NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konsekuensi Memiliki Anak

Setelah semalam mengalami sendiri Ibu Tiri ternyata lebih kejam daripada Ibu Kota, Bulan sangat bersyukur kalau Bapak tidak menikah lagi. Masih mending kalau menemukan ibu sambung yang baik dan sayang pada Benny dan dirinya. Lah kalau cuma sayang sama Bapak aja dan mengabaikan anak-anaknya kan parah.

Malam itu Bulan langsung mengirimkan pesan kepada Bapak.

“Pak.. aku tadi ketemu sama Ibu Tirinya Afi… nyeremin Pak. Untung Bapak gak nikah lagi waktu Aku sama Benny kecil, gak kebayang kalau aku disiksa sama ibu tiri macam dia”

“Makasih yah Pak… mau mikirin Aku sama Benny jadinya tetap ngerasa bahagia walaupun gak punya Ibu”

“Sekarang kita berdua udah gede, kalau Bapak mau memikirkan punya pasangan lagi, aku pikir gak apa-apa. Benny juga udah gede jadi sekarang Bapak bisa mulai memikirkan kebahagian sendiri”

Bulan mengirimkan pesan jam sembilan malam, setelah ia membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Biasanya ia tidur jam sepuluh atau sebelas malam setelah menyelesaikan pekerjaan tambahan yang ia kerjakan sebagai usaha sampingan. Walaupun sebenarnya terkadang ia merasa lelah, tapi tambahan penghasilan membuatnya bisa menabung lebih untuk bisa menyiapkan biaya kuliah Benny.

“Apaan kamu Teteh, tiba-tiba melow nyuruh Bapak nyari kebahagiaan lagi. Memangnya sekarang Bapak gak bahagia”

“Kalian sumber kebahagian Bapak, bisa lapor nanti sama Ibu kalau Bapak mati, kalau Teteh nikah sama laki-laki yang kasep dan baik. Benny kuliah di universitas yang bagus cukup buat Bapak mah”

“Gimana kabarnya Juno? Kapan kalian mau ke Bandung pulang bareng-bareng. Bapak gak pernah ketemu calon mantu Bapak”

“Doakan Bapak sehat yah biar bisa nemenin Teteh kalau nikah”

Bulan tersenyum membaca pesan Bapak, betapa besar harapan Bapak untuk bisa melihatnya menikah dengan Juno, padahal pelaku utamanya sampai sekarang entah kemana. Sampai sekarang laki-laki itu masih belum mengirimkan pesan lagi setelah memintanya untuk tetap bekerja tapi jangan dekat dengan atasan. Permintaan yang aneh, mana ada bawahan harus menjaga jarak dengan atasan. Apakah memang Juno pernah ada hubungan dengan Inneke istrinya Kevin sehingga membuat ia tidak nyaman.

***********************

Takdir manusia memang diatur oleh yang Maha Kuasa, manusia hanya bisa berupaya untuk menjalani hidup dengan baik yang walaupun terkadang terasa berat untuk dijalani dan tidak merasa bahwa jalan itu merupakan jalan yang diinginkan. Seperti halnya dalam dunia kerja, banyak tantangan dalam membagi waktu antara pekerjaan dan urusan domestik alias kerumahtanggaan.

Istilah yang menyatakan seseorang yang profesional adalah mampu memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaan ternyata menjadi tantangan yang terbesar saat seseorang sudah berumah tangga. Kalau saat menjadi single, sangatlah mudah untuk menyisihkan waktu bagi pekerjaan karena tidak ada tuntutan dari rumah. Tapi saat sudah menikah seringkali pekerjaan dan urusan rumah menjadi tumpang tindih, berantakan dan tidak kenal kompromi terkadang.

Waktu untuk keluarga seringkali disita untuk menyelesaikan pekerjaan, dan ada kalanya saat jam bekerja harus menyelesaikan urusan keluarga, seperti urusan Kevin saat ini. Elma sakit, pada awalnya hanya meriang dan masih bisa beraktivitas. Bersamaan dengan itu Inneke harus menghadiri pertemuan Kantor Cabang seluruh Indonesia di Surabaya. Anak sakit disaat harus ada agenda penting di kantor seringkali menjadi dilema bagi perempuan yang bekerja.

Kevin sudah melarang Inneke untuk pergi, tapi permasalahannya sulit bagi Inneke untuk meminta agar digantikan oleh wakilnya karena sudah jelas yang harus berangkat adalah Kepala Cabangnya. Akhirnya Inneke memilih untuk pergi terlebih dahulu sekedar wajib lapor dan kemudian akan pulang segera acara pembukaan selesai dan ia akan meminta ijin untuk pulang lebih awal.

Hingga akhirnya hari ini Kevin masih belum datang ke kantor karena kondisi Elma tidak membaik, badannya panas dan mengeluh badannya sakit. Agenda rapat siang ini adalah pertemuan dengan klien yang akan menginvestasi dana besar untuk jasa konsultasi bisnis dalam menganalisa StartUp yang akan menjadi mitra bisnis mereka. Pangsa pasar Indonesia yang besar dan beragam menjadikan masyarakat Indonesia memiliki potensi pasar yang tinggi dalam pemasaran produk.

“Hahhhhh gimana sih, gak mungkin lagi gw yang ngewakilin elu” teriak Marissa di telepon.

“Penilaian kinerja pimpinan bakalan jelek banget kalau bukan lu sendiri yang presentasi”

“Ini udah hasil kerja berminggu-minggu bakalan gagal total” Marissa menghembuskan nafasnya, berusaha untuk sabar dalam berbicara.

“Gimana kalau Bulan aja yang nemenin dulu Elma sampai lu beres presentasi, ntar acara yang malam buat Dinner gw bisa handle” sambung Marissa, Bulan yang merasa namanya disebut-sebut langsung menoleh ke arah seniornya. Apalagi ini pikirnya pekerjaan babby sitter kembali, apakah Elma sakit?”

“Ok… kita ketemu disana, bahan sudah aku siapkan” sambung Marissa mukanya tampak lebih lega.

“Rembulan… bisa bantu kan? Hari ini kita harus menyampaikan hasil analisa tentang StartUp yang memiliki potensi untuk dikembangkan”

“Kevin harus menyampaikannya tapi Elma sakit dan Emaknya seperti biasa tidak pernah ada"

“Kamu bisa bantu menemani Elma dulu di rumah selama Kevin presentasi nanti dia langsung pulang setelah beres” Marissa tampak bergegas sambil menyiapkan bahan. Bulan mengangguk tapi ia bingung masalahnya belum pernah ke rumah Kevin.

“Ok mbak insya allah aku bisa, tapi masalahnya aku belum pernah ke rumah Pak Kevin jadi kalau bisa ada yang menemani” ia bisa saja menggunakan mobil online, tapi datang ke rumah atasan laki-laki saat istrinya tidak ada sangat tidak nyaman.

“Aku temenin deh” Anjar langsung menyahut, ia sudah sering ke rumah Kevin.

“Ok… ini dihitung pekerjaan dinas yah walaupun mengerjakan urusan domestik, don't worry” ucap Marissa sambil mengacungkan jempol.

Akhirnya mereka bertiga bersama-sama keluar kantor. Marissa langsung pergi ke tempat pertemuan sedangkan Bulan dan Anjar menuju rumah Kevin yang berada di daerah Jakarta Barat. Untungnya menggunakan motor memudahkan mereka untuk bisa sampai dengan cepat ke rumah Kevin, ternyata ia tinggal di perumahan dengan jenis Town House.

Hanya ada satu gate untuk masuk ke perumahan ini, tadi mereka sudah diperiksa di gerbang oleh petugas keamanaan dan rupanya Kevin sudah memberitahukan kedatangan mereka. Saat mereka tiba di sana, Kevin tampak sudah siap untuk berangkat.

“Kenapa tidak memakai mobil saja, kasian kalian panas untuk bisa kesini” Kevin tercengang melihat Bulan yang datang dibonceng Anjar.

“Biar cepet Bang, lagian jam segini macet kalau pakai mobil, nanti Abang bisa terlambat datang meetingnya” jawab Anjar sambil menenteng helm masuk ke rumah. Bulan hanya memperhatikan rupanya Anjar sudah sangat familiar dengan rumah Kevin.

“Maaf yaa Bulan saya merepotkan kamu terus, tapi masalahnya Elma tidak mau saya tinggal”

“Badannya panas 38 sudah saya beri obat turun panas, rencana sore ini saya sudah janji mau ketemu dokternya”

“Dia gak mau saya tinggalkan, tapi begitu tahu kamu yang datang, dia membolehkan saya pergi” Kevin tampak lega melihat Bulan datang untuk menemani anaknya.

“Ya gak apa-apa Pak, saya bisa sambil kerja disini”

“Kasian Elma kalau sakit jangan ditinggal sendiri Pak” Bulan tersenyum, rumah Pak Kevin terasa asri dan sejuk. Walaupun rumah di townhouse ini relatif sama sehingga nyaris tidak ada bedanya antara satu rumah dengan rumah yang lainnya, hanya tanaman dan kendaraanya saja yang berbeda.

“Kamar Elma di atas, dia sudah saya kasih obat turun panas, dan sekarang masih tidur. Saya tinggal dulu yaah” Kevin mengambil tas yang tampaknya sudah disiapkan dari tadi.

“Njar ...lu kalau mau makanan dan minuman nyiapin sendiri aja yah.. Si Bibi lagi off dulu kemarin anaknya sakit jadi gak bisa kerja” teriak Kevin

“Siaap… Good luck Bos” Anjar mengacungkan tangannya dari dapur. Datang-datang ia langsung ke dapur mencari minuman dingin di kulkas, udara Jakarta sangat menyengat di siang hari.

Begitu Kevin berangkat Bulan menutup pintu dan melangkah masuk ke dalam rumah ia langsung mengerutkan dahinya. Rumah ini sangat minimalis dalam artian yang sesungguhnya. Seperti kamar hotel yang lengkap tapi tidak memiliki ruh penghuninya karena datang silih berganti setiap malam.

Berbeda dengan rumah kebanyakan yang memiliki pernak-pernik dan barang yang mencerminkan penghuninya, rumah ini tampak bersih dan tidak memiliki banyak barang. Satu set sofa di ruang tamu, satu set sofa di ruang TV, dapur bersih yang benar-benar bersih tanpa ada panci dan ketel yang menggantung. TV besar lengkap dengan mini home theater, dan ada dua pintu kamar, entah kamar siapa. Rumah ini seperti rumah transit penghuninya, tidak tampak suasana rumah yang sesungguhnya yang memiliki jiwa.

“Kamu mau makan sekarang gak? Aku mau pesan makanan online” tanya Anjar.  Bulan menoleh dan tampak berpikir,

“Ya boleh, beli aja, kalau Elma makannya apa yah?” Bulan baru sadar kalau tadi dia tidak menanyakan soal makanan Elma.

“Aku belikan bubur saja” jawab Anjar.

“Gimana kalau anaknya gak mau makan Bubur” protes Bulan.

“Hmmm.. kamu makan Buburnya Elma trus Elma makan makanannya punya kamu… gampang” jawab Anjar singkat. Bulan mengangkat bahu menandakan terserah pada Anjar saja, yang langsung disambut senyuman yang punya hajat online. Sikap Bulan yang disukai Anjar adalah kooperatif dan tidak banyak menuntut. Itu sebabnya ia cocok bekerja dengan teamwork bersama Bulan.

“Aku nengok Elma dulu ke atas,” Bulan menuju kamar yang terletak di lantai dua, dari asesoris yang menempel di pintu ia bisa memperkirakan yang mana kamar Elma.

Saat ia masuk dilihatnya anak kecil itu tengah tertidur dengan lelap, katanya tadi sudah diberikan obat pereda panas, biasanya suka keringatan dan panasnya akan segera turun. Kamar anak ini sangat luas, dua kali lipat dari kamarnya di Bandung. Kamar ini dipenuhi oleh rak buku. Rupanya anak ini senang untuk membaca dan disiapkan koleksi yang lengkap oleh orangtuanya. Sungguh anak yang beruntung secara ekonomi tapi tidak beruntung secara perkembangan mentalitas.

Dirabanya kening Elma masih terasa panas, dilihatnya disamping tempat tidur ada Bubur yang belum dihabiskan dan obat turun panas. Akhirnya Bulan memilih untuk bekerja di ruangannya Elma, supaya bisa mengawasi langsung walaupun dirinya bekerja.

Elma tidur dengan nyenyak sepanjang siang, ia hanya beberapa kali bangun karena haus dan kemudian tertidur lagi. Badannya masih terasa panas malah agak menyengat. Hingga akhirnya Bulan harus membangunkannya untuk makan siang.

“Elma sayang… bangun yuk, makan dulu supaya bisa minum obat turun panas, soalnya badan Elma panas terus” Bulan mencoba membangunkan Elma, yang kemudian terbangun dan melirik kehadiran Bulan sedikit.

“Tante aku ngantuk…” protesnya.

“Iya boleh tidur lagi tapi musti makan dulu sedikit terus minum obat” bujuk Bulan, Elma mencoba membuka matanya.

“Aku gak mau makan, mual” ia menggelengkan kepalanya dan mencoba kembali tertidur.

“Kalau Elma gak mau makan, percuma dong Tante Bulan datang menemani, ya udah Tante pulang aja deh” Bulan pura-pura merajuk beranjak pergi dari sisi tempat tidur Elma.

“Jangan pergi nanti Elma sendiri”

“Iya Elma mau makan tapi jangan banyak-banyak” protesnya yang diikuti anggukan Bulan.

Setelah beberapa suap, akhirnya Elma menolak makanan yang disuapkan kepadanya.

“Enough… mual.. aku mau tidur aja” kembali Elma merajuk.

“Ya sudah tidak apa-apa tidak habis tapi minum obat dulu biar panasnya reda” Bulan menyodorkan minuman air putih dan disambut oleh Elma, rupanya anak ini haus soalnya langsung menghabiskan setengah gelas sendiri.

Ternyata benar adanya setelah minum obat, anak kecil itu kembali tertidur, tapi kali ini ia jadi sering menginggau.

“Mommy…. Mau ikut… mau ikut” Elma menginggau terus memanggil ibunya, Bulan merasa kasian, terus terang kalau Inneke itu teman seangkatannya sudah ia marahi karena meninggalkan anak yang sakit ke luar kota.

Waktu sudah menunjukkan jam 4.30 tapi belum ada tanda-tanda Kevin datang, Bulan kembali mengecek suhu tubuh Elma malah semakin naik menjadi 38.5 rupanya obat turun panas tidak berpengaruh banyak walaupun Elma jadi berkeringat.

“Elma … Tante ganti bajunya yah, soalnya sudah basah” Bulan berbisik ke telinga Elma yang ternyata walaupun tidur bisa merespon dengan menganggukan kepala.

Saat Bulan membuka celana piyama Elma dia langsung kaget, ada banyak bintik-bintik merah kecil di pahanya. Ya Allah ini sih kaya gejala DB pikir Bulan. Ia sudah pernah mengalaminya, dan kebetulan pada dirinya ia ingat pada bintik-bintik merah itu.

Setelah mengganti baju Elma, Bulan bergegas turun ke bawah.

“Njar… kayanya kita musti ngeduluin Pak Kevin ke Rumah Sakit deh, Elma kena DB kayanya”

“Aku pernah ngalamin DB dua kali, badan panas, sakit badan, mual dan keluar bintik-bintik kecil jadi aku ingat waktu dulu sakit DB sama gejalanya kaya gitu” jelas Bulan panjang lebar.

Anjar langsung berdiri

“Ya udah aku kirim pesan sama Pak Kevin supaya ketemu di RS, kamu pakai mobil ke RS nya nanti aku ikutin pakai motor” Bulan mengangguk, jangan sampai terjadi apa-apa pada Elma, bisa-bisa mereka disalahkan.

Saat menunggu mobil online di depan rumah, Anjar memandang Bulan yang sedang menggendong Elma.

“Kita ini kaya suami istri gadungan yah… udah punya anak segede ini” Anjar merangkulkan tangannya ke pundak Bulan sambil tersenyum menggoda.

“Lepas Njay… jangan suka iseng… kamu belum cukup dewasa buat punya anak” jawab Bulan dengan senyum kecut, gaya slengean seperti Anjar sulit dibayangkan sudah punya anak”

“Aku memang mungkin belum cukup dewasa untuk punya anak tapi sudah cukup dewasa untuk bikin anak… tolong catat itu” ucapnya sambil nyengir dan membukakan pintu mobil online yang sudah datang.

“Seterah deh… “ jawab Bulan kesal.

Ternyata Anjay sudah bisa membedakan antara punya anak dan bikin anak. Signifikan juga dampaknya.

1
bunda DF 💞
udah baca bwt yg kesekian kalinya. tteteh ditunggu bgt karya berikutnya. aku sampe bolak balik buka profilnya,, semog segera diberikan keleluasaan waktu bwt nulis lg ya teeh
Mak sulis
pas membaca ulang sambil memutar lagunya new light..duhhh sesuatu banget..serasa ada di ballroom ikut di acara Mbul-Junaedi 😍♥️😍💃🏼🕺🏼🎤🎸🎺🎷🎹🎻
Ida Haedar
weih c ingge tersungging menganggap bulan ikut campur urusan rmh tangga dia, dianya sendiri sok te-u belagu bak pahlawan kesiangan nyecer bulan ga bs ngedukung suami cuma gegara juni ngembaliin mobil yg dibeli nyicil krn bulan ga mau urusan dgn bunga bank. apa namanya kalau dia sendiri ikut campur rmh tangga juno dan bulan.
Laila Umroh
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣🤣
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
shrook..... antara sedih sm lucu
dyul
duh😭😭😭😭
dyul
alah maneh beny gangguin org belah duren🤣🤣🤣🤣
larasati
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
😭😭😭😭
Cucu Supriatin
ntah yg ke berapa x ny baca ulang

..GK bosen2...
Herawati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!