NovelToon NovelToon
Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:2.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.

Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?


Spin of Ternyata Aku yang Kedua.

(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mama, i love you

Duk Duk Duk Duk ...

"Abi, Freya, buka pintunya!" pekik Sagita dari luar membuat mereka membelalakkan matanya.

"Mama ... "

"Nyonya besar ... " Seru keduanya panik.

Bruak ...

Abidzar terlonjak sampai terjatuh dan belakang kepalanya membentur tepi meja. Untung saja bukan mengenai sudutnya jadi tidak sampai terluka. Hanya sedikit benjol saja.

"Mas," pekik Freya saat melihat Abidzar terjatuh.

"Ssst ... Itu mama. Kenapa mama bisa datang kemari?" Ucapnya seraya berbisik.

"Mana saya ... "

"Abi, Freya, cepat buka pintunya atau mama dobrak!" seru Sagita dengan suara lantang.

Bi Asih yang baru saja hendak terlelap sampai terlonjak kaget mendengar pekikan Sagita dari area paviliun.

"Astaga, ada apa ini? Apa nyonya besar mengamuk?" gumam Bi Asih panik.

Ana yang telah tertidur pun ikut terlonjak, sedangkan Mina yang masih asik bermain ponsel tampak menyeringai.

"Sepertinya akan ada perang besar." Gumamnya senang.

Duk Duk Duk Duk ...

"Tuan, cepat Anda sembunyi, biar saya yang buka pintunya." Titah Freya seraya membantu Abidzar berdiri.

"Abiiiiidzarrrr, jangan pura-pura tuli kalian. Cepat buka pintunya!" teriak Sagita lagi.

Bruuukkkk ...

Freya yang mau membantu Abidzar berdiri justru ikut terjatuh hingga menimpa tubuh Abidzar.

"Fre, di saat genting begini kau masih ingin menggodaku?" Abidzar seperti tak mau melewatkan kesempatan menggoda Freya yang tubuhnya sudah berada di atas tubuh Abidzar.

Tuk ...

Freya menyentil dahi Abidzar membuat Abidzar mengerucutkan bibirnya.

"Mas Abi jangan gila ya! Lagi genting begini masih sempat-sempatnya menggoda, dasar gila."

"Wah, sepertinya kau sudah berani memarahiku, hm?"

"Woi, Abidzar, Freya, sepertinya kalian memang mau pintunya didobrak. Oke, baiklah. Mang Sukri, do-."

Glubuk ... brakkk ... bruakkk ...

Abidzar dan Freya segera berdiri dan berlari menuju pintu. Dengan cepat, Abidzar hendak membuka pintu, tapi Freya melarangnya dan malah menyuruhnya bersembunyi di balik pintu.

"Kalau nyonya besar masuk, Mas Abi segera keluar, oke!" bisik Freya di telinga Abidzar. Abidzar pun sontak menoleh dan cup ...

Ia mencuri ciuman dari bibir Freya membuat mata perempuan itu membulat karena sempat-sempatnya laki-laki itu mencuri ciuman darinya.

Freya mendengkus dan ceklek ...

Pintu pun terbuka dari dalam menampakkan Sagita telah berdiri sambil berkacak pinggang seorang diri.

Mata Freya celingukan, mencari sosok mang Sukri yang tadi disebutkan Sagita.

Sagita tersenyum smrik melihat ekspresi Freya yang panik dan pucat pasi.

"Nyonya, ke-kenapa Nyonya ke sini malam-malam? Apa-apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Freya takut-takut.

Lalu Sagita masuk begitu saja ke dalam paviliun sambil menabrak pundak Freya tak acuh membuat jantung Freya semakin jumpalitan.

"Mana anak bodoh itu? Suruh dia jangan bersembunyi." Ucap Sagita ketus. Ia berdiri di ambang pintu yang setengah terbuka membuat jantung Freya kian berdetak tak normal.

Begitu pula Abidzar, ia bisa mendengar dengan jelas suara Sagita yang berdiri di balik pintu dimana ia bersembunyi.

"Abi, jangan jadi laki-laki cemen kau. Ayo cepat keluar!" Pekik Sagita lagi.

"Nyonya kenapa mencari tu-tuan Abidzar di sini?"

"Ck ... ck ... ck ... jadi begini kelakuanmu, hm? Kau menggoda suami orang lain di rumahnya sendiri? Dasar, wanita mu- ... "

"Ma, jangan menghina Freya seperti itu!" Seru Abidzar yang seketika keluar dari tempat persembunyiannya.

"Oh, kau berani muncul juga, hm! Kau benar-benar hebat, Abi. Di saat istrimu pergi, kau malah main gila dengan dia? Iya? Jawab, Mama, Abidzar?" Teriak Sagita dengan mata melotot.

"Kami tidak main gila, Ma. Freya bukan perempuan seperti itu." Sergah Abidzar tak terima atas tuduhan Mamanya sendiri.

"Kalau tidak main gila, lantas apa, hah? Kau mendatangi kamar perempuan lain di saat istrimu tak ada di rumah, apa itu namanya kalau bukan main gila?" Seru Sagita dengan sorot mata penuh cemooh.

"Tapi Freya juga istriku. Jadi wajar aku mendatanginya." Tegas Abidzar membuat Sagita melotot tajam.

"APA? Jangan mengada-ada kau, Bi! Bagaimana bisa dia jadi istrimu?"

"Tentu saja bisa karena aku telah menikahinya."

Sagita tiba-tiba memegang dadanya. Tubuhnya terhuyung membuat Freya dan Abidzar seketika panik. Abidzar pun segera menangkap tubuh Sagita dan membawanya ke sofa yang ada di ruangan itu.

"Mas," seru Freya panik.

"Ma, mama kenapa? Ma, Mama ... "

"Abi ... kau ... "

"Ma, jangan begini, Ma ... "

"Nyonya besar ... Mas, segera telepon dokter, Mas. Atau kita langsung bawa ke rumah sakit saja."

"Ba- ... Awww ... awww ... aduh, sakit, Ma, sakit!" pekik Abidzar tiba-tiba saat Sagita menjewer telinganya.

Sontak saja Freya melongo melihatnya.

"Dasar anak nakal kamu ya. Menikah diam-diam tanpa sepengetahuan Mama, kau anggap Mama apa, hah, anak nakal? Kau mau Mama kutuk jadi patung prasasti?" delik Sagita membuat Freya kebingungan pun Abidzar. Tapi karena ia sedang mengaduh kesakitan, ia bingung harus menjawab apa.

"Ma, Mama, lepasin. Ma, malu, Ma. Ma, jangan malu-maluin aku di depan Freya dong!" lirih Abidzar dengan tampang memelas.

"Kau tahu malu juga anak nakal." Sinis Sagita.

Lalu Sagita pun melepaskan telinga Abidzar dan mengalihkan pandangannya pada Freya.

Freya yang merasa ketakutan pun menundukkan kepalanya. Ia mere mas jari-jemarinya dengan hati yang bergemuruh dan dada yang berdebar kencang.

"Ma-maafkan kami, Nyonya. Kami ... kami ... "

Freya tiba-tiba mendongak saat tangannya justru digenggam erat Sagita. Pun Abidzar. Ia tampak kebingungan dengan apa yang dilihatnya.

"Ini bukan salahmu, Nak. Tapi keadaan lah yang membuatmu terpaksa mengambil jalan ini." Ucap Sagita lembut. Amat sangat lembut. Membuat mata Freya seketika memerah dan berkaca-kaca. Ia tak menyangka, ibu Abidzar akan mengatakan ini. Ia pikir, ibu Abidzar akan memarahinya, mencaci makinya, mencemoohnya, mengusirnya, atau bahkan meminta Abidzar segera menceraikannya. Namun sebaliknya, ibu Abidzar seperti menerimanya.

'Apa aku sedang bermimpi? Jangan-jangan ini hanyalah halusinasi ku saja!' lirihnya dalam hati merasa ragu dengan sikap Sagita padanya saat ini. 'Atau jangan-jangan ini hanyalah permainan semata. Sandiwara.' Bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu. Dahulu dia pun pernah bermain peran seperti ini. Berpura-pura baik pada Nanda di depan Gathan. Padahal aslinya, ia sedang bersandiwara, berusaha mencari simpati dari mantan suaminya itu.

"Mama, tidak marah?" tanya Abidzar yang juga merasa was-was dan penasaran.

"Bagaimana Mama bisa marah? Ini bukan kemauan kalian, bukan. Tapi Mama pun tak bisa marah pada Erin sebab Erin hanya menginginkan yang terbaik untuk Mama dan Papa. Terutama kamu, Bi. Hanya Mama tak habis pikir, mengapa kalian harus menggunakan cara ini. Tapi sudahlah, semua sudah terlanjur terjadi. Mama hanya berharap, semuanya baik-baik saja. Dan mama lebih berharap lagi, kalian bisa mempertahankan rumah tangga kalian. Mama sebenarnya tidak pro terhadap poligami sebab tidak semua orang bisa berlaku adil. Namun, Mama pun tak ingin kalian mempermainkan pernikahan. Bercerai setelah melahirkan? Mama rasa tak ada seorang ibu yang mampu melakukannya, benarkan Freya? Apa kau bisa melepaskan anakmu begitu saja pada Abi dan Erin?"

Freya terdiam. Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

"Sebenarnya Freya pun tak yakin bisa melakukannya. Tapi Freya pun tak ingin merusak rumah tangga Mas Abi dan Erin, Nya. Freya tak ingin menjadi duri dalam pernikahan mereka. Freya yakin, tidak mudah bagi Erin untuk melakukan ini. Tapi dia tetap berusaha untuk melakukannya. Dia menekan egonya, menekan harga dirinya, berusaha menerima meskipun harus menyakiti hatinya. Freya hanya bisa berserah pada Tuhan, Nya. Freya yakin, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya." Tutur Freya bijak.

Sagita tercenung mendengar penuturan Freya. Begitu juga Abidzar. Ia tak menyangka, Freya bisa bersikap sebijak itu. Abidzar pun tak ingin menyakiti Erin, tapi hatinya tak bisa berbohong kalau ia menginginkan Freya menjadi istrinya selamanya.

"Kau sungguh bijak, Nak. Mama akan berdoa yang terbaik untuk kalian. Semoga kalian diberikan jalan yang terbaik oleh Allah."

Setelah mengucapkan itu, Sagita pun menarik pundak Freya dan memeluknya. Freya tergugu mendapatkan perlakuan sebaik ini dari Sagita. Matanya seketika basah. Cairan asin keluar dari pelupuk matanya.

'Bolehkah aku berharap selamanya bisa mendapatkan kehangatan seperti ini? Mama ... tadi dia menyebutnya sendiri Mama. Apakah nyonya menerimaku sebagai menantunya?'

"Mulai sekarang kamu panggil saya Mama, oke! Bagaimana pun, kamu juga sudah menjadi menantuku dan aku adalah mama mertuamu."

Freya tak dapat membendung rasa harunya. Ia pun mengangguk dengan cepat.

"Ma-ma." Ucapnya terbata. Abidzar yang melihatnya pun tak mampu membendung rasa haru. Ia bersyukur memiliki ibu sebijak mamanya. Rasa takut dan cemas ibunya tak mau menerima keberadaan Freya seketika musnah. Kini rasa itu berganti menjadi rasa bahagia dan bangga.

"Mama, i love you." Ucapnya yang kini ikut memeluk kedua perempuan yang sangat berarti dalam hidupnya itu.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

1
Atika
Luar biasa
Mimine Toto Ayra
Kecewa
Mimine Toto Ayra
Buruk
maria handayani
/Shy/
Mariani SPd
jangan end duluu thor
Mariani SPd
duh tragis banget lah huhuhu
syediiih Thor
Mariani SPd
sehat2 terus othor yaaa
Mariani SPd
waduh.....kok pakai acara pingsan segala sih
Mariani SPd
seneng banget lah punya mertua kek gini
Mariani SPd
wesss keren banget mah punya nenek kek gini. atau besok kalo aq jadi nenek, kek gini juga ah. biar dunia terasa indah hahaha
Mariani SPd
hmm...... siapa lagi tuh thor
Mariani SPd
sehat2 terus othor sayang
Mariani SPd
Tirta lihat anaaaa
Mariani SPd
wah....makin kesini makin seru aja ceritanya
Mariani SPd
akhirnya Freya dpt mengambil pelajaran dari Nanda, mantap 👍
Mariani SPd
mulai deh playing victim ala Erin
Mariani SPd
l Love you mama huhuhu
jadi kangen mama
Mariani SPd
Oalaaa enak kurang kerjaan ya, maunya ngerjain Abi dan Freya hahaha
Mariani SPd
wah hebat Freya....
Mariani SPd
Tirta.....kek nama perempuan deh Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!