Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alea dan Bara
Abian terdiam mendengar cerita dari Hamzah, dengan langkah yang berat Abian mendekat kearah Hamzah, ia hendak meraih tangan sang anak. Tetapi, Hamzah langsung menepisnya dan berlalu meninggalkan rumah itu saat itu juga. Para teman Jena pun kecewa dengan perilaku Jena yang sudah kelewatan, tanpa memperdulikan kondisi Jena, mereka pergi mengambil tasnya masing-masing.
Abian hanya mampu menatap punggung Hamzah yang kian menjauh, Gala mengekor di belakang tubuh Hamzah dan ikut masuk ke dalam mobil.
"Om kecewa sama kamu Jena, kamu gak berhak ikut campur urusan kami." Ucap Abian dingin.
"Kenapa? Kenapa om malah belain mereka, emang kenyataannya begitu kok. Atau om nyesel udah mendonorkan jantung tante Sandra buat tante Mala?" Ucap Jena mulai menyudutkan Abian.
"Bukan urusanmu!" Bentak Abian. Dia melangkah masuk ke dalam rumah dengan perasaan dongkolnya, ia sudah gagal menjadi suami dan juga ayah bagi kedua anaknya hanya karena ke keegoisannya.
Fyi: Saat Hamzah sudah masuk di bangku kuliah, ibunya di kabarkan meninggal dunia di rumah sakit besar Bandung. Setahunya ibunya masih sehat sebelum ia dan adiknya pergi, bahkan Sandra memasak makanan kesukannya dan juga menghabiskan waktunya bermain di sebuah mall. Saat itu, Alea masih duduk di bangku Smp kelas 7. Tak lama setelah kepergian ibunya, Abian kembali menikah dengan janda anak satu bernama Mala yang tak lain adalah cinta pertama ayahnya. Hamzah maupun Alea tidak mau menerima Mala. Dan juga anaknya, begitupun sebaliknya. Hamzah berdebat dengan ayahnya yang lebih memilih istri barunya di bandingkan anak kandungnya sendiri, ia memutuskan untuk pergi dari rumah ayahnya dan tinggal di rumah peninggalan neneknya.
Hamzah kuliah sambil kerja part time untuk menyambung hidup bersama adiknya, saat dia pindah ia membawa semua barang milik ibunya, dari mulai pakaian, perhiasan bahkan foto-foto ibunya. Suatu hari, saat ia tengah lelah dan merindukan mendiang Sandra, netranya tertuju pada sebuah foto yang ternyata terselip sebuah tulisan tangan ibunya sendiri.
Untuk anakku, Hamzah.
Jika kamu sudah membaca surat ini, berarti mama sudah tidak ada lagi di dunia ini. Maaf, mama menyembunyikan semuanya dari kalian berdua, yang ada di fikiran mama hanya keselamatan kalian berdua.
Abian, dia memaksa mama mendonorkan jantung mama untuk selingkuhannya yang tak lain adalah cinta pertama ayahmu. Dia sedang kolaps karena penyakit bawaannya, ayahmu kalut dan takut kalau Mala tidak bisa selamat. Terlebih lagi, ternyata anak Mala adalah anak kandung ayahmu. Mereka bermain di belakang mama saat kamu masih berumur 3 tahun, selama itu ayahmu menyembunyikan semuanya. Mala memang pernah memiliki suami, tetapi suaminya itu meninggal dan tidak tahu kalau anaknya itu adalah hasil perbuatan Mala dan Ayahmu.
Jantung mama ternyata cocok dengan jantung Mala, ayahmu mengancam mama kalau dia akan mencelakai kalian dan tidak akan segan-segan melenyapkan kalian berdua, tidak ada cara lain selain mengikuti kemauan dia. Mama harap kamu bisa melanjutkan hidupmu dengan Alea, jaga dia sebagaimana mama menjaga kalian berdua sampai mengorbankan nyawa mama.
Untuk pertama kalinya Hamzah menangis dihadapan orang lain, Gala pikir dirinyalah manusia tergalau di dunia ini. Ternyata salah, bahkan dilihat dari sorot matanya Hamzah lebih rapuh darinya.
"Pulang ke rumah?" Tanya Gala.
"Kita ke mesjid raya Bandung, gue gak mau Alea liat kondisi gue saat ini." Jawab Hamzah.
Gala menganggukkan kepalanya mengerti, dia melajukan mobilnya menuju mesjid yang di maksud oleh Hamzah. Beruntung internet semakin maju, untuk melacak dimana letak mesjid tersebut memudahkan Gala agar tidak tersesat.
*
*
Pagi Hari.
Eunghhh..
Alea melenguh, perlahan ia membuka matanya dan merasakan pipinya yang terasa berat. Saat matanya terbuka lebar, ia begitu terkejut melihat Bara yang tengah tidur dengan posisi duduk.
"Hah? I-ini?" Alea meraba kain yang menempel di pipinya, mungkin semalam kain itu basah. Tapi, sekarang kain itu sudah hampir mengering.
Pergerakan Alea membuat Bara terusik, ia membuka matanya menatap Alea yang sedang mengubah posisinya menjadi duduk.
"Sudah bangun ternyata." Ucap Bara dengan suara seraknya.
"Ini kak Bara, apa kak Gala?" Tanya Alea.
"Kenapa nanya gitu?" Tanya balik Bara.
"Ya kan kalian kembar, takutnya salah orang." Jawab Alea.
"Aku Bara, coba liat pipinya." Bara berdiri dari posisi sebelumnya, tangannya terulur memeriksa pipi Alea.
Sikap Bara membuat hati Alea menghangat, lelaki yang tengah memeriksa lukanya memperlakukannya dengan begitu lembut. Alea tidka menyangka, Bara bahkan sampai rela tidur dengan posisi duduk hanya untuk mengobati lukanya. Jarak mereka sangat dekat, Alea dapat mencium aroma maskulin di tubuh Bara meskipun si empu tidak mengganti bajunya selepas pulang dari konser.
"Sudah mendingan, bekasnya juga sudah mulai menghilang." Ucap Bara.
"Makasih kak, maaf udah ngerepotin." Ucap Alea.
"Tidak sama sekali, kalau perlu sesuatu kamu bisa panggil kakak. Oh iya, aku dan Gala memang kembar. Bedanya, aku memiliki lesung pipi di pipi kananku, sedangkan Gala di kedua sisinya. Tanganku ada tanda lahirnya. Kalo orang lain bisa membedakannya di bagian bibir, bibir Gala memble alias doer. kalo bibirku agak imut, kayak artis korea." Papar Bara.
"Hahahaha." Alea tertawa lepas mendengar ucapan Bara, melihat Alea tertawa membuat sudut bibir Bara terangkat.
Di pagi buta, Alea dibuat tertawa oleh Bara yang berniat ingin menjelaskan perbedaannya dengan kembarannya sendiri. Tetapi, kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Gala membuat perutnya tergelitik, Alea seakan lupa kesedihannya karena Bara.
"Apa ada yang lucu?" Tanya Bara.
"Enggak kok, cuman ya heran aja. Kenapa harus kata doer yang kak Bara pilih? Tidak ada kata lain Selain doer?aku kan jadinya ngakak." Jawab Alea.
'Aku senang melihatmu tertawa Alea, teruslah seperti itu. Aku hanya mengizinkanmu tertawa, tidak untuk bersedih.' Batin Bara senang.
"Subuh dulu yuk." Ajak Bara.
"Kak Bara duluan aja, aku mau beresin tempat tidurnya dulu." Ucap Alea.
Bara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia keluar dari kamar Alea. Saat Bara keluar, saat itu juga Alea mulai membereskan tempat tidurnya sambil sesekali menahan tawanya mengingat ucapan Bara..
30 menit Kemudian.
Alea dan Bara sudah menyelesaikan ritual mandi dan juga sholat subuhnya, Alea berjalan menuju dapur memeriksa bahan makanan yang akan ia buat untuk sarapan.
Tok..Tok..Tok..
"Yuhuuu!!!! Anakku! Mommy datang!" Seru seseorang dari arah luar.
Mendengar pintu di ketuk, sejenak Alea menghentikan pekerjaannya. Dia bergegas menuju pintu ruang tengah, Alea bisa menebak siapa yang datang. Bara ternyata mengekor di belakang punggung Alea, begitu pintu terbuka terlihat kedua temannya tengah melotot menatap kearahnya.
Ceklek.
Haahhhh..