GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3.
Suasana kantin memang selalu ramai jika sudah memasuki jam istirahat. Tapi kini semakin ramai, disaat ketiga laki-laki tampak mulai memasuki area kantin dengan langkah cool nya. Disepanjang langkah nya, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka bertiga, lebih tepatnya adalah para kaum hawa.
Bahkan ada yang sampai menumpahkan mangkuk bakso saking terpana dengan pesona ketiga laki-laki itu. Mereka adalah the most wanted nya ALZERO, khusus untuk angkatan kesepuluh. Karena setiap angkatan selalu mempunyai pentolan siswa-siswi yang cantik dan tampan, dan tentu saja mempunyai otak yang cerdas.
Siswa-siswi yang ada di ALZERO tidak mengakui the most wanted yang hanya memiliki good looking saja,tapi juga mereka harus mempunyai good Attitude,dan pintar. Salah satu contoh nya adalah ketiga laki-laki yang sedang menghampiri meja yang dimana terdapat tiga orang gadis yang sedang makan dengan tenang disana.
"Kebiasaan ya, kalau kekantin tu nggak pernah ngajak-ngajak,"ujar Redyna ketika mereka sampai ditempat ketiga gadis itu.
"Kalian kan jarang kekantin,wajar aja kalau kita nggak ngajak kalian,ya ngak sis?"
Redyna membalas nya dengan acuh tak acuh seraya tetap memakan makanan nya.
"Lo tahu kan kita bertiga sesibuk apa?" Timpal Abi.
"Iya, tahulah gimana sibuk nya anak IPA!"
Redyna kembali memakan makanan nya, gadis itu tidak peduli dengan ketiga laki-laki dihadapan nya.
Selain Dinda dan Zahra, Redyna memiliki sahabat yang lain, yaitu ketiga laki-laki dihadapan mereka ini, bersahabat sejak kecil, jauh sebelum Redyna mengenal Dinda dan Zahra.
Rumah nya beserta rumah ketiga laki-laki the most wanted itu berada di kompleks yang sama, namun berbeda blok.
"Lo bertiga nggak laper?" Tanya Dinda pada ketiga laki-laki dihadapan nya yang sedang berbicara.
"Lapar dong, buat apa gue ke kantin kalau kagak untuk makan. "Reva membalas pertanyaan Dinda.
Kemudian laki-laki itu berdiri dari duduknya dan menatap Redyna serta Abi secara bersamaan.
"Berhubung gue lagi baik hati, hari ini biar gue yang pesan makanan nya,so ,kalian mau makan apa?"
"Gue mau yang kayak Dyna," ucap Redyna, lalu menyenggol lengan Abi,"Lo mau pesen apa?"
"Daging babi berlemak,"balas Abi.
"Lo kalau mau itu, beli aja disekolah sebelah.
Disini nggak ada yang jual, haram Lo makan begituan.
Selepasnya, Reva beranjak untuk memesan makanan dan untuk Abi akan ia pesan makanan yang sama seperti nya.
Kini Rey menatap Zahra yang tengah membenarkan helaian rambut," Makin cantik aja,Ra, Gombal nya, dalam seketika menggantungkan tangannya di udara ketika mendengar ucapan Rey.
Apa tadi ? Diri nya dipuji cantik?
Mata nya menatap tak berkedip ke arah laki-laki itu. Zahra berdehem terlebih dahulu, lalu tersenyum malu-malu,dan tangan nya menyelipkan helaian rambut nya kebelakang telinga,dan menyahut, ah Rey, kamu bisa aja.
Nyurrrrr
"Apa-apa an nih Na?! Kenapa malah muka gue yang kena semprot?! Pekik Dinda, sedang asyik-asyiknya mengunyah batagor nya, tiba-tiba dari arah sebelah nya, Redyna menyemburkan air yang baru saja diminum oleh gadis itu. Bagaimana Dinda tidak kesal, jika sudah seperti ini!
Redyna gelagapan, ia langsung mengambil tisu dan mengelap wajah Dinda yang tadi terkena semburan dari nya.
"Duh, sorry Din yang, gue ngak bermaksud kok"
Gue nggak terima, muka gue jadi basah kayak gini! Mending kalau disiram nya langsung dari botol, lah ini langsung dari mulut Lo.
Eww, menjijikkan!"
"Ini semua gara-gara si Zahra." Redyna menunjuk Zahra yang berada disebelah kanan Dinda. Gadis itu sedang tertawa terbahak-bahak melihat wajah Dinda yang kesal dan dalam keadaan basah.
Apalagi Zahra melihat dengan jelas bagaimana Redyna menyemburkan air yang langsung dari mulut nya kewajah Dinda.
Seharusnya tadi ia vidiokan saja momen itu. Zahra berjanji dalam hati, jika kejadian ini terjadi lagi,maka ia harus merekam nya untuk dijadikan kenang-kenangan suatu hari nanti.
"Kok jadi gue yang disalahin." Zahra menunjuk dirinya sendiri. Ia bingung,kenapa harus dirinya yang disalahkan disini?
"Iyalah ,lagian Lo ngapain sih,pake gaya centil kek gitu?
Udah kayak jamet nya ALZERO, Ih, gelayyy. Cetus Redyna.
"Ini natural woy , kalau ada cowok yang ngegombalin kita. Lo nya aja yang nggak pernah digombalin."
Sialan sekali si Zahra
Redyna memilih diam, ia tidak ingin menyahuti ucapan Zahra, karena apa yang diucapkan oleh gadis itu ada benarnya juga. Tak lama Reva datang membawa nampan berisi makanan, ketika laki-laki itu mulai menyantap makanan masing-masing.
Beberapa saat kemudian, makanan yang mereka makan sudah habis. Sepulang sekolah nanti. Redyna mengajak sahabat-sahabat nya ke cafe favorit nya itu, hanya untuk sekedar berkumpul dan bertukar cerita.karena mereka memang sudah lama tidak berkumpul bersama dan saling bertukar cerita.
Bel masuk berbunyi, akhirnya Redyna dan para sahabat nya meninggalkan kantin, begitu pun dengan yang lain. Mereka berenam berjalan menyusuri koridor menuju kelas masing-masing.
Tepat didepan kelas XII-IPA 1, Reva,Rey dan Abi memisahkan diri karena kelas mereka berada dilantai satu, sedangkan kelas Redyna, Dinda dan Zahra berada dilantai dua.
Redyna pikir, jika kelasnya sudah kedatangan guru yang akan mengajar sehabis ini. Tapi saat memasuki kelas, ternyata kelasnya masih ramai.
Biasa nya setelah bel masuk berbunyi, tidak lama guru-guru pasti akan datang ke kelas-kelas dan mengisi jam pelajaran mereka. Tapi tidak untuk saat ini.kenapa ? Ada apa? Apa mungkin free class ? Batin Redyna.
Terlihat langit memasuki kelas dan berdiri dihadapan murid kelas nya XII-IPS2 itu. Seperti akan memberikan sebuah pengumuman entah apa itu.
"Pengumuman-pengumuman guys, tolong didengar! "Teriak Langit seraya mengebrak meja untuk mengalihkan perhatian mereka dan menatap kearah Langit sepenuhnya.
"Sekarang kita free class, karena Bu Jamilah lagi ada rapat sama guru-guru yang lain. Gue mohon sama kalian untuk nggak berisik dan keluar kelas. Kalau pun itu ada, izin dulu sama gue," terang Langit.
Terlihat Anton mengangkat tangan nya untuk bertanya," gue izin bikin kelas rame kayak pasar, boleh ?" Tanya nya dengan pura-pura polos alias bodoh.
"Yang gue maksud itu keluar kelas karena izin ke toilet,Ton, atau kemana gitu asal jangan izin bolos.
Dan kala kelas kita berisik,kan malu sama kelas tetangga, mau ditaruh dimana muka gue sebagai ketua kelas yang ganteng ini?" Ujar Langit dengan menyugar rambut nya kebelakang yang menjujung tinggi jabatan ketua kelas nya.
"Taruh di dompet gue aja, dompet gue lagi ngak ada isinya nih, "timpal Rendi seraya menunjuk kan dompet nya yang terlihat buluk.
Langit yang mendengar apa yang dikatakan Rendi barusan memberengut kesal. Dikira dirinya uang,apa?! Ditaruh didalam dompet? Kalau diberi uang sih, Langit mau-mau saja, tidak mungkin untuk menolak nya.
"Lo pikir gue uang,apa Ren ?! Gue tuh makhluk Tuhan yang paling sexi, asal Lo tahu. " Tawa seisi kelas pecah saat mendengar nya. Ingin dilihat dari arah manapun, tubuh Langit tidak ada sexi-sexi nya sama sekali, mempunyai ketua Kelas seperti Langit yang memiliki tingkat kepercayaan diri nya begitu tinggi, memang sungguh meresahkan.
***
Ting......Tong......Ting......Tong
Ting......Tong......Ting......Tong
Raga yang sedang bermain game segera menghentikan nya, kesal.siapakah orang yang telah memencet bel rumahnya dengan tidak sabaran?!
Awas aja jika bukan tamu penting yang berkunjung, pasti akan Raga tendang saat itu juga. Ingatkan itu, kalau-kalau Raga lupa.
Dengan menyumpah serapahi orang yang sedang memencet bel dengan tidak sabaran itu, Raga melangkah kan kakinya untuk melihat siapa orang yang berada dibalik pintu rumah nya.
Ceklek
Seketika amarah Raga memuncak melihat tamu yang datang dan penyebab dirinya kalah bermain game tadi. Padahal sedikit lagi dia menang. Ini semua gara-gara tamu sialan itu. Awas saja mereka harus membayar atas semua ini. Raga tersenyum devil memikirkan rencananya yang akan berhasil kepada tiga orang dihadapan ini.
"Oh, jadi kalian yang mencet bel rumah orang. Kayak mau ngajak ribut?! Ketua Raga dan langsung menendang bokong ketiga orang tersebut.
"Aw ! Aw ! Sakit ini, Bang." Ringis ketiganya.
Raga mengabaikan ringisan ketiga orang tersebut. Sudah lama sekali mereka tidak bertamu kerumah nya, biasa nya seminggu sekali mereka akan bertamu.
Raga kan jadi tidak mempunyai lawan yang seimbang dalam bermain game seperti teman adiknya ini. Padahal rumah mereka masih satu komplek walaupun berbeda blok.
"Ngapain kalian kesini? Tanya Raga pura-pura tidak tahu maksud kedatangan mereka kesini.
"Si Bang Raga, kayak kita pertama kesini aja." Gurau Reva. Raga mendengus, seolah tahu maksud dari ketiganya, pria itu pun langsung membuka pintu lebar-lebar dan masuk kedalam rumah tanpa mempersilahkan mereka untuk masuk.
Sudah terbiasa dengan itu. Reva, Rey dan Abi pun melangkah kan kakinya masuk mengikuti Raga dari belakang. Tiba diruang tengah, mereka langsung duduk disofa. Raga melempar stick ke arah Rey dan untung nya laki-laki itu menerima nya dengan sigap.
"Main sama gue Rey." Titah Raga
"Gara-gara kalian, gue jadi kalah tadi," sambung nya.
"
Rey hanya mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban. Sedangkan Reva dan Abi hanya menjadi penonton, seakan ingat tujuan nya datang kemari, salah satu dari mereka langsung bertanya kepada Raga.
"Bang, Dyna adakan ?" Tanya Abi, awas aja kalau sampe Dyna nggak ada, gerutu Abi dalam hati.
"Ada , lagi dikamar nya, " jawab Raga seraya tetap fokus pada game nya.
"Ngapain Bang ? Tanya Reva.
"Nonton Drakor, mungkin "
"Pasti lupa tuh anak." Ujar Rey yang tengah berusaha mengalahkan Raga.
"Bang, gue izin kekamar Dyna boleh?" Tanya Abi wanti-wanti.
Bisa-bisa dia digorok oleh Raga karena langsung masuk kekamar adiknya tanpa izin.
"Ya Udah, tapi jangan lama-lama." setelah mendapat izin dari Raga, Abi dan Reva langsung beranjak menuju kamar Redyna.
***
Saat ini Redyna sedang berada didalam kamar, dengan leptop yang berada dipangkuan nya, jika ada yang menanyakan Redyna sedang apa ?
Pasti nya gadis itu sedang menonton drama Korea sedari pulang sekolah tadi, hingga saat ini, entah berapa episode yang sudah gadis itu tonton.
Sampai-sampai suara Raga yang marah-marah, tidak terdengar olehnya. Hingga suara pintu kamarnya diketuk, membuat Redyna menghentikan drakor yang sedang ia tonton itu.
"Dyna,"panggil seseorang dari balik pintu kamarnya.
Redyna segera bangkit untuk membukak pintu kamar. Disaat pintu kamarnya terbuka, Redyna terkejut melihat kedatangan Abi dan Reva yang berada didepan kamarnya.
"Loh, kalian ngapain kesini?" Tanya nya.
"Nah kan, benarkan lupa nih anak !" Ucap Reva sambil mendorong pelan kening Redyna dengan telunjuk nya.
Redyna sampai mengerutkan kan keningnya,lupa apa?" Memang dirinya ada janji dengan sahabat nya ini? "Redyna mulai berfikir, penyebab apa yang membuat kedua laki-laki ini ada dihadapan nya,dan sesaat kemudian Redyna terpekik, menepuk keningnya pelan ketika mengingat sesuatu.
"Astaghfirullah!"
"Baru ingat,nyaik ?hmmm? Abi bersedekah dada dan memutar bola mata nya jengah.
"Udah cepat sana ganti baju.kita benaran udah ngaret nih."timpal Reva.
"Iya,iya, nama nya juga manusia, tidak luput dari lupa."
"Dari dosa,"koreksi Reva.
"Nah itu maksudnya, hehehehe.
Reva dan Abi memilih menunggu Redyna diruang tengah. Gadis itu langsung mengganti baju nya dengan cepat, untuk pergi bersama para sahabat nya, sesuai yang ia janjikan kepada mereka.
Mencabut ponsel nya yang sedang dicharger, lalu menghidupkan nya. Redyna meringis melihat banyak Nya pemberitahuan pesan dari sahabat nya.
Lalu dimasukkan nya ponsel itu kedalam Sling bag yang ia kenakan, kemudian keluar dari kamarnya yang terletak dilantai dua untuk menemui sahabat nya.
"Ayo,"ajak Redyna ketika sudah berada diruang tengah, Rey dan Abi bersiap beranjak dari duduknya. Tapi ketika akan berdiri, tangan Abi ditahan dulu oleh Raga dan itu membuat Abi terdiam mematung dengan keringat dingin.
Sebab laki-laki itu tahu maksud dari yang Raga lakukan sekarang.
"Semangat Abimanyu!" Mereka serempak memberi semangat kepada Abi, karena sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,dan mereka semua mulai pergi meninggalkan kediaman Redyna, serta meninggalkan Abi seorang bersama Raga.
Disinilah Redyna bersama para sahabat nya, Reva,Rey, Abi dan Dinda dicafe langganan mereka. Zahra tidak bisa ikut, disebabkan sang mami tercinta mengajak Nya kebandara untuk menjemput saudara nya.
Omong-omong tentang Abi yang kenapa bisa datang, karena laki-laki itu telah mengalahkan Raga dengan telak, kemudian tanpa berlama-lama, Abi segera menyusul ke cafe setelah tiga puluh menit berlalu.
Abi tidak tau saja jika Raga sedang uring-uringan dirumah, karena telah berhasil dikalahkan oleh Nya tadi.