Touch My Senorita

Leah yang sedang istirahat membuka matanya saat menyadari seseorang memasuki kamar. Ia kira Austin sudah selesai meeting namun ternyata yang datang adalah Cassie, wanita itu menghampiri Leah dengan senyum hangat dan meletakkan jamuan di atas meja.

"Apa aku mengganggu tidur mu nona Leah?."

"Tidak, letakkan saja di situ."

"Baiklah."

"Terimakasih Cassie."

"Tentu."

Cassie langsung mengambil alat khusus untuk merapikan kamar Austin. Dari lemari pakaian, kamar mandi, dan juga area kamar tidur. Leah melihatnya dengan seksama, memang ini tugas asisten pribadi. Cassie benar-benar terlihat nyaman melayani atasannya.

"Selama bekerja di sini apa Austin memperlakukanmu dengan baik?." Tanya Leah tiba-tiba.

Cassie yang sedang beres-beres berhenti sejenak, wanita itu menoleh menghadap Leah. "Tuan sangat baik nona, menurutku tergantung pelayanan yang kita berikan juga."

Leah tak langsung menjawab. Jika Cassie selalu merapikan kamar pribadi Austin, apa dia juga tahu jika majikannya menyimpan kondom?.

Leah memijit keningnya ia cukup kesal karena kondom itu. Pikirannya jadi kemana-mana tak terkontrol. Mungkin nanti Leah akan menanyakannya.

"Apa nona baik-baik saja?." Cassie memastikan karena Leah memijit kening terlihat seperti sedang sakit.

"Ah tidak apa-apa, lanjutkan saja."

Cassie terdiam, wanita itu bisa melihat Leah dari dekat. Mata hazel yang menghipnotis, bulu mata lentik, bibir merah alami, dan kulit putih yang mulus juga selembut sutra benar-benar indah tanpa celah. "Anda benar-benar luar biasa nona, asal kau tahu tuan Austin sering menyebutmu di manapun itu."

"Aku bahkan sering sekali ingin menjadi dirimu."

Leah menoleh dan mencerna ucapan Cassie. "Jadilah dirimu, hidupku sebenarnya tak semulus yang orang kira."

"Tapi anda memiliki tuan Austin yang begitu menyayangi diri anda nona."

Entah ini pujian atau apa yang jelas Leah tidak terbiasa, wanita itu hanya tersenyum sekilas. "Iya Austin memang baik."

Cassie terdiam, ia membayangkan bagaimana jika seandainya Leah tahu bahwa sebenarnya Austin menjadikan dirinya sebagai objek untuk pelampiasan hasrat? apakah Leah akan histeris karena pengkhianatan? atau menjerit-jerit hingga hubungan mereka kandas?.

Wanita diluaran sana banyak yang mengagumi Austin, termasuk Cassie sendiri menginginkan pria itu hingga kesepakatan rahasia mereka terjalin. Namun itu tidak lebih, hanya sebatas melayani saja dilarang melibatkan apapun termasuk perasaan.

Ada rasa iri yang menjalar, tapi Cassie sadar diri karena hubungannya dengan Austin hanya sekedar partner sex ini pekerjaannya untuk menggantikan Leah sementara waktu. Maka dari itu ia terobsesi dan menjadikan Leah sebagai role modelnya.

"Sudah selesai, panggil saja aku jika membutuhkan sesuatu nona." Ucap Cassie setelah selesai merapikan kamar.

"Iya." Balas Leah.

Wanita itu berlalu pergi keluar, Leah menatapnya hingga hilang dari pandangan.

Asisten pribadi yang mengenakan pakaian terbuka, Cassie melakukan pelayanan dengan baik juga, dan kondom itu... Leah yang berpikir realistis akhirnya mendapat kesimpulan dari jawaban atas rasa janggal yang mengganggunya.

"Mungkinkah kondom ini digunakan Austin saat bersama Cassie?."

Pikirannya mengarah ke sana, namun jika mengingat sikap Austin selama ini tidak mungkin pria itu melakukan hal kotor. Dari kecil saja mereka sudah tahu jika dewasa nanti akan dinikahkan, jika melakukannya pun pasti akan bersama Leah.

Tapi selama ini mereka tidak melakukan apa-apa karena janji yang terikat aturan bangsawan. Lantas kondom ini? buat apa dibeli kalau tidak dipakai dan dalam kemasan itu hanya tersisa setengahnya.

Leah memijit pusing kening memikirkan itu. "Apa pikiranku terlalu berlebihan? apa ku tanyakan saja?."

"Bagaimana jika benar Austin telah melakukannya dengan wanita lain di belakang ku?." Leah berkata demikian untuk mengetahui reaksi hatinya bagaimana.

Selama ini Leah harus menjaga kesuciannya sampai hari pernikahan tiba, karena itu sebuah kehormatan tertinggi bagi para wanita bangsawan begitu pun dengan pengantin pria dimohon bekerja sama.

Jika Austin curang dan melakukannya duluan bukankah tidak adil bagi Leah?. Jika begitu kenapa Leah harus menjaga kesuciannya?.

"Ah ini kejauhan, pusing sekali."

"Sepertinya pikiran ini muncul karena aku sedang sensitif saja makanya berlebihan, mari lupakan Leah tidak mungkin Austin seperti itu."