Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Vuoi sposarmi ? ( Menikahlah denganku?)
"Tuan.." Fadli seketika berdiri dan mengangguk hormat pada Tuannya.
"Kenapa kau tak langsung menghubungiku?" langkah tegap serta wajah marah Tony membuat nyali Fadli menciut. Ia sudah benar- benar melakukan kesalahan dengan menyetujui sang Nyonya yang memintanya untuk merahasiakan penyerangan yang mereka alami.
"Maaf Tuan, Nyonya melarang saya. Tuan sedang sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang terbengkalai saat berlibur kemarin. Nyonya tidak ingin mengganggu," mencoba memaparkan alibi atas perbuatannya. Nyatanya Fadli tetap tidak mampu menatap manik tajam Tony yang menusuk.
"Itu bukan alasan!"
Brakk!! Memukul meja dengan tangan kanannya yang digenggam. Buku- buku jemarinya yang putih tampak memerah dan memar.
"Maaf Tuan," napas Tony terengah. Embusan panjang kemudian yang ia lepaskan membuat emosinya lebih terkendali. Bagaimanapun, memilih Fadli sebagai sopir sekaligus pengawal untuk istrinya adalah hal yang tepat. Tak pernah ia sesali itu.
"Apa yang kau dapatkan?" Fadli melangkah maju. "Sharon atau lengkapnya Sharon Dania adalah putri dari keluarga Alhesa group. Sedikit tomboy dan tidak menyukai dunia kerja yang digeluti orangtuanya. Dia lebih memilih bekerja sebagai detektif swasta, menjadi mata- mata, dan.."
"Juga berprofesi untuk melenyapkan seseorang!"
"Mungkin iya Tuan,"
"Aku tidak pernah ada urusan ataupun membuat masalah dengan Alhesa Group pun keluarganya apalagi dengan perempuan bernama Sharon itu,"
"Berarti ada seseorang yang menyewa jasanya Tuan. Karena seorang Sharon kabarnya tidak pernah menerima job sembarangan,"
"Iya. Tapi siapa? Dia pasti seseorang yang mempunyai pengaruh. Tidak mungkin wanita itu disewa dengan bayaran receh. Aku masih tidak habis pikir mengapa istriku yang diserang dan bukan aku?"
"Anda benar Tuan. Namun semua orang tahu betapa anda sangat mencintai istri anda. Dan Nyonya adalah kelemahan anda".
"****!! Untung saja kau bisa mengatasinya. Kalau terjadi sesuatu dengan Laura, akan kubunuh dia tidak perduli siapapun keluarganya,"
Dan hening. Pikiran Tony berkecamuk. Laura adalah kekuatan sekaligus kelemahannya. Bagaimana ia bisa lupa kalau dunianya dahulu adalah mafia. Dan tentu akan sangat berdampak pada Laura tentunya. Padahal keselamatan istrinya adalah prioritas utamanya.
"Kau boleh pergi. Segera dapatkan siapa yang menyewa wanita itu. Tidak akan kuampuni siapapun dia!"
"Baik Tuan"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Aku mencintaimu Ra"
"Kakk..."
"Aku mencintaimu..."
Ungkapan Akio pada Ara berhasil membuat jantung gadis itu berdenyut nyeri. Lelaki tampan mirip Hideaki Takizawa ini sangat baik, terlampau baik malah hingga membuat Ara tidak menyadari perasaan sebenarnya Akio padanya.
Selama ini ia hanya menganggap Akio seorang kakak. Sama seperti panggilannya saat ini, karena Akio menurutnya tidak lebih dari seorang kakak laki- laki baginya. Seorang saudara yang tidak dia miliki dan selalu dia rindukan untuk memilikinya. Tidak lebih.
Namun, menelisik tajam manik mata lelaki itu menyiratkan kalau ia serius dengan ucapannya. Terlihat ia sangat berharap pada Ara tentang perasaannya.
"Aku..Aku tidak bisa Kak," dan membuat Akio menatap dalam gadis di depannya itu yang segera menunduk kemudian memalingkan wajahnya setelah beberapa kali mengerjap untuk mengatur hatinya.
Tangan Akio menarik jemari Ara lalu menggenggamnya. Namun Ara secepat kilat berusaha melepaskan diri dan kemudian yang terjadi adalah kecanggungan yang melanda.
"Kenapa?"
"Maaf..," sekali lagi gadis itu menunduk tidak berani menatap wajah Akio yang sudah diburu rasa penasaran.
"Aku tidak memaksa. Tapi aku akan menunggu,"
"Apa maksudnya Kak?"
"Ya..seperti yang aku katakan. Aku tidak memaksamu. Tapi aku akan menunggumu,"
"Tidak usah menungguku Kak. Sampai_"
"Sampai kau mau," dan membuat kaget Ara. Dia tidak salah dengar bukan. Demi apa ia tidak bisa mendefinisikan dengan kata- kata mendengar ungkapan 'menunggu sampai kau mau' bukankah itu berarti memaksa secara halus. Memaksa pelan- pelan serta..
Ahhh ini masalah hati. Akan terjadi banyak tragedi jika sampai ia mengiyakan untuk memperbolehkan menunggu. Bukankah banyak wanita yang pasti mau dengan Akio. Dia lelaki rupawan yang mapan dan sudah pasti menjanjikan.
"Jangan. Aku tidak memperbolehkannya,"
"Apa karena sepupuku itu?" gadis itu mengangguk ragu tanpa bersuara. Menggunakan Adrian sebagai alasan bukanlah hal yang tepat, karena pasti Akio akan tetap berjuang apapun alasan yang dikatakan oleh Ara. "Bukankah kalian hanya bersandiwara? Sandiwara memiliki batas waktu Ra,"
"Tidak kak. Kami..,"
"Aku tahu. Tidak mungkin kalian mengikrarkan hubungan secepat itu. Jangan bohong padaku!" Ara mengerjap, hubungan ini memang sandiwara. Setidaknya begitu sesuai kesepakatan keduanya. Namun, Ara menyimpan asa dan doa semoga semua lebih dari sekedar sandiwara. Suatu saat nanti, entah kapan dan apa yang akan terjadi dia tidak ingin berspekulasi. Hanya menjalani.
"Sebenarnya...aku tidak pernah ingin seperti itu" gadis itu menunduk kemudian menatap Akio yang membalasnya dengan mimik wajah penuh tanya. "Aku tidak tahu sejak kapan perasaan itu tumbuh. Namun sungguh...keinginanku saat ini hanya dekat dengannya, tidak lebih dan tidak berani lebih. Memupuk perasaan itu berarti aku berharap. Aku tidak ingin seperti itu kak,"
Akio menarik kursinya untuk mendekati Ara. Direngkuhnya bahu gadis itu, hingga kepala Ara jatuh ke bahu Akio. Lengannya mengusap punggung Ara. Memberi ketenangan dan kekuatan yang entah sejak kapan tiba- tiba perasaan Akio mengatakan bila gadis itu membutuhkannya.
"Kak...janji ya, jangan mengatakan apapun padanya," ditatapnya dengan nanar wajah gadis yang mengusik hatinya beberapa waktu terakhir ini.
"Tidak. Bukankah lebih baik kau mengatakannya sekarang"
Ara bangkit duduk tegak. Mendorong tubuh Akio yang menempel di lengannya. "Tidak..Tidak. Maksudku belum saatnya. Jadi jangan mengatakan apapun padanya. Berjanjilah Kak?" menunduk kembali kemudian menghembuskan napas kasar.
"Bukankah kalian ada rencana menikah? Ini awal yang baik bukan untuk mengungkapkannya. Sungguh melelahkan mencintai tanpa mengatakannya,"
"Aku belum siap Kak"
"Siap untuk apa?" Senyum miris dan ragu tampak jelas di bibir Ara.
"Penolakan mungkin. Kami berbeda Kak, bahkan jarang sekali bisa berbicara serius dan menyenangkan dengannya,"
"Lalu bagaimana bisa kau menyukainya kalau kau sendiri merasa seperti itu?"
"Entahlah," menggeleng serta menarik keatas kedua sudut bibirnya, Ara mengambil minumannya, meneguknya hingga habis untuk mendamaikan hatinya.
Bukankah cinta tidak butuh alasan pun penjelasan. Seperti Ara, dia hanya ingin mencinta bahkan tidak perduli dicinta. Hanya memberi dan tidak pernah berpikir sebaliknya.
Menjatuhkan satu lututnya ke lantai, Akio memandang penuh harap pada gadis di depannya itu. Gadis yang mampu membolak- balikkan hatinya tanpa bisa berpaling.
"Menikahlah denganku Estsaffa Ahiara,"
"Kak...,"
"Aku akan mencintaimu, membahagiakanmu dan menjagamu sepanjang usiaku". Akio menjeda ucapannya. "Cinta sebenarnya, tanpa drama ataupun skenario,"
Hening. Ara tidak tahu harus menjawab apa. Jantungnya biasa saja, tidak bergetar ataupun berdenyut menggila.Bahkan ungkapan cinta Akio tidak mampu mengusik hatinya sama sekali.
Seminggu yang lalu, Adrian melamarnya. Meski sangat terasa biasa dan malah tidak istimewa namun spontanitas ucapan Adrian tetap mengusik hatinya. Entah nyata atau hanya berpura- pura demi membahagiakan Lina ibunya. Yang jelas, lelaki itu mengajaknya menikah dan iapun telah mengiyakannya.
Cinta memang belum ada pada diri Adrian untuknya. Itulah yang ia baca dari lelaki itu, namun sekelumit kisah yang ia perankan dengan Adrian setidaknya mendekatkan keduanya.
Gadis itu tidak lagi perduli, entah terpaksa atau memang karena suatu alasan lelaki itu menikahinya. Ia ingin berjuang, memperjuangkan perasaannya.
"Kak...aku akan menikah. Dan kuharap Kakak juga segera menemukan jodoh Kakak. Yang mencintai kakak dan juga dicintai olehmu. Dan kita hidup bahagia dengan pasangan kita, masing-masing,"
Best wishes. Mimpi setiap orang. Bukankah ucapan adalah doa. Itu doa terbaik yang Ara langitkan dalam hatinya. Pun doa yang sama seorang Akio untuk pujaan hatinya.
💜💜💜💜💜💜💜
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏