Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melebihi Kesepakatan
Keberanian Amber semakin membuat Arion tergoda, laki-laki itu berusaha keras menahan diri lebih kuat, ia tidak mau jika pada akhirnya ia lepas kendali.
"Aku tidak keberatan memberikn tubuhku padamu meski tanpa sebuah ikatan pernikahan, karena aku pun tidak menginginkannya. Tapi bersabarlah. tunggu sampai aku benar-benar mengenalmu," ujar Amber.
Wanita itu mundur, menarik tangannya dan sedikit menjauhi Arion. Ada perasaan sesak dan kecewa dengan keputusan Amber yang hanya membuatnya semakin terbakar, namun Arion tidak bisa memaksanya. Ia telah berjanji bahwa merek hanya akan melakukannya saat sama-sama saling menginginkan.
"Baiklah." Arion mengangguk. Dengan rasa kecewa, ia tetap tersenyum.
"Aku harus segera pulang, ini sudah terlalu malam," ujar Amber.
"Bagaimana jika aku mengantarmu?" tawar Arion.
"Tidak perlu, lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku akan meminta sopir mengantarku."
"Kau yakin?"
"Hmm."
Arion tidak memaksa, ia membuka pintu dan membiarkan Amber keluar dari ruang kerjanya. Wanita itu pergi meninggalkan laki-laki yang telah terbakar dan menegang kesakitan. Demi meredakan perasaan yang tidak nyaman, Arion kembali membuka sebotol wine dan meneguknya habis.
Saat meninggalkan Arion, Amber kini bisa bernapas lega. Selama perjalanan pulang, wanita itu merasa gelisah sekaligus bersalah.
Jika boleh jujur, Amber pun menginginkan Arion. Ia adalah wanita normal yang bereaksi saat di sentuh dan di belai. Munafik bila Amber tidak bereaksi dan mengabaikan setiap sentuhan dan belaian laki-laki itu.
Hanya saja, Amber belum bisa merelakan dirinya. Ia dan Arion baru saja saling mengenal, Amber tidak mau di anggap sebagai wanita murahan dan gampangan yang menyerahkan tubuhnya hanya dalam waktu singkat.
Amber perlu tahu, bahwa Arion adalah laki-laki yang jujur dan bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal itu Amber lakukan untuk mengantisipasi bila terjadi hal-hal yang tidak bisa mereka hindari.
Sesampainya di rumah, Amber membaringkan tubuhnya yang lelah. Wajah Arion melintas di benaknya, membuat wanita itu kesulitan memejamkan mata.
Bagi Amber, Arion adalah laki-laki yang baik. Meskipun secara terus terang ia mengungkapkan keinginannya, namun Arion tidak pernah memaksa. Laki-laki itu berusaha dengan kuat menahan diri dan tidak mencari celah meski kesempatan itu selalu ada.
Saat sedang melamun menatap langit-langit kamarnya, ponsel Amber bergetar. Terlihat sebuah pesan ia terima dari laki-laki yang sedang ia pikirkan.
"Aku mengirim sejumlah uang ke rekeningmu, pakailah untuk bersenang-senang. Besok kau tidak perlu datang, liburlah selama satu hari." Tulis Arion dalam pesan singkat.
Amber hanya membuka dan membacanya, wanita itu tidak berniat membalasnya. Meski belum genap satu bulan bekerja sebagai pengasuh Aara, Arion sudah mengirimkan uang padanya.
Memikirkan tentang uang, Amber akhirnya bisa tidur dengan nyenyak agar esok bisa bangun lebih pagi dan melihat sebanyak apa uang yang ia terima.
...****************...
Bangun pagi dengan banyak jadwal kegiatan, Amber sangat bersemangat. Setelah memasak sarapan pagi dengan bahan-bahan sederhana yang tersimpan di lemari pendingin, Amber memulai aktifitas dengan membersihkan seluruh bagian rumahnya.
Pukul delapan setelah semua pekerjaan rumah beres dan perut telah terisi, Amber memesan taksi.
Wanita itu meminta sang sopir mengantarnya ke rumah balet. Amber ingin menghabiskan waktu liburnya untuk bersantai dan memanjakan diri di sana.
Setelah sampai di depan rumah balet dan membayar taksi, Amber melipir ke sebrang jalan, ia masuk ke dalam bilik mesin ATM dan mengecek jumlah uang yang Arion kirimkan.
"Sebanyak ini?" gumam Amber dengan bola mata membulat lebar.
Jumlah uang yang Arion kirimkan bahkan melebihi jumlah gaji yang tertera dalam kontrak kerja yang telah ia tandatangani. Amber terkejut, wanita itu segera keluar dari bilik mesin ATM dan menelepon Arion.
"Apa kau tidak salah mengirim uang? Jumlahnya sangat banyak," ucap Amber melalui sambungan telepon.
"Apa itu kurang?" tanya Arion.
"Itu melebihi jumlah gaji yang kita sepakati."
"Benar. Kau bisa memakai sisanya untuk bersenang-senang."
"Tapi ...."
"Nikmati hari liburmu, Nona Amber." Arion mematikan telepon secara sepihak tanpa menunggu Amber memberi jawaban.
Amber menelan ludah. Ia kembali mengingat nominal yang tertera dalam layar mesin yang baru saja ia lihat. Jumlahnya hampir dua kali lipat dengan jumlah yang Arion janjikan.
"Apa dia sedang berusaha membujukku dengan uangnya?" batin Amber bertanya. Ia curiga, jika Arion mengirim uang sebanyak itu agar Amber segera menyerahkan dirinya.
...🖤🖤🖤...