"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33. Kehilangan
Seketika mata Filio melotot melihat berkas apa yang berada di tangannya. Ditambah lagi dengan bubuhan tanda tangan Asilla pada tempatnya.
"Surat cerai!" Gumam Filio tak berkutik.
Merasa kedua lututnya melemah ia berusaha menyeret kedua kakinya ke sofa.
"Dia menepati janji yang sudah aku buat," gumamnya dengan mata memerah.
Filio penasaran dengan benda yang masih tertinggal di map.
"Kartu," gumamnya kembali.
Sorot matanya menangkap secarik kertas, lalu segera membacanya.
"Aku hanya menganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini."
"*S**aya sudah menepati* janji Tuan."
"Ini kartu pemberian Tuan, didalamnya tetap utuh. Uang yang pernah saya pinjamkan dari sini sudah saya kembalikan. Terima kasih Tuan!"
Begitulah tertulis di secarik kertas yang sengaja dituliskan Asilla sebelum meninggalkan rumah.
Filio menganga tidak lama rahangnya mengeras. Tanpa sadar ia meremas secarik kertas itu. Seketika bayangan wajah si kembar menari-nari dibenaknya sehingga tanpa sadar membuat dadanya sesak.
"Kalian pergi kemana?" gumam Filio sembari mengusap wajahnya. "Apa yang harus aku katakan kepada Moses, serta Daddy, Mommy dan Opa, Oma." Imbuhnya kembali.
Sungguh Filio melupakan suatu perjanjiannya ini, tetapi dengan apit diingat oleh Asilla.
"Aku tidak menyangka kau benar-benar melakukannya. Apa tidak bisa kau bertahan demi Moses?" ujar Filio dengan pandangan jauh ke depan. "Bahkan aku belum sempat menjelaskan sesuatu kesalahpahaman ini kepada Abel," lirihnya, bahkan ia lupa untuk pergi ke RS, sedangkan pikiran memenuhi isi kepalanya.
Di pojokan sana Riri memperhatikan apa yang terjadi kepada Filio. Riri harus tau bagaimana reaksi sang majikan ketika ditinggal Asilla bersama si kembar.
"Sepertinya Tuan merasa kehilangan. Seharusnya Tuan tertawa keras menyambut kepergian Ibu tetapi yang kulihat Tuan terpukul, apa ini pertanda ada penyesalan? ataukah karena memikirkan Tuan muda serta keluarga besarnya?" gumam Riri.
Keesokan harinya
Pagi-pagi Filio sudah berada di ruang keluarga di lantai dasar. Semalaman ia tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya melayang kepada Asilla dan si kembar, bahkan moodnya ke RS jadi hilang.
Huwa.... Huwa....
"Bibi, Mama Sila sama si kembar kemana? kenapa mereka belum juga pulang?" tangis Moses sembari menuruni tangga.
"Bibi juga tidak tau Tuan muda," jawab Riri dengan wajah sendu, tentu saja ia sendiri juga merasa kehilangan.
Mendengar tangisan Moses membuat Filio bangkit lalu menghampiri sang putra.
"Son ada apa pagi-pagi menangis?" tentu saja Filio pura-pura tidak tau apa yang menyebabkan Moses menangis.
"Papa," seketika Moses memeluk kaki Filio. "Mama Sila sama si kembar belum juga pulang Papa," kata Moses sembari terisak.
Filio membawa Moses ke meja makan.
"Son cepat habiskan sarapan, nanti terlambat," ujar Filio dengan lembut.
"Moses mau makan jika Mama Sila yang buatin Papa," tolak Moses tanpa berniat mencicipi sarapan yang sudah terhidang di hadapannya. "Sebenarnya Mama Silla sama si kembar kemana Papa?" tanya Moses karena sampai saat ini ia tidak mengetahui kemana mereka pergi.
Filio mendesis, baru saja beberapa jam Asilla meninggalkan rumah sudah membuatnya kewalahan mengurus Moses.
"Son kamu tidak boleh begitu, apa kamu tidak menghargai masakan dari Bibi Riri? jika kamu berkata begini bahkan tidak ingin mencicipi masakan Bibi, Bibi pasti sedih." Filio memberi pengertian kepada Moses agar mau menghabiskan sarapan. "Tenanglah Aunty sama si kembar baik-baik saja, untuk sementara ini mereka pergi," jelas Filio.
"Baik Papa," jawab Moses dengan polosnya. Sehingga membuat Riri di pojokan meja dapur tersenyum. "Kenapa Moses tidak dibawa Papa?" cicit Moses.
"Karena Moses anak Papa, dan Mama juga kebetulan telah terbangun dari tidurnya. Maka dari itu Moses tidak dibawa," Filio kembali menjelaskan dengan dada sesak.
"Lihatlah Bu, Tuan muda sangat kehilangan kalian," batin Riri dengan mata berkaca-kaca.
...******...
1 minggu berlalu
Kini Asinta sudah di izinkan kembali ke rumah. Ia tetap tinggal bersama kedua orang tuanya, sedangkan Moses tetap tinggal bersama Filio bahkan ia tidak pernah mengajak menjenguk sang Mama.
Seperti hari ini Sky, Zeze, Farrres serta Lyodra sudah berada di rumah Filio. Mereka baru tadi malam mengetahui jika Asilla beserta si kembar telah pergi entah kemana.
"Oma bawa Moses menemui Mama Sila serta si kembar," rengek Moses kepada Lyodra.
"Iya sayang kamu tenang dulu ya?" Lyodra berusaha menenangkan Moses.
Tap
Tiba-tiba Farres melemparkan map di atas meja sofa di hadapan kedua orang tua beserta sang istri. Raut wajah Farres mengelap. Ia mendapatkan berkas itu tergeletak di atas meja kerja Filio, kebetulan Farres penasaran dengan ruang kerja sang putra.
"Sayang ada apa?" tanya Lyodra tidak biasanya melihat sikap sang suami yang tidak sopan.
"Lihatlah ulah putra kita," ujar Farres sembari mengusap wajahnya.
Lyodra dengan rasa penasaran oleh map yang dilemparkan Farres di atas meja. Dengan tidak sabarnya ia membuka map tersebut lalu membaca.
Deg
"Filio," gumam Lyodra dengan mata melotot. Seketika dadanya sesak mengetahui apa yang terjadi selama ini dalam hubungan pernikahan Filio bersama Asilla. Di sana juga terdapat surat perjanjian pranikah beserta tanda tangan kedua belah pihak.
Hiks hiks hiks
Tangis Lyodra tak bisa terbendung lagi. Ia tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi seperti ini. Selama ini mereka salah menilai hubungan rumah tangga Filio bersama Asilla. Bukan hanya Lyodra, Zeze juga ikut terpukul dengan apa yang terjadi.
"Sayang hubungi anak kurang aja* itu agar cepat pulang," desak Lyodra dengan amarah.
"Tenang sayang," Farres berusaha menenangkan Lyodra karena ia sangat tau bahwa wanita yang sangat dicintainya ini terpukul oleh ulah sang anak.
Cukup lama mereka menunggu kepulangan Filio dari kantor, dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
Prok prok prok
Lyodra menyambut kedatangan Filio dengan bertepuk tangan.
"Mom," ujar Filio dengan tatapan tidak biasanya.
Lyodra bangkit lalu mendekati Filio.
Plak
Satu tamparan melayang disebelah pipi Filio. Selama hidup baru kali ini Lyodra mengotori tangannya. Ini tandanya wanita berparas cantik serta lemah lembut itu sangat marah sehingga tidak sadar dengan apa yang dilakukannya.
"Masih berani kamu memanggil Mommy kepada wanita yang tidak pernah kamu hargai? jangan pernah panggil aku Mommy dan hal semacamnya karena selama yang aku tau anak-anakku tidak mungkin melakukan tindakan sekejam ini," bentak Lyodra menghujam.
Filio tak bergeming ia hanya bisa tertunduk. Pipinya sedikit sakit oleh tamparan sang Mommy.
"Iyo apa kamu tau bagaimana perasaan wanita yang sudah menghadirkan kamu ke dunia ini sangat terpukul mendapati kenyataan yang terjadi," lirih Lyodra sembari terisak bersamaan melemparkan surat perjanjian pranikah serta surat gugatan cerai yang sudah ditangani Asilla. "Kamu tega sekali melakukan itu Iyo, apa salah kami kepadamu? sehingga kamu tega membohongi orang tua, apakah sedikitpun kamu tidak menghargai orang tua seperti kami? dimana hati nurani kamu?" ungkap Lyodra menyudutkan Filio.
Farres merangkul pinggang ramping Lyodra, membawanya kembali duduk karena sang istri sudah lemas akibat menangis.
"Apa tindakanmu ini sudah benar boy? apa sekarang kamu sudah bahagia karena hari yang kamu tunggu-tunggu akhirnya tiba?. Kalian Daddy acungi jempol atas akting atau sandiwara kalian selama ini," ujar Farres menimpali.
"Oma kecewa Nak. Sila adalah menantu idaman Oma tetapi tidak untukmu," lirih Zeze sembari mengusap air matanya.
"Kisah kalian hampir menyerupai kisah kedua orang tua Opa, yaitu Daddy Glenn sama Mommy Jasline." Timpal Sky sembari mengenang masa lalu kedua orang tuanya.
Sungguh Filio tidak pernah menyangka jika kedepannya menjadi boomerang bagi keluarganya, oleh tindakannya ini. Ia bertindak tanpa harus memikirkan apa yang akan terjadi.
"Mami katakan kepadaku, dimana letak kesalahan atau kekuranganku selama ini mendidik Iyo? katakan Mi," lirih Lyodra kepada Zeze dengan berurai air mata.
"Tidak sayang kamu tidak ada salah dalam hal ini tetapi itu kesalahannya sendiri. Dia anak yang egois tanpa ingin memikirkan siapa orang yang paling terluka dalam hal ini," jawab Zeze sembari menyindir Filio.
"Tetapi kenapa dia tega melakukan itu Mami hiks hiks," tangis Lyodra kembali tumpah.
"Sepatah katapun tidak ingin kamu katakan boy? baiklah jika begitu. Daddy sangat bersyukur Sila pergi jauh tanpa tau dimana keberadaan mereka serta sudah tanda tangani surat gugatan cerai yang memang sudah lama kamu persiapkan. Tunggu apa lagi, silahkan bubuhkan tanda tanganmu sekarang juga. Jika kalian sudah sah cerai, langsung nikahi wanita pilihanmu, tetapi jangan kamu mengharapkan kehadiran keluarga Januar karena mulai hari ini, detik ini kamu bukan bagian dari keluarga Januar lagi," ujar Farres dengan tegas sehingga membuat semuanya tercengang.
"Dad," gumam Filio dengan membulatkan mata, bagaimana mungkin sang Daddy mampu melakukan itu. "Apa maksud Daddy mengatakan itu?" Filio mulai terpancing.
"Maksud? kamu ingin tau maksud perkataan Daddy?" ujar Farres dengan mata memerah.
"Sayang jangan terbawa emosi," kata Zeze menenangkan Farres.
"Jika kamu menikahi Sinta, silahkan angkat kaki dari perusahaan JANUAR GRUP." Ujar Farres tidak main-main.
Deg
Seketika Filio membulatkan mata mendengar apa yang dikatakan sang Daddy.
"Daddy tega?" ujar Filio tidak menyangka segampang itu Farres mengucapkan kata.
"Tega kamu bilang? yang lebih tega disini adalah kamu brengse*. Kami semua sangat menyayangi Sila dan kedua si kembar, bahkan Oma sama Mommy sudah menganggapnya sebagai putri mereka sendiri tetapi dengan mudahnya kamu campakkan dia," Farres benar-benar sudah naik pitam, apa lagi tidak mendengar sepatah kata permintaan maaf dari Filio atas perbuatannya.
Filio tak menjawab lagi.
"Papi, Mami. Sayang lebih baik kita pulang sekarang juga, tidak ada untungnya berlama-lama di rumah orang asing," ujar Farres menyindir Filio.
Seakan paham mereka menuruti apa yang dikatakan Farres, mereka menyetujui apa yang dikatakan Farres. Dengan itu mereka kasi pelajaran buat Filio.
"Tunggu Dad. Filio tetap akan menginjakan kaki di kantor perusahaan," ujar Filio sehingga membuat mereka berbalik.
Hahaha
Farres tertawa keras.
"Hmmm satu hal lagi. Silahkan kamu injakan kaki, asal kamu tau yang mengajimu sekarang adalah Asilla Januar. Karena semua aset JANUAR GRUP atas nama dia," ujar Farres sembari tertawa kecil.
Hah.....
Semua tercengang sembari menutup mulut. Mereka tidak pernah tau tentang itu. Lebih kagetnya lagi adalah Filio, bagaimana bisa setega itu Farres membalikan nama Filio menjadi Asilla.
"Kamu terkejut? kaget? jantungan? ingin mengutuk? marah? kecewa? terpukul?. Begitu juga yang kami rasakan ketika mengetahui rencana busukmu dari awal. Jika tak percaya besok pagi berkas kepemilikan aset perusahaan sampai di meja CEO," bentak Farres sembari menuntun Lyodra beserta kedua orang tuanya yang sudah lansia tanpa memandangi Filio lagi yang berdiri mematung dengan ribuan pikiran di kepalanya.
Filio mendesah.
"Akkkk," teriaknya keras memenuhi ruang keluarga sembari menjambak rambutnya.
...******...
Maaf tidak bisa up seperti biasanya. Anak-anak author pada sakit, begitu juga dengan author kurang sehat karena sering begadang, anak-anak rewel.