❗️Kisah hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama atau tempat itu ketidaksengajaan
Nesya, seorang gadis sederhana, bekerja paruh waktu di sebuah restoran mewah, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai mahasiswa di Korea. Namun takdir membawanya menikah dengan laki-laki tampan dan kaya di korea.
Hari itu, suasana restoran terasa lebih sibuk dari biasanya. Sebuah reservasi khusus telah dipesan oleh Jae Hyun, seorang pengusaha muda terkenal yang rencananya akan melamar kekasihnya, Hye Jin, dengan cara yang romantis. Ia memesan cake istimewa di mana sebuah cincin berlian akan diselipkan di dalamnya. Saat Nesya membantu chef mempersiapkan cake tersebut, rasa penasaran menyelimutinya. Cincin berlian yang indah diletakkan di atas meja sebelum dimasukkan ke dalam cake.
Tanpa berpikir panjang, ia mencoba cincin itu di jarinya, hanya untuk melihat bagaimana rasanya memakai perhiasan mewah seperti itu. Namun, malapetaka terjadi. Cincin itu ternyata terlalu pas dan tak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Ayah Nesya
Langkah Jae Hyun terhenti di ambang pintu. Hatinya berdebar keras, dan sebelum bisa berpikir lebih jauh, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Pak, sebenarnya... saya dan Nesya pernah menikah di Korea. Itu pernikahan kontrak."
Sejenak, suasana rumah menjadi sunyi. Ayah Nesya menatapnya tajam, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Apa maksudmu?" suara Ayah Nesya terdengar bergetar, menahan emosi.
Ibu Nesya langsung menutup mulutnya dengan tangan, matanya membesar. Sementara Nisya, kakak Nesya, yang baru keluar dari kamar, menatap penuh keterkejutan.
Jae Hyun menelan ludah, tetapi ia tetap melanjutkan. "Pernikahan itu terjadi karena keadaan mendesak. Saat itu, saya terpaksa menikahi Nesya karena desakan keluarga saya. Kami tidak pernah benar-benar menjadi suami istri, dan setelah kontraknya berakhir, kami berpisah."
"Astaghfirullah, Nesya!" suara Ayahnya menggelegar, membuat semua orang terdiam. "Kau sadar apa yang sudah kau lakukan? Pernikahan kontrak itu dilarang dalam agama! Kau telah mempermalukan keluarga ini!"
Dari dalam kamar, Nesya yang mendengar suara keras ayahnya langsung merasakan tubuhnya melemas. Dia sudah menduga bahwa kenyataan ini akan terbongkar suatu saat, tetapi tidak menyangka bahwa Jae Hyun akan mengatakannya dengan begitu terang-terangan di depan keluarganya.
Dengan langkah berat, Nesya keluar dari kamar, wajahnya pucat. "Ayah..." suaranya lirih.
"Jangan panggil aku, Nesya!" bentak Ayahnya. "Bagaimana bisa kau melakukan hal sehina ini? Kau telah melanggar prinsip keluarga kita! Aku mendidikmu untuk menjadi wanita baik-baik, bukan untuk bermain-main dengan pernikahan!"
Air mata menggenang di mata Nesya. Ia menunduk, tak bisa membela diri.
Jae Hyun melihat ekspresi Nesya dan hatinya semakin terasa bersalah. "Pak, ini bukan sepenuhnya kesalahan Nesya. Saya yang menyeretnya dalam situasi ini. Jika ada yang harus disalahkan, itu saya."
"Bukan hanya soal salah atau benar!" suara Ayah Nesya tetap tegas. "Ini soal harga diri, soal prinsip! Nesya, apa kau bahkan tidak memikirkan bagaimana kami akan menghadapi orang-orang setelah ini?!"
Ibu Nesya yang sejak tadi terdiam, akhirnya berkata dengan suara bergetar. "Nak, kenapa kau tak pernah cerita pada kami? Apakah kau sudah tidak menganggap kami keluarga?"
Air mata jatuh di pipi Nesya. Ia menggigit bibirnya, merasa bersalah. "Maaf, Bu... Ayah... Aku tidak bermaksud menyembunyikannya, aku hanya takut... Aku takut mengecewakan kalian..."
Ayah Nesya menghela napas berat, lalu menatap Jae Hyun dengan tajam. "Pergi dari sini. Aku tidak ingin melihatmu lagi."
Jae Hyun mengepalkan tangannya, tetapi ia tahu ini bukan saatnya untuk membantah. Dengan berat hati, ia membungkuk hormat. "Saya minta maaf."
Tanpa berkata apa-apa lagi, ia melangkah keluar dari rumah itu, meninggalkan Nesya yang berdiri dengan tubuh lemah dan hati yang hancur.
Jae Hyun baru saja melangkah keluar dari rumah Nesya ketika tiba-tiba suara isakan terdengar di belakangnya.
"Jae Hyun... tolong..."
Langkahnya terhenti, dan saat ia berbalik, ia melihat Nesya berlari tertatih mengejarnya. Wajahnya pucat, air mata terus mengalir di pipinya.
"Tolong jangan ganggu aku lagi..." suara Nesya bergetar, penuh luka dan kelelahan. "Aku sudah cukup menderita. Aku ingin menjalani hidupku dengan tenang, tanpa harus terus diingatkan pada masa lalu yang seharusnya sudah selesai!"
Jae Hyun tertegun. Ada rasa sakit yang tiba-tiba menghantam dadanya melihat Nesya yang begitu hancur.
"Nesya..."
"Aku mohon..." Nesya semakin terisak, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Aku ingin melupakan semuanya. Aku ingin kembali seperti dulu. Jangan muncul lagi dalam hidupku, jangan membuatku semakin sulit!"
Jae Hyun menatapnya dalam diam. Ada sesuatu dalam dirinya yang ingin mengatakan bahwa ia tidak bisa pergi, bahwa ia tidak bisa meninggalkan Nesya begitu saja. Namun, melihat bagaimana perempuan itu memohon padanya dengan air mata yang jatuh tanpa henti, ia sadar—kehadirannya hanya membuat Nesya semakin terluka.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Jae Hyun menghela napas panjang dan berkata dengan suara pelan, "Baik. Aku akan pergi."
Nesya menutup mulutnya, berusaha menahan isakan, lalu mengangguk lemah.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Jae Hyun berbalik dan melangkah menuju mobilnya. Kali ini, Nesya tidak mengejarnya lagi. Ia hanya berdiri di sana, membiarkan air matanya jatuh tanpa henti, sementara hati dan pikirannya terasa begitu kosong.
Jae Hyun duduk di dalam mobilnya, menatap kosong ke arah jalanan yang basah oleh hujan gerimis. Kata-kata Nesya terus terngiang di benaknya. "Aku ingin kembali seperti dulu. Jangan muncul lagi dalam hidupku."
Namun, semakin ia mencoba menjauh, semakin ia sadar—ia tidak bisa. Ia tidak bisa mengabaikan perasaannya lagi.
Jae Hyun tahu, di negeri ini, adat dan agama adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi. Jika ia ingin mendapatkan kembali Nesya, ia harus melakukannya dengan cara yang benar. Ia harus melamarnya dengan terhormat, bukan hanya sekadar meminta maaf atau memohon kesempatan kedua.
"Aku akan menikahi Nesya," Jae Hyun berbisik pada dirinya sendiri, tekadnya semakin kuat.
Min Ji, asistennya, yang duduk di kursi depan, menoleh dengan kaget. "Apa maksud Anda, Tuan Jae Hyun? Anda serius ingin menikahinya?"
Jae Hyun mengangguk mantap. "Ya. Aku akan melamarnya secara resmi. Kali ini, bukan karena kontrak. Tapi karena aku benar-benar menginginkannya dalam hidupku."
Min Ji menatap bosnya dengan ragu. "Tapi... apakah Nesya akan menerimanya? Dia terlihat begitu terluka."
Jae Hyun terdiam sejenak. Ia tahu, ini tidak akan mudah. Nesya pasti masih marah dan kecewa padanya. Tapi ia akan membuktikan bahwa ia serius, bahwa ia tidak akan bermain-main lagi dengan perasaannya.
Tanpa pikir panjang, Jae Hyun langsung menghubungi seseorang di Korea. "Aku butuh cincin pertunangan terbaik. Kirimkan ke Indonesia secepatnya."
Ia menghela napas panjang. Kali ini, ia tidak akan membuat kesalahan lagi. Ia akan datang ke rumah Nesya dengan hormat, meminta izin kepada keluarganya, dan melamar Nesya dengan cara yang seharusnya.
Tidak peduli seberapa sulitnya, Jae Hyun berjanji—ia akan menjadikan Nesya sebagai istrinya yang sesungguhnya.
¤__________________¤
Ayah Nesya duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius, sementara Nesya berdiri dengan kepala tertunduk. Ibunya duduk di samping ayahnya, wajahnya penuh kekhawatiran.
"Jelaskan padaku, Nesya. Apa benar yang dikatakan pria itu?" suara ayahnya terdengar tegas namun masih berusaha menahan emosi.
Nesya menelan ludah, merasa sesak di dadanya. Ia ingin menyangkal, tapi ia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.
"Ayah... aku bisa jelaskan," suara Nesya bergetar. "Memang benar aku dan Jae Hyun pernah menikah, tapi itu hanya sebuah pernikahan kontrak... bukan pernikahan yang sebenarnya."
Ayah Nesya mengepalkan tangannya di atas meja. "Nikah kontrak itu tetap saja pernikahan, Nesya! Dan itu dilarang dalam agama kita! Bagaimana bisa kau menyembunyikan hal ini dari keluarga?"
Ibunya menahan air mata. "Kamu tahu betapa Ayah menjaga kehormatan keluarga ini, Nesya. Bagaimana kamu bisa melakukan hal seperti itu?"
Nesya merasa tubuhnya lemas, air mata jatuh tanpa bisa ia tahan. "Aku tidak punya pilihan, Ayah... Saat itu aku terjebak situasi. Aku... aku tidak berpikir panjang."
Ayahnya menghela napas panjang, berusaha meredam emosinya. "Dan sekarang dia kembali ingin melamarmu? Apa yang kau rasakan tentang itu?"
Nesya terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Dulu ia berpikir pernikahan mereka hanyalah kesalahan. Tapi mengapa saat Jae Hyun kembali, ada sesuatu di hatinya yang tidak bisa ia abaikan?
"Aku tidak tahu, Ayah..." suara Nesya lirih. "Aku hanya ingin semuanya kembali seperti semula."
Ayahnya menatapnya tajam. "Jangan menghindar, Nesya. Kau harus tahu apa yang kau inginkan. Kalau dia serius, kau harus berpikir matang-matang. Ini bukan hanya tentang perasaan, ini tentang tanggung jawab."
Nesya terisak. Ia tahu, keputusannya kali ini akan menentukan masa depannya."Ayah, aku tidak ingin menikahinya, meski aku menikah kontrak dengannya itu karena terpaksa, dan tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan dia!"
"Apa kau tahu apa itu fitnah?itulah sebabnya mengapa seorang wanita wajib berhijab dan menjaga dirinya dengan baik, meskipun kamu enggak melakukan apa-apa, tapi tetap saja semua orang akan mengira kamu dan dia sudah melakukannya, karena laki-laki dan perempuan tinggal bersama. "
Bersambung...
ceritanya bikin deg-degan
semagat terus yaa kak