Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Kebohongan Renata.
Kedua tangan kekar Arjuna yang tak sengaja memeluk tubuh Renata begitu kaku, wajah pria itu terlihat mengerikan. Dia merasa jijikkk memeluk tubuh wanita busuk seperti Renata, sungguh sial baginya!
"Lepaskan tubuh istriku! Kau mencari kesempatan, hah!!!" Devan menarik kasar jas yang dipakai Arjuna.
"Kau masih juga tolol seperti dulu! Kau pikir aku sudi memeluk wanita murahaaan seperti istri tercinta mu ini! Asah otak berkarat mu...! Wanita ja langg ini yang menjatuhkan tubuhnya padaku! Kalau aku tadi menghindar, perut istrimu yang terlebih dulu membentur lantai! Kau ingin anak mu mati! Aku bukan orang sekejam itu...!" rahang Arjuna mengeras, "Sial! Harusnya aku biarkan saja wanita ini jatuh dan anak kalian mati sekalian...! Cepat! Jauhkan wanita murahaan ini dariku!"
Devan merebut tubuh tak sadarkan diri Renata dari Arjuna, lalu memangku nya bridal style. "Jika istriku kenapa-napa... aku akan memberi perhitungan padamu!!!" desis Devan yang langsung berbalik pergi menuju kamarnya.
Arjuna mendengus muak, "Apa hubungannya dengan ku?!"
Sementara Denada menatap intens pada Arjuna, gadis itu baru menyadari jika Arjuna begitu nampak 'akrab' dan benar-benar terlihat sangat mengenal kakaknya dan juga Renata.
Apa ini hanya perasaan ku saja? Kenapa si Om kayak udah kenal lama sama Renata dan Kak Devan?
Merasa dirinya sedang diperhatikan, Arjuna menolehkan wajah menatap Denada. "Ada apa? Kenapa sejak tadi kau malah diam?"
"Terus? Aku harus berbuat apa dalam situasi seperti tadi?" tanya gadis itu memang tidak mengerti harus melakukan apa.
Cemburu kek, lihat aku peluk wanita lain! Ck! Mungkin karena gadis ini nggak cinta sama aku jadi responnya malah biasa saja.
"Lembutkan suara mu, mungkin saja Cctv di ruangan ini merekam perbincangan kita. Sebaiknya kita pergi sekarang, kesimpulan nya kakak mu memang menolak!"
Denada berwajah murung, meksipun masih marah pada Devan namun mengingat hubungan baiknya dengan sang kakak sebagai saudara sejak kecil ada rasa nyeri dalam hatinya saat Devan tidak bisa menjadi wali nikahnya.
"Jangan kecewa, aku berjanji akan memberikan segalanya padamu setelah kita menikah nanti..." Arjuna mengelus kepala Denada dengan penuh perhatian.
Jangan baper! Jangan Dena! Dia hanya melanjutkan aktingnya!
"Tentu Babe, ayo kita pergi aja. Sejak aku minggat dari rumah ini.... aura disini semakin magrib."
"Magrib? Maksudnya?"
"Auranya gelap, Babe! Astaga, gitu aja nggak tau!"
"Ya kan... aku generasi milenial sedangkan kamu generasi Z. Wajar Baby... kalo kita berbeda pemikiran." Arjuna membela dirinya sendiri karena kurang up to date dengan perkembangan anak-anak zaman sekarang.
Kok kedengaran nya, aku merasa tua banget ya! Bodo lah, yang penting aku Duda ganteng! Nggak bisa diganggu gugat ketampanan ku ini! Lihat saja... gadis galak ini bahkan bakal klepek-klepek dengan wajahku!
Arjuna mengulum senyum tak ingin memperlihatkan pada Denada rencananya membuat Denada jatuh cinta padanya. Memikirkan itu, sepertinya setelah menikah dia harus meng-upgrade dirinya sendiri agar mengerti tentang perkembangan zaman.
"Yuk ahhhh," Denada menggandeng lengan Arjuna bejalan pergi keluar rumah, berusaha berakting seperti Arjuna.
Baru saja akan keluar, seseorang masuk ke dalam ruang tamu.
"Assalamualaikum," ucap seorang wanita yang tak lain adalah Arumi.
"Waalaikumsalam, kak Arumi kan?" Denada masih mengenali wajah Arumi meksipun hanya bertemu satu kali saat Devan dan Renata menikah. Setelah itu Denada tidak pernah melihat Arumi lagi.
"Wah... ini Dek Dena ya? Dulu kan masih SMA kelas sebelas."
"Iya kak Arumi, ini aku. Mhuee... apa kabar kak?"
"Kakak baik, Dek. Eh... Mas nya ini?" Arumi menatap wajah Arjuna, seolah pernah mengenal nya.
Ya Allah, dia kan mantan kakak iparku. kenapa ada di rumah kak Renata?
Baru saja Arumi ingin bicara pada Arjuna, seseorang lebih dulu bicara.
"Rum? Kamu Arumi kan? Adek nya Renata?" tanya Devan menghampiri, dia baru saja diberitahu oleh pelayan jika Arumi datang.
"Iya, Bang Devan. Saya Arumi, Adek Kak Renata." Arumi menjawab namun ia menundukkan wajahnya tak berani menatap Devan.
Namun perhatian Devan tertuju pada Arjuna yang masih berada di rumah nya, "Ngapain kau masih disini?! Pergi dan jangan berani bawa adikku...!"
Arjuna menatap tajam ke arah Devan, "Dena sudah bukan anak dibawah umur lagi, dia sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan nya sendiri!"
"Sudah, Babe! Jangan adu mulut lagi sama kak Devan... kita pergi aja."
"Nada! Kakak bilang jangan pergi ya jangan pergi...! Sana! Masuk kamar! Mulai hari ini kamu dilarang keluar rumah! Nggak usah kuliah juga!" Devan melepas paksa tangan adiknya dari lengan Arjuna, menarik tangan Denada dengan kasar.
"Aww! Sakit...!" Denada bukan orang cengeng, dia sengaja menjerit agar kakaknya melepaskan tangannya.
Benar saja, Devan melepaskan tangan adiknya itu. Secepatnya Denada menarik tangan Arjuna lalu menggenggam nya, gadis itu berjalan menuju keluar rumah. Bagai kerbau yang dicucuk hidung nya, Arjuna menurut begitu saja mengikuti langkah Denada keluar.
"Wassalamualaikum, kak Arumi." Pamit Denada sekilas pada Arumi lantas gadis itu melanjutkan langkahnya.
"Waalaikumsalam."
Devan hanya mampu menahan emosi, adiknya benar-benar mengabaikan dirinya.
Nyeri! Ternyata diabaikan oleh orang yang di sayang begitu terasa menyakitkan.
Ingin sekali Devan berteriak marah-marah, namun akhirnya dia tersadar jika masih ada tamu di rumahnya dan tidak sepatutnya bertingkah demikian.
"Eh, Dek. Maaf ya... Abang tadi..." bingung Devan menjelaskan, "Sudahlah, duduk Dek."
Arumi hanya mengangguk, dia tersenyum simpul masih dengan menundukkan kepalanya. Debaran rasa suka yang pernah singgah di hatinya pada Devan, ternyata masih ada. Lelaki yang pernah dia tolong saat pria itu kecelakaan dengan menyumbangkan darahnya ternyata masih mampu membuat jantung Arumi berdetak kencang.
Andaikan saja... Devan tidak salah mengenali wanita yang pernah menolong nya 8 tahun lalu. Mungkin, Arumi lah yang digilai dan dicintai secara brutal oleh Devan.
Sayangnya, selain Devan salah mengenali... Renata pun malah mengakui jika benar dirinya lah yang menyumbangkan darah pada Devan saat lelaki itu kecelakaan 8 tahun lalu. Hingga sejak saat itu, Devan begitu memuja Renata dan selalu menuruti apapun keinginan Renata.
Hanya saja, kedua orang tua Devan melarang hubungan keduanya dikarenakan strata sosial sebab Renata berasal dari kalangan bawah sementara Devan adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga sebagai pewaris.
Karena pertentangan terus menerus dari kedua orang tua Devan, akhirnya Renata lebih memilih menikah dengan Arjuna yang waktu itu sama-sama mencintai Renata.
"Dek, diminum dulu."
Arumi sempat bengong mengingat awal pertemuan dirinya dengan Devan, dalam hujan badai 8 tahun lalu. Dia pun tersenyum miris, karena Devan salah mengenali orang padahal Arumi jatuh cinta pada Devan di pertemuan pertama. Mungkin, memang bukan jodohnya.
"Makasih, Bang."
"Udah lama kita nggak ketemu, kata Renata kamu sama Ibu balik kampung. Renata masih sering kirim uang buat Ibu, kan? Katanya dia kirim setiap bulan," ujar Devan yang memang tidak pernah curiga pada istrinya.
Apa? Kenapa kak Renata berbohong?! Jangankan mengirim uang, bahkan menghubungi kami pun, dia nggak pernah.
"Rumi, kok malah ngelamun. Kamu sama Ibu nggak kekurangan kan, kata Renata... dia kirim 20 juta untuk kalian setiap bulan nya."
Ya Allah kak Renata, jangankan 20 juta bahkan seribu rupiah pun nggak pernah ngasih Ibu. Bagaimana ini? Padahal aku datang ingin meminta tolong, meminjam uang sama kak Renata.
Arumi duduk dengan gelisah, dia bingung menjawab pertanyaan Devan.
"Renata juga bilang... kalo kamu sekarang udah kerja di rumah sakit kecil di desa dan sangat sibuk. Wah, berhasil sukses ya kamu jadi Dokter, banyak uangnya dong sekarang ya."
Hah?! Jangankan jadi Dokter, bahkan aku nggak pernah kuliah. Aku hanya lulusan SMA dan sekarang hanya mampu bekerja menjadi G0 Jek! Keterlaluan kak Renata, sampai hati dia berbohong...! Padahal Ibu dan aku bekerja keras mencari uang untuk membayar hutang yang dia pakai untuk membeli barang-barang mahal dulunya! Duh, Gusti....
Perih perasaan Arumi, begitu tega kakak perempuan nya itu sejak dulu padanya. Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Arumi meminjam uang untuk berobat ibunya sedangkan Devan menduga dia banyak uang karena sudah berhasil sukses.
Bu? Arumi harus bagaimana?
happy ending buat semua nyaa