kamu. Untungnya hari ini kamu mau diajak ngomong lagi, jadi berasa hidup lagi."
Naomi pengen sekali merobek-robek mulut sok manis tersebut. Pinter banget merangkai kata-kata. "Kamu tahu gak, apa yang manis, tapi gak dikerubungi semut?"
"Apa?"
"Mulut kamu!"
Aiden langsung tergelak mendengar itu.
"Dasar buaya." Naomi kembali berjalan, sedikit lebih cepat dari tadi agar segera sampai di kelasnya. Capek dari tadi banyak banget yang ngeliatin.
"Yup, aku memang buaya," Aiden membenarkan.
"Hehehe," Naomi tertawa absurd lalu mencebikkan bibir.
"Kamu tahu gak_"
"Enggak," potong Naomi cepat.
"Belum, Yang. Kamu tahu gak," Aiden mengulang kalimatnya. "Buaya itu salah satu hewan yang paling setia. Mereka setia pada satu pasangan. Mereka ti_"
"Berarti kamu kelinci," sela Naomi.
"Kelinci," Aiden mengerutkan kening. "Kenapa bisa kelinci? Aku macho loh Yang, jantan banget, masa iya kayak kelinci," dia bergidik. Tiba-tiba saja, bayangan cewek-cewek nakal dengan kostum kelinci, berkelebatan di otaknya.
"Cari aja di gugel, kenapa aku bilang kamu kayak kelinci." Naomi masuk ke dalam kelas bertepatan dengan bel yang berbunyi. Aiden yang mau ikut masuk, langsung mendapatkan pelototan tajam dari gadis itu. "Udah bel."
"Yang," Aiden menahan lengan Naomi. "Kita balikan ya."
"Ogah."
"Yang, please," Aiden mengiba.
Melihat Pak Junaedi berjalan ke arah kelasnya, Naomi berusaha menarik tangannya. "Lepasin, Pak Juned datang," tekan Naomi, matanya mengawasi pergerakan Pak Junaedi yang makin dekat.
.
tapi Gpp deh.
terimakasih atas cerita nya Thor, sukses selalu di karya2 berikutnyaa