Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.
"Aku capek di kekang terus."
"Lebih capek gak di urus."
"Masih mending kamu punya keluarga."
"Jangan bilang kata itu aku gak suka."
"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."
"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."
"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."
"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Rosa. Untungnya saja guru segera masuk kalau tidak pasti mereka sudah baku hantam.
"Pagi Bu," ucap semua murid serentak.
"Sebelum belajar marilah kita berdoa, berdoa di mulai." Semua murid menundukkan kepalanya untuk berdoa sebelum belajar.
Brilliant Elementary School merupakan sekolah dasar favorit di kota ini karena setiap tahunnya sekolah ini selalu saja banyak menghasilkan prestasi baik itu di bidang akademik dan non akademik. Bahkan prestasi ada dalam bidang keagamaan seperti Tahfidz, Murotal, dan sebagainya. Tak heran siswi di sini memakai seragam sekolah yang panjang juga memakai hijab, begitu pun dengan Candy dkk.
Selesai berdoa Bu Rosa memulai pelajarannya. Bu Rosa menulis di papan tulis. Bu Rosa adalah wali kelas, ia mengajar hampir seluruh mata pelajaran kecuali PAI dan PJOK.
"Baik hari ini kita akan belajar tentang KPK dan FPB. KPK adalah kelipatan persekutuan terkecil, sedangkan FPB adalah faktor persekutuan terbesar. KPK adalah bilangan terkecil yang dapat dibagi habis oleh dua bilangan atau lebih bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kelipatan persekutuan dari dua bilangan atau lebih. FPB adalah bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis dua bilangan atau lebih bilangan bulat positif terbesar yang merupakan faktor persekutuan dari dua bilangan atau lebih. Cara mencari KPK dan FPB dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti: Pohon faktor, Tabel, Algoritma Euklides." Jelas Bu Rosa menatap ke seluruh muridnya.
"Ibu akan menjelaskan rumusnya dengan menggunakan pohon faktor agar kalian mudah mengerti." Bu Rosa mencatat rumus di papan tulis.
Bu Rosa mulai menjelaskan apa yang ia tulis di papan tulis dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, kepada murid-muridnya.
Setelah selesai menjelaskan Bu Rosa bertanya."Apakah kalian mengerti?"
"Mengerti Bu," ucap mereka serentak.
"Sebenarnya aku gak ngerti," bisik Gerald kepada Harrel.
"Aku juga gak ngerti," balasnya. Merasa sepemikiran mereka pun ber tos ria. Anka menggelengkan kepalanya mendengar apa yang di lakukan kedua temannya.
Dengan nada sombongnya Azel berkata."Rumus semudah ini kalian gak ngerti?" Azel menatap Harrel dan Gerald.
"Sombongnya," kesal Harrel.
"Mau bilang sombong tapi Azel beneran jago kalau soal ini."
"Jelaslah."
"Baik Ibu akan mengajukan beberapa pertanyaan, kalian mau di tunjuk atau tidak?" tanya Bu Rosa.
"Tidak Bu," ucap seluruh murid serentak. Mana mau mereka di tunjuk apalagi ini soal matematika. Belum apa-apa udah keringat dingin.
"Oke di tunjuk ya," ucapan Bu Rosa membuat seluruh murid menegang.
"Bu kan kita bilang tidak di tunjuk," protes Tania. Seluruh murid menyetujui ucapan Tania.
"Di sini siapa gurunya?" tanya Bu Rosa yang membuat Tania mengerutkan dahinya.
"Bu Rosa," jawab Tania polos.
"Itu tahu, jadi suka-suka ibu mau di tunjuk atau tidak," ucap Bu Rosa tersenyum.
"Karena ini nih aku gak suka sama Bu Rosa," Tania mendengus kesal.
"Yaya, bicaranya pelan-pelan nanti kedengaran Bu Rosa," bisik Tyra.
"Biarin." ucap Tania yang masih kesal.
"Baik kita mulai ya pertanyaannya."
Bu Rosa menatap seluruh murid, hal itu membuat keringat dingin mulai terasa. Jantung mereka berdetak kencang takut sekali di tunjuk. Agar tidak di tunjuk ada yang berpura-pura menulis, membaca, bahkan ada yang menundukkan kepalanya.
"Berapa KPK dari 6 dan 8?" ucap Bu Rosa.
"Tania jawab pertanyaannya." Lanjut Bu Rosa.
"Kenapa saya Bu? " protes Tania.
"Kamu dari tadi banyak bicara pasti kamu tahu kan jawabannya?" sepertinya Bu Rosa mendengar ucapan Tania yang tadi."Jawabannya apa Tania?"
"Gak tahu Bu." Tania menundukkan kepalanya malu. Padahal ia berkata begitu karena belum terlalu mengerti. Tania ini tipe murid ketika guru menjelaskan ia mengerti, tapi setelah selesai menjelaskan ia lupa dengan materi yang di sampaikan. Otaknya perlu waktu untuk menyerap semua materi dan rumus ini.
"Sok-sok an sih protes. Mana sombong banget udah kayak paling pintar di sini," sindir Silvi. Silvi memang tidak suka kepada Candy dkk. Kalau ada celah pasti anak itu selalu memojokkan mereka, seperti saat ini.
"Emang kamu tahu jawabannya? " Candy bertanya kepada Silvi. Ia tidak terima temannya di perlakukan seperti itu.
"Tahu," jawab Silvi. Sebenarnya ia tidak tahu, ia hanya berpura-pura tahu agar tidak malu.
"Berapa jawabannya? " Candy tersenyum mengejek. Ia sudah sangat hafal sifat Silvi. Ia selalu merendahkan orang lain padahal dirinya pun tidak lebih dari mereka.
Silvi mencorat-coret bukunya seolah sedang menghitung. Silvi melirik teman sebangku, Dini. Ia mengisyaratkan agar Dini membantunya. Bukannya jawaban yang Dini berikan, malah gelengan yang menunjukkan bahwa ia juga tidak tahu jawabannya.
Silvi mendengus kesal, kemudian ia menjawab asal,"15."
"Salah, pertanyaan mudah kayak gitu aja kamu gak tahu," ejek Candy. Seluruh murid menahan tawa melihat Candy yang mempermalukan Silvi. Anak itu emang selalu sombong dan bertindak seenaknya.
Silvi terlihat ingin menangis karena malu,"Aku aduin kamu ke Mami."
"Aduin aja aku gak takut tuh," tantang Candy. Silvi mengepalkan tangannya.
"Emang kamu tahu jawabannya? " ucap Dini, ia membela Silvi. Silvi menatap Candy."Kamu pasti gak tahu."
"Tahu," ucap Candy santai. Bu Rosa yang sedari tadi diam menatap kepada Candy yang terlihat menarik di matanya."Berapa jawabannya? "
"24." Jawaban Candy benar.
"Bagaimana bisa kamu tahu jawabannya 24? " tanya Bu Rosa.
"Untuk mencari KPK atau Kelipatan Perkalian Kecil dari 6 dan 8, kita perlu mencari kelipatan terkecil yang sama dari kedua angka tersebut. Kelipatan dari 6 ada 6, 12, 18, 24. Kelipatan dari 8 ada 8, 16, 24. KPK dari 6 dan 8 adalah 24, karena 24 adalah kelipatan terkecil yang sama dari kedua angka tersebut," jelas Candy. Membuat seluruh murid menatap kepadanya takjub.
"Berapa FPB dari 20 dan 24? " tanya Bu Rosa.
Candy hendak menjawab, namun segera di potong oleh Azel,"Biar saya saja Bu yang menjawab."
Candy menatap Azel kesal. Melihat itu Azel tersenyum mengejek. Azel tidak akan membiarkan siapapun lebih unggul darinya, termasuk Candy musuhnya.
"Boleh silahkan jawab Azel," ujar Bu Rosa mempersilahkan Azel untuk menjawab.
"Mencari FPB atau Faktor Persekutuan Besar dari 20 dan 24, kita harus mencari faktor-faktor yang sama dari kedua angka tersebut. Faktor dari 20 ada 1, 2, 4, 5, 10, 20. Faktor dari 24 ada 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24. FPB dari 20 dan 24 adalah 4, karena 4 adalah faktor terbesar yang sama dari kedua angka tersebut." ujar Azel.
"Bagus jawaban kamu benar," Bu Rosa bertepuk tangan, membuat seluruh murid juga bertepuk tangan. Azel tersenyum bangga. Candy mendengus kesal melihat wajah menyebalkan Azel.
"Kenapa kalian memilih rumus yang sulit? Kenapa tidak menggunakan rumus yang ibu berikan," Bu Rosa cukup heran melihat dua muridnya ini.
"Kalau ada yang sulit kenapa harus yang mudah? " ucap Azel dengan nada yang menyebalkan. Candy menyetujui ucapan Azel. Bu Rosa menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua bocah ini.
Mereka saling tatap tanpa sadar ber tos ria sambil tersenyum. Pemandangan itu tidak luput dari perhatian seisi kelas.
"Cie lagi akur nih ceritanya," ucapan Gerald menyadarkan Azel dan Candy.
Mereka terkejut dan menatap tangan mereka yang masih bertautan.