Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 24
Serial ini mengandung efek baper.
Semua pekerjaan telah selesai. Baik itu pembayaran pekerja dan pembebasan lahan warga. Devan pulang dengan wajah teramat lelah. Begitu juga dengan Jaka.
Perjalanan mereka hanya diisi dengan tidur. Bahkan di mobil sekalipun.
Sopir mengantar Jaka ke apartemen pribadinya terlebih dahulu. Devan sudah memerintahkan agar pria itu datang ketika pesta perayaan ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya.
Sampai rumah. Devan mendapati rumahnya penuh dengan orang-orang yang tengah mendekorasi. Tema soft and flowers menjadi tajuk hiasan.
Semua pelayan juga nampak sibuk. Mereka tidak memperhatikan jika tuan muda pulang.
"Assalamualaikum ... Maa ... Pa! Aku pulang!" Teriaknya.
"Wa'alaikum salam ... oh ... maafkan kami Tuan muda, selamat datang!" Ketua pelayan menyabut hormat.
"Sayang ... Kau sudah pulang, Nak?" Sosok wanita paruh baya berparas cantik turun dari tangga.
"Bagaimana sayang. Apa semuanya lancar?" Tanya wanita itu sambil mencium kedua pipi putranya.
Devan yang memang manja terhadap sang mama, sangat senang-senang saja diperlakukan seperti itu.
"Mana Istriku?" Tanyanya kemudian.
Netra Devan menjelajah seluruh ruang. Tapi, sosok yang selama ini dirindukannya tak nampak.
"Aira tengah memanggang kue, Sayang," jawab Linda sambil menggandeng lengan putranya. Ia bermaksud mengajak pria itu menuju dapur.
"Kenapa dia memasak? Apa dia pembantu di rumah ini?" Tanya Devan tidak suka.
Linda berdecih. "Kamu pikir, Mama ini mertua yang jahat apa? Sampai memperlakukan menantu kesayangan Mama seperti itu?!"
"Kau tau. Kue buatannya sangat enak. Bahkan lebih enak dari pada buatan koki ternama di restoran terbaik milikmu," ucap Linda bangga.
Mereka sampai dapur. Netra pria tampan itu terpaku pada sosok cantik yang kini sibuk mengolah bahan kue.
Aira memakai baju rok selutut berwarna hijau dengan lengan pendek. Ia mengenakan apron yang sudah kotor dengan terigu dan mentega. Bahkan wajahnya juga tercoreng dengan bahan itu.
Terlihat tetesan keringat yang mengalir dari wajah Aira ke lehernya. Devan menelan saliva susah payah. Aira begitu seksi di matanya. Terlebih, Aira menggulung asal rambutnya ke atas. Hingga leher jenjang yang basah karena keringat, terlihat begitu menawan.
Merasa diperhatikan. Aira menoleh sosok yang sedari tadi menatapnya.
"Mas ... sudah pulang?" Tanyanya sambil tersenyum cerah.
Jantung Devan seketika berhenti mendadak. Ia begitu terpesona melihat senyum cerah itu. Bahkan ketika Aira berlari kecil mendekatinya. Ia merasa terbang ke angkasa.
Aira mencium punggung tangan kanan Devan dengan takzim. Netranya menatap wajah sang suami. Binaran itu belum Devan dapatkan. Walau tidak ada lagi tatapan takut dan kecewa. Setidaknya Devan bernapas lega.Sedang Linda sudah tidak ada di sisi Devan, wanita itu tengah mengawasi pelayan yang menyusun berbagai macam makanan.
'Aku akan membuatmu memujaku lagi, Aira,' gumamnya berjanji dalam hati.
"Oh, Mas ... Sini duduk dulu. Aira ambilkan air putih," ujar Aira sambil menuntun Devan duduk di kursi yang tak jauh dari situ.
Devan duduk. Ia menatapi tubuh istrinya yang berlari kecil dan mengambilkan air untuknya. Aira mendatanginya dengan Napan yang berisi segelas air.
"Minum dulu, Mas," Devan mengambil gelas berisi air itu dan meminumnya hingga tandas.
"Terima kasih, sayang," ucap Devan yang dibalas senyuman manis dari istrinya.
"Ah iya ... Mas, mau makan dulu atau mau mandi terus istirahat?" Tanya Aira hati-hati.
"Aku ingin mandi dan istirahat. Bukankah acaranya selesai isya nanti?" Tanya Devan sambil berdiri kemudian ia berjalan menuju kamarnya.
Aira mengikutinya. "Iya, Mas."
Sampai di kamar Devan. Pria itu menatap kamarnya yang tidak berubah sama sekali. Bahkan kehadiran istrinya yang tidur selama ia tidak ada di sini, tidak terlihat. Devan mengira jika Aira tak berani mengubah tatanan kamarnya.
"Kenapa kau tidak mendekor ulang kamar ini sesuai dengan selera mu, Sayang?" Tanya Devan.
"Airnya sudah siap, Mas," ujarnya. Lalu ia membantu Devan membuka jas dan baju milik Devan.
"Sayang ... Aku bertanya padamu!" Ucap Devan langsung menyambar pinggang ramping istrinya.
"Ah ... itu ... karena, karena," Aira tergagap untuk menjawabnya.
"Jangan takut untuk mengubah kamar ini Sayang. Kamar ini juga milikmu," ujar Devan mencium cepat bibir istrinya.
Semburat merah langsung menjalar ke pipi Aira. Ia sangat malu untuk menjawab, jika ia tidak ingin merubah tatanan kamar, karena ia merasa Devan ada di sini.
Melihat Aira yang salah tingkah. Membuat Devan gemas bukan main.
'Dia istriku kan? Jadi Aku boleh meminta hak ku?' gumamnya bertanya dalam hati.
Devan menaut bibir Aira lagi. Kali ini lebih dalam dan menuntut. Bahkan tangannya sudah bergerilya menjamah tubuh Aira.
Aira yang sadar akan perbuatan suaminya. Nampak langsung menghentikan perbuatannya itu.
Devan kecewa, ia menyangka jika Aira masih belum sepenuhnya percaya padanya.
"Maaf ... Aku hanya meminta hakku sebagai suami," cicit Devan menahan seluruh gairahnya.
Aira yang tengah mengatur napas dan detak jantungnya, menatap wajah pria yang sangat dekat dengan wajahnya. Napas mereka menderu. Sungguh Aira juga menginginkan hal ini. Seluruh tubuhnya merespon apa yang Devan lakukan tadi.
"Bukan begitu, Mas. Aira sedang datang bulan," jawab gadis itu pelan dan lirih.
Mendengar hal itu, Devan bernapas lega. Ia pikir, Aira belum sepenuhnya menerima dirinya. Ternyata, gadis itu sedang masa siklusnya.
"Berapa lama, Sayang?" Tanya Devan.
"Mak-maksud, Mas?" Tanya Aira malu-malu.
Melihat semburat merah yang lagi-lagi menjalar di pipi sang istri. Membuat Devan mendaratkan kecupan di bibir gadis itu lagi.
"Berapa lama kau haid?" Tanya Devan gemas.
"Aira, baru dapat tadi subuh. Mungkin satu Minggu lagi baru selesai," jawab Aira lagi-lagi dengan wajah penuh malu.
"Baiklah, akan kutunggu," ujar Devan.
Sebelum ia merasa gila dan memakan istrinya. Devan langsung masuk kamar mandi dan berendam dengan air beraroma therapy, yang telah Aira siapkan. Pria itu menenangkan diri sampai puas dan semua gejolak birahinya menghilang.
******
Pesta tengah berlangsung. Banyak para undangan datang berasal dari kolega bisnis. Bahkan beberapa pejabat berpengaruh juga hadir mengucap selamat pada dua insan yang telah berusia setengah abad ini. Mereka duduk di pelaminan layaknya pengantin.
Linda Bianto, 51 tahun dan Rehan Bramantyo 54 tahun. Wajah keduanya sangat bahagia. Mereka berkali-kali mengucap terima kasih atas doa dan hadia dari para undangan yang hadir.
Tiba-tiba suara MC menginterupsi.
"Mohon perhatiannya para hadirin." Semua tamu undangan mendadak hening.
Devan, Ken dan Jaka yang tengah berbincang ikutan berhenti bicara.
"Saya selaku pemandu acara akan mempersilahkan seseorang yang katanya memberikan hadiah spesial untuk Tuan dan Nyonya Bramantyo," jelasnya sekali lagi.
"Silahkan Mba Aira," ujar MC itu mempersilahkan.
Aira naik ke atas mimbar kecil mirip panggung dengan membawa gitar. Devan dan semuanya termenung. Tapi tidak dengan Reena dan Safeera yang biasa saja.
"Ehm ... Selamat malam semuanya. Selamat ulang tahun pernikahan untuk Mama dan Papa. Maaf, Aira tidak bisa memberi kado spesial yang mahal untuk kalian. Tapi, ijinkan Aira menyanyikan lagu sebagai penggantinya," ucapnya dengan suara merdu.
Aira duduk dan memangku gitar. Dipetiknya senar gitar secara perlahan. Terdengar sangat indah.
"All of you milik Jhon Leggend untuk Mama dan Papa," ucapnya
Lalu mengalunlah lagu dari bibirnya yang merah muda dengan sangat merdu. Semuanya mendengar terhipnotis. Bahkan Devan tidak mampu berkata apapun.
Lagu selesai. Riuh tepuk tangan menyentak lamunan Devan.
"Jak!" Panggil Devan.
"Saya Tuan," jawab Jaka.
"Tolong selidiki siapa istriku ini. Kenapa aku tidak mengetahuinya sama sekali?" Titahnya.
"Baik, Tuan!"
Bersambung.
Jiah... Devan kepo...
dobel up nih
kok rasa'a sedih bgt ya merasakan apa yg dirasakan reena...
jgn sampai jaka kehilangan kedua'a...
dr qwal kenal tania bukan'a gercep,,sdh ditikung ken baru bingung sendiri,,
tdk bisakan sinta spt linda mama'a devan yg tdk memandang status???
jgn sampai jaka menyesal jika reena kehilangan semangat memperjuanhkan cinta'a,,
reena sbg wanita sdh berusaha mengungkapkan cinta'a buat jaka...
enak bgt jadi devan,menyakiti semaua'a sendiri dan memperlakukan aira spt ydk ada harga diri'a...
gimana kepiye to kihhh???
banyak part-part yang seharusnya ditulis tapi malah dihilangkan, jadi kurang ngena cerita nya