Kinar menerima tawaran menikah dari sang dokter untuk melunasi hutangnya pada pihak Bank. Sedangkan, dr. Raditya Putra Al-Ghifari, Sp. B menikahinya secara siri hanya untuk mendapatkan keturunan.
Awalnya Kinar menjalaninya sesuai tujuan mereka, tapi lambat laun ia mulai merasa aneh dengan kedekatan mereka selama masa pernikahan. Belum lagi kelahiran anak yang ia kandung, membuatnya tak ingin pergi dari sisi sang dokter.
Kemanakah kisah Kinar akan bermuara?
Ikuti Kisahnya di sini!
follow ig author @amii.ras
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AmiRas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Radit Pulang!
Kinar pulang dengan dijemput oleh Pak Beni. Di mobil, ia terus memikirkan semua ucapan Dokter Ririn tadi. Ia tidah tahu darimana Dokter Ririn tahu akan status pernikahan sirinya dengan Dokter Radit, dan juga keadaannya yang sedang berbadan dua memang sudah tak bisa lagi disembunyikan. Meski Kinar sudah menjahit kembali seragam susternya dengan yang baru, jika ditelisik dari dekat perutnya memang akan sangat terlihat tampak membuncit.
Kinar masuk ke apartemen denagn menekan sandi. Ia tersentak kaget, karena Dokter Radit yang sudah berdiri di depan pintu begitu ia masuk ke apartemen.
"Eh, Mas sudah pulang!" ucap Kinar mengelus dadanya yang berdebar karena kaget.
Dokter Radit mengangguk. Kinar perhatikan rambut lelaki itu yang masih tampak basah, mungkin baru selesai mandi.
"Baru sampai, Mas? Jam berapa?" tanya Kinar sambil membuka flatshoesnya.
"Jam 5 sore tadi, terus saya tidur sebentar, dan baru bangun jam setengah tujuh," jawab Dokter Radit yang kali ini lebih panjang, tapi masih dalam nada datar khas lelaki itu.
Kinar mengangguk, "saya mandi dulu ya, Mas. Nanti saya masakin."
"Gak usah! Saya sudah pesan go food, kamu mandi saja, nanti kita tinggal makan."
Kinar kembali mengangguk. Untunglah kalau Dokter Radit sudah memesan makanan, ia memang sedang malas masak sebenarnya apalagi hari ini tubuhnya agak tak sehat.
Sepuluh menit kemudian, Kinar sudah selesai membersihkan diri. Begitu ia keluar dengan daster sebatas betisnya, makanan sudah tersiap di atas meja makan dan Dokter Radit pun sudah menyiapakan piring mereka. Kinar begitu bersyukur akan inisiatif lelaki itu.
"Ayo, makan! Jangan bengong!" ucap lelaki itu datar.
Kinar mengangguk, dan duduk di kursi yang berseberngan dengan sang suami. Keduanya seperti biasa, makan dengan hening, kebiasaan mereka saat makan, tak akan membuka obrolan, kecuali salah satunya sudah menyelesaikan makan atau keduanya selesai makan.
...........
"Vitamin dan susumu jangan lupa diminum, Kinar!"
Kinar yang hendak berbaring di ranjang untuk mengistirahatkan diri merengut kesal. Dia malas banget loh ini, untuk kembali ke dapur untuk membuat susu. Boleh gak sih kalau dia minta si calon papa yang sudah bersiap untuk berbaring itu?
"Buatin boleh gak, Mas?" tanya Kinar mencoba peruntungan, menoleh pada Dokter Radit yang sudah duduk di sisi ranjang lainnya.
Kinar menanti cemas akan tanggapan lelaki itu, tapi karena tak mau kena semprot mulut pedes si pak dokter, Kinar segera meralat ucapannya.
"Eh, gak deh saya buat sendiri aja, Mas!"
Kinar hendak keluar dari kamar, tapi segera dihentikan oleh ucapan Dokter Radit.
"Biar saya saja. Kamu tunggu saja di kamar!"
Setelah mengatakan itu, Dokter Radit pun keluar dari kamar dan menuju dapur untuk membuatkan Kinar susu. Sedang, Kinar di kamar terus tersenyum-senyum senang. Ia duduk di pinggir ranjang, dengan perasaan menghangat. Ia pikir permintaan kelewat kurang ajarnya tadi akan ditanggapi dengan semprotan pedas mulut lelaki itu, tapi ternyata ia salah. Boleh gak sih kalau dia ngelunjak? Kinar jadi semakin... gak bisa lepas dari si dokter es itu.
...****...
Hari ini Kinar dapat shift malam. Siang harinya ia memilih untuk tidur sepuasnya dulu agar amunisinya kerja malam nanti full. Ia sekarang sudah jarang satu shift dengan Suster Lina--rekan sejawatnya. Padahal hanya dengan Suster Lina ia begitu akrab dan saling nyambung kalau ngobrol.
Kinar tidur dari jam setengah satu siang hingga jam setengah empat sorenya. Sedang, Dokter Radit sendiri sudah berangkat ke rumah sakit jam 3 sore tadi karena ada operasi dan ia juga harus mengurus rumah sakit keluarganya itu.
Jam lima sore, Kinar sudah bersiap mandi, dan memasak untuk makan malam, serta menyiapkan bekal untuk Dokter Radit, yang katanya tak sempat untuk pulang, si dokter itu mengiriminya pesan whatsapp untuk itu. Jam tujuh malam, barulah Kinar berangkat ke rumah sakit diantar oleh Pak Beni seperti biasanya.
Kinar langsung mengantarkan bekal makan malam Dokter Radit ke ruangan lelaki itu yang sedang melakukan operasi. Ia meletakkan di atas meja Dokter Radit yang orangnya yang tak ada. Setelah itu, Kinar absen dan melakukan rutinitas tugasnya seperti biasa.
Saat ia masuk ke ruang vip dua, ia bertemu dengan Dokter Ardi di ruang itu, tentu saja Kinar canggung. Apalagi Dokter Ardi sudah tahu semuanya. Status pernikahan sirinya dan kehamilannya. Belum lagi ucaoan terakhir lelaki itu saat pembicaraan mereka di taman rumah sakit beberapa hari lalu.
Mereka keluar beriringan dari ruang vip. Kinar yang sudah selesai dengan tugasnya dan Dokter Ardi juga selesai memeriksa pasien.
"Soal percakapan kita tempo hari, saya serius akan ucapan saya itu, Suster Kinar!" ucap Dokter Ardi di sela mereka berjalan berdampingan.
"Jangan mengatakan hal yang belum pasti, Dokter! Siapa tahu di saat itu tiba Anda sudah menemukan pelabuhan hati yang lain. Untuk apa menunggu saya yang belum pasti perasaannya untuk Dokter," sahut Kinar bijak.
Dokter Ardi mengangguk, "biar waktu saja yang menjawabnya ya, Sus. Tapi saya mohon untuk dipertimbangkan jika kemungkinan hari itu tiba!"
Keduanya lalu berpisah jalan, karena Kinar juga harus menyelesaikan tugasnya di ruang lain. Begitu pun Dokter Ardi. Mereka berdua tak menyadari jika ada orang lain yang berjalan di belakang mereka, dan mendengarkan percakapan itu dengan netra menajam.
"Semua perempuan sama. Di awal dia menolak tawaran, tapi nanti memelas juga meminta tawaran!" gumam lelaki itu dengan tangan terkepal erat.
Pergantian shift Kinar di jam 7 pagi. Hal yang menyebalkannya, hari ini Kinar malah dapat jatah shift pagi, padahal ia baru selesai shift dan harus kembali shift di jam 8 pagi ini karena menggantikan salah satu suster yang berhalangan. Kinar sudah menolak, tapi pihak rumah sakit tidak punya Suster yang kompeten seperti dirinya. Sial sekali bukan? Padahal Kinar sudah membayangakan nyamannya berbaring di ranjang apartemen mereka. Semalam ia tak banyak tidur karena juga sambil berjaga dengan rekan satu shiftnya.
"Maaf ya Mas kayaknya hari ini kita sarapan di kantin rumah sakit aja, soalnya aku gak sempat masak, mesti shift lagi jam 8 pagi ini," ucap Kinar saat selesai mandi dan bersiap dengan stelan kerjanya.
Tak ada sahutan dari Dokter Radit yang sedang mengancingkan lengan kemejanya. Kinar menoleh bingung pada lelaki yang berwajah begitu datar itu.
"Mas, dengar kan?" tanya Kinar mengulang.
"Saya dengar, gak budeg kok!" sahut Dokter Radit dingin.
Kinar yang mendengar sahutan tak mengenakkan dari lelaki itu hanya menunduk sedih. Serius, padahal beberapa hari ke belakang sebelum lelaki itu ke Bandung sikap lelaki itu lebih hangat, dan percakapan mereka di telepon waktu lelaki itu di Bandung juga terdengar bersahabat, tapj kenapa ini kembali pada mode di awal mereka bertemu beberapa bulan lalu. Lelaki ini kenapa sih? Bikin Kinar resah dan menebak-nebak akan sikap dingin dan ekspresi tak terbaca si dokter es ini.
...Bersambung.......
Tuh, sudah saya kasih double up awas aja kalau masih kurang, saya kasih cium gemesss ntar kalian 😂😂
Tapi gak papa suster Kinar kamu sudah ditunggu jandanya sama dr Ardi.....!