NovelToon NovelToon
Dia Bukan Janda

Dia Bukan Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / cintamanis / Duda / Anak Kembar
Popularitas:30.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: emmarisma

Lusiana menemukan kardus yang berisi bayi kembar, ia pun membawanya pulang dan berinisiatif untuk merawatnya.

Delano Wibisana harus kehilangan istri dan kedua anaknya tepat di hari kelahiran bayi kembarnya. Entah mengapa hari itu setelah melahirkan, istri Delano membawa kedua bayi kembarnya pergi hingga kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Karina istri Delano. Lalu dimana anak-anak Delano? sedangkan pada saat evakuasi hanya di temukan Karina seorang diri.


Dilarang plagiat Ok!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DBJ 26. Pamit

*******

Pagi yang terasa begitu dingin tapi tidak bagi kedua bocah yang saat ini sedang berteriak dengan lantang di depan pintu kamar tamu. Lusiana baru dapat memejamkan matanya setelah melaksakan ibadah sholat subuh.

"Jangan-jangan bunda pingsan." Ujar Devan, dan Davin segera mencari Delano yang sedang bersiap akan ke kantor.

"Om sini, sini ... " Davin menarik tangan Delano yang sedang memasang dasi.

"Ada apa Vino?" tanya Delano menjembel pipi Davin.

"Om, tadi aku sama Devan ketuk kamar bunda tapi bunda ga bukain pintu. Jangan-jangan bunda pingsan lagi om." Kata Davin dengan mimik wajah yang melow seakan jika tidak dituruti maka air mata pria kecil itu akan tumpah. Mau tak mau Delano mendekati kamar Lusi dan mengetuknya, namun sampai beberapa saat pintu belum juga terbuka. Delano meminta kunci pada kepala pelayan, dengan tergesa-gesa Delano membukanya, ia berpikir apa yang ditakutkan oleh kedua anak laki-laki itu benar terjadi.

Namun di saat yang bersamaan saat pintu kamar Lusi berhasil terbuka, Lusi baru saja ke luar dari kamar mandi hanya memakai handuk sebatas dada hingga paha atasnya.

Lusi berpaling menatap suara kenop pintu yang terbuka. Matanya melebar melihat sosok Delano yang mematung menatap dirinya. Lusi seketika menjerit, Delano langsung bergegas menutup pintu dan memegangi dadanya.

Lusi kesal bukan kepalang. "Dasar cowok mesum." Umpat Lusi masih terdiam menatap ke arah pintu kamarnya. Tapi anehnya kenapa tubuh Lusi tidak gemetaran lagi. Lusi segera mengganti bajunya namun setelah itu dia masih terduduk di tepi ranjang.

"Ah bagaimana ini?" Lusi mengerang frustasi. "Kenapa harus tuan Delano? sekarang bagaimana aku menghadapinya?" lirih Lusi.

Lain halnya dengan Lusi, Delano justru bersandar di daun pintu dengan wajah memerah sepenuhnya.

"Om, kenapa pintunya di tutup lagi?" tanya Davin tak mengerti dengan Delano yang bertingkah aneh.

"Mama kalian sedang mandi." kata Delano.

"Terus muka om kenapa merah? om demam?" Kini giliran suara Devan menginterupsi Delano.

"Om hanya kepanasan sayang, ayo kita tunggu bunda di ruang makan saja." Ucap Delano mengalihkan perhatian si kembar. Dan dengan wajah penasaran mereka mengekor di belakang Delano.

Diana sudah menunggu di meja makan. Di sana juga sudah ada Suryo, Mitha dan Laila nenek Lusi.

"Kakek, nenek, eyang ... " Seru kedua bocah itu memeluk satu persatu orang yang ada di sana termasuk Diana.

"Cucu oma manis sekali." Ujar Diana sudut matanya sudah mengkristal.

Delano menyalami satu per satu tamu ibunya.

"Di, Lusi mana kenapa belum terlihat sampai sekarang?"

"Tante udah dari tadi di sini?" tanya Delano.

"Iya, awalnya tante mau ajak Lusi dan cucu tante untuk ikut menemui ibu Ratih. Tapi sama mama kamu di larang, mama kamu minta kita semua menemaninya sarapan. Katanya rumahnya sepi dia tidak punya teman makan. Ya akhirnya tante iya'in aja dari pada mama kamu kecewa." tutur Mitha.

"Bik, tolong panggil non Lusi kemari ya." Diana meminta salah satu pelayannya untuk memanggil Lusiana.

.

.

.

Di dalam kamar itu Lusi berbicara melalui sambungan telepon dengan Lisa. Lisa mengabarkan tentang operasi kakaknya yang berjalan lancar, Lisa dan ibunya sangat berterimakasih pada Lusi. Saat ini Lusihanya jadi pendengar yang baik meskipun sebenarnya ada yang ingin dia bicarakan pada Lisa, namun Lusi justru memilih diam dan sesekali tak jarang dia menanggapi perkataan Lisa. Hingga ketukan pintu menghentikan percakapan mereka. Dengan ponsel yang masih menempel di telinga Lusi membuka pintu.

"Non, di minta nyonya segera ke ruang makan. Semua keluarga sudah menunggu."

"Oh iya bik ... "

"Lisa sudah dulu ya, nanti kalo kamu pulang aku punya banyak cerita untukmu." Kata Lusi memutus sambungan teleponnya. Lusi berjalan ragu saat tiba di depan pintu ruang makan jantung lusi berdebar tak karuan.

Mengingat hal yang sangat memalukan tadi membuat wajah Lusi memerah seluruhnya.

"Sayang, kami sudah menunggumu dari tadi." Diana menghampiri Lusi dan membawa Lusi duduk di samping Delano.

"Ta-tante ... sa-ya duduk di dekat nenek saja."

"Nenekmu sedang ingin bersama dengan Devan dan Davin. Sudah tidak apa-apa Lusi harus bisa melawan trauma Lusi. Agar secepatnya Lusi bisa mewujudkan keinginan anak-anak Lusi." Kata Diana dengan senyum penuh misteri. Jantung Lusi bekerja dua kali lebih cepat. Keringat dingin mulai menjalari wajahnya. Mitha menatap cemas putrinya, tapi dia juga ingin agar Lusi memiliki kehidupan yang normal.

"Tarik nafasmu dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Aku tidak akan menyakitimu." Bisikan Delano di samping Lusi. Seperti terhipnotis Lusi melakukan apa yang Delano perintahkan. Menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. Lambat laun debaran di dada Lusi berangsur normal.

Namun tetap saja wajah Lusi masih memerah. Semua yang ada di ruangan tersebut tanpa sadar memandangi Lusi. Mereka lega setidaknya ada kemajuan, Diana benar-benar berharap Delano dan Lusi dapat berjodoh sehingga Devan dan Davin bisa mendapatkan kebahagiaan yang mereka inginkan.

"Ayo kita mulai saja sarapannya ... " Ujar Diana memecah keheningan, semua kembali menatap ke piring masing-masing. Devan dan Davin makan dengan wajah gembira. Keduanya saling lirik dan memberi kode pada Diana tanpa sepengetahuan Lusi dan Delano.

Setelah acara makan selesai, Delano langsung berangkat ke kantor. Sementara Lusi dan yang lain berkumpul di ruang keluarga.

"Lusi apa kau bersedia menemui nenek Ratih?" tanya Suryo, Lusi pun mengangguk. Semalam setelah mendapatkan ketenangan Lusi mulai memikirkan semua yang terjadi dalam hidupnya.

Lusi menerima semua saran dari Diana. Mencoba mengikhlaskan semua, dan mempercayakan jalan hidupnya pada sang Penciptanya. Meskipun akan sulit melupakan semua kenangan buruk. Tapi Lusi sudah bertekad tidak akan melewatkan semuanya dengan sia-sia.

"Lusi, kebahagiaan itu sebenarnya kita yang ciptakan. Karena semua akan kembali pada diri kita pada akhirnya. Saat kamu memutuskan untuk bilang iya atau tidak. Itu semua memiliki resiko dan konsekuensi nya masing-masing." ----- Diana.

Diana tersenyum dia sangat yakin jika Lusi sebenarnya adalah gadis yang baik hati hanya saja dia tampak tegas di luar karena ingin membentengi hatinya yang rapuh. Terbukti dari kebaikan hatinya, sampai sekarang Lusi terlihat sangat menyayangi si kembar dengan tulus meskipun mereka bukan anak yang terlahir dari rahimnya.

"Di, aku pamit bawa Lusi dan anak-anak nya ya ... " Mitha memeluk Diana keduanya terlihat sangat saling menyayangi.

"Iya Mitha, aku titip cucu-cucuku." Bisik Diana, tak ingin Lusi mendengar ucapannya. Mitha mengangguk lalu mereka mengurai pelukannya. Lusi menghampiri Diana dan mencium punggung tangan wanita itu. Diana mengusap kepala Lusi dan mengecup puncak kepala Lusi.

"Terimakasih tante, tante sudah bantu Lusi memecahkan kebuntuan di hati Lusi." Lirih gadis itu.

"Sama-sama sayang, sering-seringlah kemari ya ajak anak-anakmu."

"Iya tante .... "

Diana melepas kepergian keluarga Suryo dengan hati yang perih melihat Devan dan Davin membuat Diana teringat sikap Delano 5 tahun yang lalu saat kehilangan anak-anaknya.

"Semoga saja hasil tesnya menunjukkan kecocokan. Aku sudah tidak sabar menanti hasilnya."

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Selamat membaca. Vote nya donk manis hari senin nih ... 🥰🥰

1
l4n1
cieee ... regan ama lisa uda mesra aja. lusi pasti hamill kan uda ngidam melulu
"Candy75
terimakasih thor
Airyn Merryana
mantaap
Siskaa Official
Kecewa
Siskaa Official
Buruk
Ainur Uilah
Luar biasa
l4n1
baru mulai baca... mc cew nya oke, rada barbar tp penuh semangat. lanjuttt
@ant
Luar biasa
Sri Hidayatullah
keberapa kali ini mampir yaa sukaa ceritanya thorr 🤍🤍
Oma Yoma
kenapa resepsionis dlm novel selalu diceritakan spt ini? padahal dlm dunia nyata, para resepsionis itu selalu ramah & sopan...
Mahnita Nita
sepertinya novel ini sangat menarik.. lanjut lagi ni thor bacanya
Alfiyah Hasna
tp Jesika gadis yg baik kok bs JD seperti itu
guntur 1609
kasihan sean. sebetulnya di baik. hanya karna ke egoisan orang tuanya saja akhrnya fia menderita. semoga claire bisa menyembuhkan sakit hatinya sean
guntur 1609
lah afinda kan seorang oelakkor...wah gawat loe sean. keluargamu toxic semua
guntur 1609
hahahah. maous kau chandra...
guntur 1609
hahhaja regan cembiru
guntur 1609
pasti karisa yg mrncoba membunuh saudara kembarnya
Eka Nur Aisah
👍👍
"Candy75
terus berkarya thor!semangat!!!
Mamik Widowati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!