Kisah tentang seorang gadis yang cantik dan lembut, ia harus menjalani hari-harinya yang berat setelah kepergian kakak perempuannya. Anak-anak yang harus melakukan sesuai kehendak Ibunya. Menjadikan mereka seperti apa yang mereka mau. Lalu, setelah semuanya terjadi ibunya hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Akibatnya, anak bungsunya yang harus menanggung semua beban itu selama bertahun-tahun. Anak perempuan yang kuat bernama Aluna Madison harus memikul beban itu sendirian setelah kepergian sang kakak. Ia tinggal bersama sang Ayah karena Ibu dan Ayahnya telah bercerai. Ayahnya yang sangat kontras dengan sang ibu, benar-benar merawat Aluna dengan sangat baik. **** Lalu, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang selalu menolongnya disaat ia mengalami hal sulit. Laki-laki yang tak sengaja ia temui di gerbong Karnival. Lalu menjadi saksi perjalanan hidup Aluna menuju kebahagian. Siapa kah dia? apakah hanya kebetulan setelah mereka saling bertemu seperti takdir. Akankah kebahagian Aluna telah datang setelah mengalami masa sulit sejak umur 9 tahun? Lika liku perjalanan mereka juga panjang, mereka juga harus melewati masa yang sulit. Tapi apakah mereka bisa melewati masa sulit itu bersama-sama? *TRIGGER WARNING* CERITA INI MENGANDUNG HAL YANG SENSITIF, SEPERTI BUNUH DIRI DAN BULLYING. PEMBACA DIHARAPKAN DAPAT LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugardust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pentas seni
Satu bulan sudah berlalu, akhirnya kami akan mempertunjukkan drama pentas seni kami. Kami sudah berlatih selama sebulan lamanya, kami juga sudah menyewa kostum terbaik dari salon bibi kenalan Edelyn. Semua properti telah kami siapkan dengan sangat baik. Semoga drama kami berjalan dengan sesuai yang kami harapkan dan usahakan. Kami sudah mengusahakan yang terbaik demi kelompok ini. Kami mendapat nomor urut kedua dari enam nomor. Karena kami berada di nomor urut awal, kami semakin gugup.
Properti yang digunakan Edelyn adalah gaun sang ratu dan rambut yang dicepol ke bawah, dia memakai mahkota ratu. Katrina memakai jubah sang raja, menggunakan rambut pendek palsu, kumis dan jenggot palsu, lalu memegang tongkat dan memakai mahkota raja. Dia benar-benar menyerupai raja. Chloe memakai jubah dan topi penyihir, dia juga membawa tongkat penyihir. Lalu aku memakai gaun bewarna merah muda, rambutku digerai dan memakai mahkota ratu. Terakhir, Jaeden menggunakan setelan baju set pangeran.
Nomor urut pertama mempertontonkan tentang drama Little Red Riding Hood. Mereka telah berusaha semaksimal mungkin, akting mereka sangat bagus. Kami semua memberikan tepuk tangan untuk menyemangati mereka. Selanjutnya, giliran kami yang naik ke atas panggung. Memperkenalkan diri kami masing-masing dan menjelaskan sekilas tentang drama yang akan kami tunjukkan.
Kami membacakan naskah cerita tentang Sleeping Beauty secara bergantian, karena keterbatasan orang. Di awali dengan aku yang membaca ceritanya untuk memulai plot.
“ Pada suatu hari hiduplah seorang raja dan ratu di sebuah kerajaan, mereka menantikan kelahiran putri pertama mereka, setelah sang putri lahir. Mereka kedatangan penyihir jahat yang tidak menyukai kehadiran putri mereka. Dia mengutuk sang putri akan tertusuk jarum roda pemintal dan tertidur seperti orang mati.”
Edelyn, Katrina dan Chloe mengambil posisi mereka, mereka memerankan tokoh dengan sangat serius. Namun para penonton menertawakan Katrina yang berdandan menjadi sosok sang raja itu. Tapi, Katrina tetap saja serius dalam memerankan tokohnya. Setelah giliran kami untuk memerankan tokoh, kami secara bergantian membacakan naskah.
Naskah cerita dilanjutkan oleh Jaeden.
“ Semua jarum roda pemintal yang ada di istana di sembunyikan. Saat hari ulang tahun sang putri tiba, semua orang sibuk menyiapkan pesta ulang tahunnya. Sang putri mulai berkeliling dan naik ke atas menara, ternyata dia bertemu sang nenek tua yang sedang membuat benang menggunakan roda pemintal. Tiba-tiba jari sang putri tertusuk jarum, dia berteriak kesakitan dan dia tak sadarkan diri. Ternyata nenek tua itu adalah penyihir jahat yang menjelma menjadi nenek tua.”
Cerita naskah dibacakan oleh Chloe.
“ Dia lalu digotong ke tempat tidurnya dan dia tidak pernah bangun lagi. Hal itu membuat sang raja dan ratu sedih. Setelah bertahun-tahun sang putri tertidur, akhirnya seorang pangeran datang padanya dan menciumnya. Tatapan yang begitu tulus pada sang putri membuat sang putri akhirnya terbangun dari tidurnya. Semua orang termasuk raja dan ratu senang. Akhirnya mereka menikah dan hidup dengan bahagia”.
Setelah adegan itu, adegan dimana saat Jaeden mulai mencium keningku. Sorot matanya yang hangat, genggaman tangannya yang mengalir hangat di tubuhku. Aku dapat merasakannya. Semua penonton tercengang. Mereka memberikan tepuk tangan yang meriah. Di antara mereka semua, ada satu orang yang tidak menyukainya tatapan tajam yang dia berikan padaku. Seolah tak terima aku memerankan seorang putri dan dicium oleh sang pangeran. Lebih tepatnya dia mengira bahwa pangeran itu adalah miliknya. Iya, itu Clarissa. Dia selalu tak menyukai aku yang menyentuh Jaeden atau yang mengganggu pandangannya.
Kami mementaskan dengan penuh maksimal dan percaya diri. Tentu saja meski sudah berlatih beberapa kali, kami masih sedikit gugup saat memerankannya di pentas. Tapi kami berhasil mendapat nilai A+ berkat usaha dan kerja keras kami. Setelah selesai pentas, kami harus menonton kelompok lain dulu hingga selesai.
Beberapa jam kemudian, setelah semua sudah selesai melakukan pentas seni. Kami diperbolehkan untuk pulang, hari ini cukup lelah. Semua properti dibawa oleh Edelyn untuk dikembalikan kepada bibi yang menyewakan.
“ Kerja bagus semua hari ini, kita cukup keren dalam memerankan masing-masing tokoh” ujar Edelyn.
“ Kita telah berusaha keras selama sebulan, meskipun mereka menertawakanku, sialan mereka semua. Tapi demi nilai yang bagus akan aku lakukan” ucap Katrina.
“ Aku benar-benar lega, kita sudah selesai, aku gugup setengah mati. Sangat berbeda saat di atas pentas” sambung Chloe.
“ Meskipun aku hanya mendapat peran sebentar lalu tidur aku juga sangat gugup saat membuka mataku hahaha, kerja bagus teman-teman” ucapku.
Jaeden telah keluar ruangan duluan bersama teman-temannya. Kami lalu bergegas menuju gerbang sekolah untuk pulang. Properti yang kami bawa, kami serahkan kepada Edelyn dan kami masukkan ke dalam mobil ibunya. Samar-samar dari kejauhan aku melihat Jaeden duduk di halte sendirian. Katrina dan Chloe pulang bersama Edelyn, karena mereka searah. Aku menuju ke halte dan menghampiri Jaeden.
“ Hi” sapaku.
“ Sudah selesai? mau pulang bersama?”
“ Sudah, ayo”
Ternyata dia menungguku di halte dan mengajak untuk pulang bersama.
“ Mau makan dulu?” tanyanya padaku.
“ Makan apa?”
“ Kau mau makan apa?”
“ Ke toserba saja, makan ramen?”
“ Let’s go”
Bus pun akhirnya datang. Karena rumah kami tidak terlalu jauh, jadi kami memilih untuk makan di tengah saja. Disana ada toserba di dekat taman bermain. Saat menaiki bus, kami duduk di kursi agak belakang. Aku mendengarkan musik dengan earphoneku.
“ Mau coba dengar?” tanyaku
“ Boleh” dia mengambil earphone yang aku tawarkan.
Kami mendengarkan musik bersama di dalam bus. Wajah kami saling menatap satu sama lain. Lalu kembali memalingkan wajah karena malu.
“ Lagunya enak ya?” dia berusaha mencairkan suasana.
“ I iya”
Bus sudah berhenti di pemberhentian halte. Kami lalu turun dan menuju toserba untuk memakan ramen saja, dia membayar tagihannya. Kami menyeduh ramen dengan air panas. Lalu kami duduk di kursi luar yang tersedia di toserba.
“ Ah panas” rintihnya.
“ Pelan-pelan, tunggu dingin dulu” aku memberikan minum padanya.
“ Terima kasih cantik”
“ Ih apaansih!”
“ Kau cantik”
“ Aku tahu”
“ Pfft, manis sekali”
“ Apanya?”
“ Kau”
“ Ih!” aku menutup wajahku dengan tangan.
“ Jangan ditutup, jadi tidak kelihatan”
Dia terus menatap wajahku, pandangannya tak terusik meskipun dia sedang memakan ramen itu. Aku jadi tak bisa memakan ramenku dengan tenang karena dia terus menatap wajahku. Sesekali aku menutup mulutku dengan tangan saat memasukkan mie ke dalam mulutku.
Setelah selesai makan, kami berjalan menuju ke taman bermain dan duduk sebentar di tangga perosotan. Malam sudah mulai larut, sekitar jam sembilan malam. Kami bercerita awal pertemuan kami dulu. Lalu mata kami saling menatap satu sama lain tanpa kata, tangan kami saling bersentuhan. Malam yang sunyi, anginnya yang berhembus. Jantungku lagi-lagi berdetak kencang, wajah kami lama-kelamaan semakin mendekat. Tanpa ku sadari, aku menutup mataku. Dia mencium bibirku dengan lembut, perlahan ku buka mataku, ternyata dia juga membuka matanya. Mata kami saling bertatapan. Aku tersentak dan langsung menjauh, aku malu setengah mati. Jantungku terus semakin berdetak kencang.
Dia memalingkan wajahnya, aku mulai bangkit dari tempat dudukku. Dan menebas-nebas rokku untuk menghilangkan debu. Itu adalah ciuman pertamaku. Di malam yang dingin, namun terasa hangat. Ciuman pertama yang aku lakukan di masa kelas satu SMA. Ternyata ciuman di kening itu tidak ada apa-apanya. Ini lebih gila. Rasanya aku ingin menghilang, tapi aku menyukainya.