Bagaimana jika takdirMu telah diatur?
Akan kah kita bisa mengubahnya?
Arumi,,
Gadis muda yang berusaha untuk mengubah arah hidupnya setelah banyak mengalami sakit dan kerasnya hidup.
namun akankah arah yang dia tuju dapat dicapai atau malah harus menerima suratan takdir yang sudah digoreskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebaiknya Berpisah
Dimeja makan keluarga atmaja,
ada yang kurang, Arumi tidak hadir dalam acara makan malam, ia beralasan sedang tidak enak badan.
Nenek yang mengerti situasinya menyuruh Ardian menyusul kekamar sambil membawakan makanan untuknya.
Mata sembab Arumi menyambut Ardian di muka pintu, tentu membuat pria itu khawatir. Sore tadi sebelum berpisah semua masih baik-naik saja, namun sekarang penampilan Arumi begitu berantakan ia bahkan melewatkan sesi kunjungan ke kediaman sang mertua dan juga melewatkan jadwal makan malam,.
"sebaiknya kita sudahi saja sampai disini Ar, kamu sudah berhasil memimpin, jadi tidak perlu lagi repot-repot bertahan. "
itu lah jawaban Arumi ketika ditanya soal keadaanya oleh Ardianm
"Itu kah jawabanmu setelah aku menanyakan keadaanmu? yang ingin aku tahu itu kondisimu rumi. Lagian, aku tidak ingin kita berpisah. " jawab Ardian.
Sungguh konyol, bahkan pernikahan mereka saja belum terdaftar secara hukum, sudah ingin mengakhirinya saja." Itu tidak akan terjadi", Ardian menekankan hal itu.
"Aku tidak bisa berada diantara kalian berdua Ar, ini jalan yang terbaik, kita harus berpisah"
Tak mempan dengan kata-kata cinta, Ardian membawa nama nenek siapa tahu Arumi akan menyerah.
Namun Arumi masih saja bisa menjawabnya.
"Aku yang akan bicara pada nenek"
Niat hati ingin menyuapi makanannya kini harus tertunda, Ardian yang terlanjur kecewa memilih pergi kekamar nya untuk menenangkan diri.
***
Ardian sadar, semua ini harus dihadapi dengan kepala dingin, dimulai dengan pemutusan hubungan antara ia dan Sera.
Lalu fokus untuk meyakinkan istrinya jika mereka akan baik-baik saja jika berjuang bersama.
Arumi seakan lupa pesan dokter yang memeriksanya untuk tidak stress berlebihan, namun masalah ini tidak bisa tidak membuatnya stress berat.
Semua masalah seakan kembali padahal mereka baru saja merasakan manisnya jatuh cinta.
Masalah yang harus dihadapi oleh rumi kian besar ketika ibunya lagi-lagi datang meminta tolong supaya membantu Arini yang kembali membutuhkan darahnya.
Arumi yang mendapat tekanan bertubi bingung harus mendahulukan yang mana lebih dulu. Tekanan dari Arini yang harus di selamatkan, ditambah tekanan Sera yang selalu membuat masalah padanya serta permohonan Ardian supaya ia tidak perlu memikirkan perkataan Sera.
Ini bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan, ia juga tidak akan bisa lagi mendonorkan darahnya seperti yang dilakukan nya selama ini.
***
Kembali ke sudut pandang Ardian, lelaki itu kini mengajak Sera bicara empat mata.
"Sera, aku minta maaf tidak bisa memenuhi janjiku padamu, awalnya aku menikah demi perusahaan, namun lama kelamaan aku menyadari perasaanku pada rumi, aku tidak pernah sanggup melihat air matanya, aku ingin selalu berada di sisiNya, dapat diandalkan olehnya, aku juga ingin melakukan banyak hal dengannya, senyumnya adalah sesuatu yang selalu aku tunggu setiap waktu".
Penjelasan Ardian bagai batu besar yang menghantam dada Sera, dari semua penuturan panjang itu, Sera meyakini itu adalah perasaan jatuh cinta yang alami, berbeda ketika bersamanya, Ardian bahkan tidak pernah bicara sepanjang lebar ini hanya untuk menggambarkan perasaanya.
Sera menangis, ini terlalu sulit diterima, bukan ini yang ia mau. Ia lantas meragukan perasaan Ardian pada rumi.
"bukankah perasaanmu itu hanya rasa kasihan? kamu merasa dibutuhkan sedangkan aku bisa melakukan apapun yang aku ingin, kamu hanya sedang dikuasai melankolia semata. " Sera masih mencoba menggoyahkan pendirian Ardian.
"bukan itu yang kurasakan ser, aku merasa menjadi lelaki sejati jika bersamanya, kekurangannya bisa mengimbangi kelemahanku.
"sekali lagi maaf Ser, aku harus pergi"
Ardian lalu pergi meninggalkan Sera, tak perduli Sera sedang meraung, ia kini lebih khawatir pada Arumi yang sengaja ia diamkan karena rasa kecewanya.
Ia sadar, jadi Arumi sangat tidak mudah, untuk itu ia hanya perlu selalu ada. Arumi hanya dikuasai keras kepala namun hatinya sangatlah rapuh.
***
Sedangkan Arumi yang sedang dikhawatirkan kan oleh Ardian kini sudah berada didalam mobil dalam keadaan pingsan. Ayahnya yang kembali menunjukkan taringnya tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun lalu menyuruh orang suruhannya menjemput paksa Arumi.
"jika perlu buat dia pingsan supaya lebih mudah membawanya ".
Ardian yang baru saja tiba mendapat informasi dari penjaga bahwa Arumi baru saja pergi katanya ingin mengunjungi bibi Rani di rumahnya.
Ardian lalu menghubungi ponsel Arumi namun tidak diangkat, kemudian Ardian tidak kehabisan akal, lalu ia segera menghubungi bibi Rani, menanyakan apakah Arumi sudah tiba, namun kabar mengejutkan terjadi, Arumi tidak pernah muncul satu harian ini.
Ardian yang mengetahui hal tersebut teringat kalau Arumi masih sering dihubungi oleh Ayahnya, lalu Ardian menancap gas menuju rumah sakit. Ia menduga sesuatu akan terjadi sehingga ia mempercepat laju kendaraannya.
Benar saja, anak buahnya yang berjaga dirumah sakit mengabarkan kalau Arumi sedang berada di sebuah ruang rawat. dibawa oleh beberapa orang yang diyakini adalah orang suruhan Hendra.
Sesampainya dirumah sakit, Ardian segera berlari menuju ruangan yang disebutkan anak buahnya.
Ia melihat Arumi yang masih dalam keadaan pingsan, namun ia sedikit lega, setidaknya darah Arumi belum diambil.
***
Setelah beberapa menit menunggu, Arumi tersadar. "Kita pulang saja ya" rayu Ardian.
Arumi yang mengerti tidak akan bisa membantu lagi lantas mengiyakan ajakan Ardian.
Namun dibalik pintu sudah ada yang menunggu, Ayah Arumi menahan kepergian mereka berdua.
"ayo berikan darahmu, sudah cukup selama setahun ini kami menghindar dari tanggung jawab. sekarang kau harus kembali membantu Arini"
"tidak bisa, aku suaminya sekarang, tidak ada yang boleh memanfaatkannya lagi. "
Perkataan Ardian membuat ayah Arumi terdiam, memilih mengalah dari pada berurusan dengan keluarga kaya itu
Diluar rumah sakit. Arumi mengucapkan terimakasih karena sudah membantunya melawan ayahnya.
Ia tidak menyangka Ardian akan menemukannya secepat itu. Lagi-lagi perlakuan Ardian membuktikan ketulusannya.
Namun meskipun begitu, Arumi tetep pada pendirian nya, yaitu tetap pisah. Ialah disini sebagai orang ketiga, maka ia juga yang harus mengalah.
Bersambung...
s'moga berujung indah