Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Babak Belur
***
Brian masuk ke dalam kamar khusus yang ada
di lantai paling atas. Dia mengunci otomatis
kamar tersebut kemudian melangkah ke arah
tempat tidur besar yang ada di ujung ruangan.
Perlahan dia membaringkan tubuh Sherin di
atas tempat tidur, kemudian melepas sepatu
yang di pakainya. Brian menatap lekat wajah
Sherin dengan nafas yang mulai tidak teratur.
Dia menatap seluruh sosok Sherin dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Begitu sempurna,
begitu menggoda dan menggiurkan.
"Bagaimana mungkin aku akan melepaskan
dirimu Sherin.! Kau biarkan pria lain menikmati
dirimu, tapi kau tidak pernah membiarkan aku
menyentuh mu sama sekali. Itu adalah sebuah
penghianatan nyata bagiku.!!"
Desis Brian sambil kemudian melepas jas dan
dasi yang di pakainya, melemparnya asal. Dia
merangkak naik, mengurung tubuh Sherin.
Namun sesaat kemudian ponsel nya bergetar,
dengan wajah kesal dia membukanya.
"Stella..! Dia pasti mencariku.! Maaf Stella..aku
tidak bisa meninggalkan hidangan lezat yang
tersaji di depan mataku. Kau hanyalah hidangan
rumahan saja, tapi yang ini sangat istimewa."
Brian mematikan ponselnya dan melemparnya
ke ujung tempat tidur. Dia kembali memandangi
seluruh sosok Sherin. Matanya terkunci di bagian dadanya yang sedikit terbuka dan menampilkan keindahan tiada tara yang membuat nafasnya
semakin tidak stabil, tubuh bagian bawah nya
langsung meronta hebat.
"Shit.! baru menatap tubuh luarnya saja sudah
membuat tubuh inti ku menerjang hebat. Ohh
Sherin.. racun mu memang sangat dahsyat.!"
Umpat Brian sambil kemudian menyusurkan
jemari tangannya ke wajah Sherin. Membelai
dan mengelusnya lembut penuh perasaan, terus menelusurinya perlahan sampai ke bibir ranum
merah delimanya yang sangat menggiurkan itu.
Tak tahan lagi untuk berlama-lama menatapnya,
Brian mulai mendekatkan wajahnya bersamaan
dengan Sherin yang tersadar, membuka matanya
dan berusaha menggerakkan badannya. Namun
alangkah terkejutnya dia begitu menyadari ada
manusia tak bermoral yang sedang mencoba
menyentuh bibirnya. Dengan cepat dia berpaling
hingga usaha Brian gagal total.
"Brian..!! B*jing*n kamu..! Apa yang telah kamu
lakukan padaku.?!"
Geram Sherin sambil berusaha bangkit. Tapi..
Astaghfirullah.. apa yang terjadi dengan nya.?
Sherin melebarkan matanya saat menyadari dia kehilangan tenaganya. Dia tidak bisa bergerak
sama sekali. Tangan dan kakinya lemas semua.
"Kau ada di bawah kekuasaan ku Sherin. Kau
tidak akan bisa menolak apalagi melawan ku.!"
"Brengsek kamu Brian, laki-laki pengecut ! Apa
yang kamu lakukan pada tubuh ku.?!"
Brian menyeringai tipis dengan tatapan yang
semakin berkabut, mengunci bibir Sherin yang
ingin sekali di nikmati nya, bibir yang di yakini
nya memilki banyak madu dan telah membuat
dia menggila karena menginginkan nya.
"Aku hanya melakukan yang seharusnya sudah
aku lakukan sejak lama. Kau itu milikku Sherin.
Seharusnya akulah yang bisa menikmati madu
pertama dari tubuh mu ini, bukan pria lain.!"
"Hentikan Brian.! Cepat lepaskan aku.! Kau tidak
bisa melakukan semua ini padaku.! Kita sudah
tidak ada hubungan apa-apa lagi.!"
"Kau pikir begitu.? Tapi tidak bagiku.! Sampai
kapanpun kau adalah milikku Sherin.!"
"Brian ! Kau sudah berubah.! Kau bukan Brian
yang dulu lagi, apa yang terjadi dengan mu.?"
Pekik Sherin sambil berusaha menggerakkan
tubuh nya, namun dia hanya bisa bergerak pelan
dan sedikit saja. Sial, apa yang telah dilakukan
pria brengsek ini padanya. Brian tersenyum tipis,
dia mendekat, kemudian meraih kedua tangan
Sherin, di kuncinya di atas kepala.
"Kau yang sudah membuatku berubah Sherin.
Pengkhianatan mu yang sudah membuat ku
jadi begini ! Kau tidak pernah membiarkan aku
menyentuh mu, tapi kau menjual dirimu pada..."
"Itu tidak benar sama sekali Brian.! Aku tidak
pernah melakukan semua itu.! Stella lah yang
sudah menyebarkan isu itu. Dan dia juga yang
telah menjual ku pada pria-pria hidung belang
itu, sadarlah Brian, kau salah faham selama ini."
Brian membeku, matanya menatap tajam wajah
Sherin yang memerah menahan amarah yang
kini menguasai dirinya, tapi sialnya dia tidak
bisa melawan sama sekali. Tangan kanan Brian
mencengkeram dagu Sherin, diangkatnya dan
di dekatkan padanya hingga nafasnya yang
panas memburu menerpa wajah Sherin.
"Jangan coba-coba membela dirimu dengan
melemparkan kesalahan pada Stella Sherin.!
Apa kau pikir aku akan percaya padamu.?"
Desis Brian sambil kembali mendekatkan bibir
nya membuat Sherin semakin di hantam oleh
kemarahan. Dia berusaha menjauhkan wajahnya
dari jangkauan Brian, hingga bibir Brian hanya
bisa menyentuh pipi bening nya. Brian kembali
menarik wajah Sherin dengan kasar agar mereka saling menatap. Bibirnya menyeringai sadis.
"Aku sudah tidak percaya mulut manis mu ini
Sherin, ucapan mu penuh dengan bisa.!!"
"Terserah kau percaya atau tidak ! Semua itu
sudah tidak penting lagi bagiku sekarang.!"
"Hooh ya..tentu saja.! Tapi aku perlu bukti kuat
atas semua yang kau katakan tadi. Kita lihat,
apa benar kau belum tersentuh sama sekali.!"
Geram Brian sambil kemudian melepaskan
cengkeraman tangannya. Dia bangkit, melepas
kancing kemejanya satu persatu. Mata Sherin
melebar panik, dia berusaha beringsut dengan
mengerahkan sisa tenaganya, tapi benar-benar
sial, pria ini sudah melumpuhkan saraf nya.
"Apa yang ingin kau lakukan Brian.? Jangan
coba-coba melakukan semua itu padaku.!"
"Aku akan melakukan nya Sherin.! Sudah lama
sekali aku ingin melakukannya.! Siapa yang
tahan melihat tubuh mu ini, aku pria normal.!"
"Jangan Brian.! Kau pria bejat, menghalalkan
segala cara hanya untuk semua ini. Kau buat
aku tidak berdaya begini.!"
Geram Sherin sambil memejamkan matanya
saat melihat Brian sudah bertelanjang dada.
Pria itu kini bergerak mengurung tubuh Sherin.
"Kalau tidak begini, mana bisa aku memiliki
dirimu.! Kau sangat liar dan beringas.!"
"Brian, ku mohon jangan..aaa... Brian..!!"
Sherin menjerit kuat saat dalam gerakan kasar,
Brian menarik paksa gaun bagian atasnya hingga terbuka. Mata Brian semakin menyala bagaikan
predator buas yang siap menerkam mangsa, saat melihat keindahan tubuh bagian atas Sherin yang terpampang nyata di depan matanya, tampak
sangat menggoda dan memabukkan.
Brian menelan ludah nya yang mengganjal di
tenggorokan dengan nafas yang kian memburu.
Dia bisa gila kalau tidak bisa memilki tubuh ini
sekarang juga.
Sementara itu, beberapa saat yang lalu...
Devan tahu semua ini akan terjadi. Dia segera
menghubungi Roman untuk cepat merapat dan bergerak masuk ke dalam kawasan bungalau.
Dengan langkah lebar dan wajah yang sudah
sangat dingin, dia bergerak ke ruangan bagian
belakang yang di jaga ketat oleh para pengawal.
"Apa yang anda cari Tuan, kau tidak boleh masuk
ke kawasan ini.! Ini area terlarang untuk tamu.!"
Cegat salah seorang. Mereka yang berjumlah
sekitar 10 orang itu maju menghadang Devan
yang terlihat berdiri tegak dengan tampang
datar dan dingin. Matanya menatap tajam
ke arah orang-orang itu.
"Kemana b*jing*n itu membawa istriku.?!"
Geram Devan sambil melonggarkan dasi nya
dengan gaya yang sangat santai namun tegas.
Orang-orang itu tampak saling melihat dan
terkejut, mereka langsung bersiaga penuh.
"Itu urusan Tuan kami.! Yang jelas anda tidak
bisa masuk ke tempat ini.!!"
"Oya..?? Baiklah.. kita lihat bisa apa kalian.!"
Ucap Devan sambil kemudian melangkah tenang.
Orang-orang itu langsung menyerangnya. Namun dengan santai dan tetap melangkah, Dev tampak
mendorong telapak tangannya. Dia menahan
serangan brutal orang-orang itu hanya dengan menggerakkan kedua tangan nya. Pukulan dan
tepisan tangan yang terkesan sepele itu tenyata mampu menghempas dan melemparkan tubuh
mereka ke dinding ruangan.
Devan berhenti sesaat begitu tiba di depan pintu
lift. Orang-orang itu yang sudah berhasil bangkit,
kembali menyerang Devan secara bersamaan
dengan gerakan yang semakin brutal. Devan kini
berbalik, wajahnya terlihat membesi. Kemarahan
saat ini sudah menguasai dirinya. Dengan cepat
dan lincah dia menggerakkan kaki dan tangannya
membagi pukulan dan tendangan keras ke tubuh
para pengawal itu hingga mereka beterbangan
dan berjatuhan ke berbagai sudut tempat.
Namun ada dua orang lagi yang tiba-tiba datang,
langsung mengokang senjata dan membidikkan
ke arah Devan yang tetap terlihat santai. Matanya
berkilat hebat, dia mengibaskan tangannya hingga
senjata yang satu terlempar ke tangan Devan.
Dengan gerakan cepat dia memutar, memilin,
lalu menjatuhkan senjata itu yang kini sudah
remuk tak berbentuk dalam hitungan detik.
Mata orang-orang itu terbelalak tercengang,
tak bisa percaya pada apa yang mereka lihat.
Dengan santai, Devan menepiskan tangannya
ke arah pistol yang di pegang oleh pengawal
satu lagi, dan tiba-tiba saja senjata itu berubah
lentur seperti karet layaknya mainan.
Seketika, tubuh mereka bergetar hebat di serang
ketakutan, kemudian menjatuhkan diri, duduk bersimpuh tanda menyerah.
"Kalau kalian semua pernah mendengar nama
King Sadat... akulah orang nya. Pergi, atau aku
tidak akan mengampuni nyawa kalian.!"
Tegas Devan sambil mengibaskan jas nya. Dia
melangkah masuk ke dalam lift. Orang-orang
itu semakin bergetar hebat, apa..King Sadat..??
Cari mati mereka semua kalau begini.!
Devan keluar dari dalam lift di sambut oleh para
pengawal yang ada di lantai teratas. Namun, tak
ingin membuang waktu lebih lama lagi, Devan
segera mengeluarkan jurus pelumpuh nya. Dia
mencecar mereka dengan pukulan maut yang
langsung membuat orang-orang itu terkapar tak
berdaya dengan kondisi kaki dan tangan mereka
langsung membeku tidak bisa di gerakkan.
Sementara keadaan di dalam kamar saat ini..
Sherin menjerit kuat saat Brian berusaha untuk
menjamah tubuh nya . Pria itu sudah di kuasai
oleh nafsu birahi yang meluap-luap.
"Hentikan Brian..lepaskan aku.. jangan..! Brian..
tidaakk.. ahhh.. Devaann... tolong akuu...!"
Akhirnya Sherin melontarkan permintaan tolong
pada Devan yang membuat amarah Brian kian
naik dan kalap. Dia kembali menarik gaun Sherin
dengan brutal bersamaan dengan pintu kamar
yang di jebol dengan keras dari luar.
Sherin dan Brian langsung melihat ke arah pintu. Sosok Devan tampak berdiri tegak di ambang
pintu dengan wajah yang kini sudah menjelma
menjadi iblis pembunuh.!
"D-Devaan... tolong akuu.."
Lirih Sherin dengan luruhan air mata kepedihan.
Dirinya sangat menyedihkan, hanya untuk sekedar
menutupi tubuh nya yang terbuka saja dia tidak mampu. Devan menatap kuat ke arah Sherin.
Matanya tampak berkilat hebat, dengan gerakan
cepat dia mengibaskan tangannya membuat
selimut yang ada di ujung tempat tidur tiba-tiba
terbang kemudian jatuh menutupi tubuh Sherin.
Mata Brian membelalak tak percaya pada apa
yang di lihatnya. Apa yang terjadi, bagaimana
laki-laki ini bisa sampai ke kamarnya.? Dia juga berhasil menjebol pintu besi otomatis nya
yang sudah di rancang nya dengan canggih itu.
Brian bangkit dari atas tempat tidur, kemudian
berdiri menghadap ke arah Devan yang datang mendekat padanya.
Keduanya kini saling berhadapan. Brian tampak
mundur beberapa langkah saat melihat Devan
maju sambil menyeringai sadis.
"Bagaimana kau bisa datang ke kamar ini.?"
"Itu hal mudah bagiku Tuan brengsek.! Yang
jelas, kau telah berani menculik wanita milikku.!"
"Hahh, milik mu.? Wanita itu bisa di miliki siapa
pun yang berani membayar nya mahal.!"
"Ya.. tentu saja, aku tahu itu. Tapi..malam ini
dia adalah milikku.! Kau tidak punya hak untuk
mengusik apalagi mengganggu nya.!"
Ucap Devan sambil kemudian dengan gerakan
cepat dia memasukkan tendangan kuat ke
dada Brian yang seketika terlempar ke dinding
ruangan dan mulutnya menyemburkan darah
segar. Brian berusaha bangkit dengan tatapan
di penuhi oleh angkara murka.
Dia maju menyerang Devan dengan gerakan brutal tidak terkontrol hingga memudahkan Devan untuk mengatasi nya. Dalam hitungan detik saja, Brian
sudah jatuh tersungkur di sudut tempat tidur.
Namun rupanya Devan masih ingin bermain-main dengan pria ini. Brian mencoba bangkit sambil memegangi dadanya yang terlihat memar di
beberapa bagian.
"Bagaimana..apa kau masih penasaran ingin
mendapatkan yang lebih parah lagi.?"
Devan bertanya sambil menatap tajam wajah
Brian yang terlihat menyeringai tipis.
"Tuan Elajar yang terhormat..wanita itu adalah
milikku.! Kau tahu, wanita kotor sepertinya
tidak pantas untuk kau pakai jasa nya...aaa..!"
Belum selesai dia berucap Devan sudah maju,
lalu menghajarnya habis-habisan hingga tubuh
Brian bersimbah darah. Devan maju mendekat, menekan leher Brian ke atas meja rias hingga
nafas pria itu tersengal.
"Aku peringatkan padamu Brian Mcknight..
Jangan coba-coba mengusiknya lagi. Atau aku
akan menghancurkan hidupmu sampai hangus
menjadi abu..!"
Desis Devan dengan tatapan serigala nya. Tapi
Brian masih saja memasang tampang angkuh.
Dia menatap tajam wajah Devan dengan senyum
remeh terukir di bibirnya.
"Kau begitu gigih mempertahankan wanita itu.
Berapa yang kau tawarkan padanya untuk bisa
menikmati kehangatan tubuh nya.? Aku akan
membayar nya sekarang juga, asal kau mau mengembalikan nya padaku.!"
Devan menyeringai tipis. Dia melepaskan leher
Brian dan mendorong tubuh lemah itu hingga
ambruk di lantai yang di penuhi ceceran darah.
"Kau ingin tahu apa yang ku pertaruhan untuk
dapat memilki wanita itu.?"
Brian mencoba untuk bangkit, kemudian dia
menyandarkan tubuhnya ke dinding ruangan.
"Aku akan mengembalikan nya padamu. Asal
kau lepaskan wanita itu untuk ku.!"
Desis Brian sambil memicingkan matanya yang
kini tertutup tetesan darah dari pelipisnya.Devan menegakkan badannya, menatap tajam wajah
pria brengsek itu yang tampak mengenaskan.
"Apa kau yakin mampu mengembalikan semua
yang aku tawarkan padanya Tuan Mcknight.?"
"Memang apa yang kau pertaruhkan untuk nya.?"
Devan tersenyum miring. Dia mendekat, lalu
berjongkok di hadapan Brian sambil menekan
bahunya yang terluka hingga pria itu meringis.
"Aku akan memberikan seluruh aset yang kini
kumiliki hanya untuk nya. Dia bisa merengkuh
dunia dengan itu. Termasuk melempar mu
ke jalanan seperti hewan menjijikkan.!!"
Wajah Brian langsung saja pucat pasi. Devan
berdiri, kemudian menatap Brian dengan sorot
mata yang terlihat sangat jijik. Setelah itu dia
melangkah ke arah tempat tidur, melepaskan
jas yang di pakainya.
Matanya kini beradu tatap dengan mata Sherin
yang di penuhi luruhan cairan bening. Terlihat
jelas ada kesakitan dan penyesalan yang kini
terpancar dari mata lemah Sherin.
"Dev.. maafkan aku..! Aku benar-benar tidak
berdaya.. aku tidak bisa menjaga diriku..."
Devan segera meraih tubuh lemah Sherin ke
dalam pangkuannya. Tanpa kata dia menutup
tubuh terbuka itu dengan jas nya. Setelah itu
beranjak turun. Untuk sesaat dia melirik ke arah
Brian yang terlihat menundukkan kepalanya.
"Kau sudah terlalu banyak menyakitinya. Kau
juga sudah menipu dan memanfaatkan nya. Bersiaplah menerima pembalasan nya Tuan
Mcknight..!!"
Ucapnya sambil kemudian berjalan tenang
keluar dari ruangan itu. Sherin benar-benar
tidak berdaya, dia hanya bisa menyandarkan
kepalanya di dada Devan yang terlihat sangat
beku dan kelam.
Tiba di tangga utama menuju ruangan pesta,
Devan menghentikan langkahnya. Kali ini dia
tidak akan mengampuni laki-laki bajingan itu.
Devan memposisikan tubuh Sherin di atas
satu lengannya, dan tangan yang satu lagi kini
bergerak berputar cepat kemudian di dorongnya
ke depan tepat ke arah 5 lampu kristal besar
yang tiba-tiba meledak beruntun membuat
suasana pesta berubah mencekam. Para tamu
kini berlarian menghindari pecahan lampu
yang beterbangan di udara.
Pecahan lampu-lampu tersebut di susul dengan
pecahan-pecahan barang-barang lainnya yang
ada di atas meja perjamuan hingga membuat
suasana semakin tidak terkendali. Para tamu
tampak berhamburan, berlari panik keluar dari bungalau untuk menghindari kejadian yang
tidak di inginkan.
Devan membawa Sherin keluar dari bungalau
itu lewat pintu samping dimana di sana Simon
dan Roman sudah menantinya. Dan ternyata,
semua penjaga yang semula di siagakan di
berbagai sudut tempat, kini sudah berhasil
di lumpuhkan.
"Kau membawa penawar yang aku pesan.?"
Devan bertanya sambil menatap lekat wajah
pucat Sherin yang berada dalam pangkuannya.
Matanya tampak terpejam rapat. Saat ini mereka
sudah ada di dalam mobil yang meluncur cepat
keluar dari lingkungan bungalau itu.
"Semuanya sesuai perintah anda Tuan."
"B*jing*n itu telah melemahkan sistem saraf
pusat nya. Dia bermaksud menguasai nya
dalam jangka waktu yang lama. Kali ini, Sherin
tidak boleh mengampuni si brengsek itu.!"
"Sudah saatnya Nyonya Sherin memberikan
pelajaran pada orang-orang yang selama ini
telah menganiaya nya Tuan.!"
Sahut Roman dengan wajah yang ikut-ikutan
dingin dan datar. Devan mempererat pelukan
nya sambil menciumi kening Sherin. Sekuat
tenaga dia berusaha mengontrol amarahnya..
***
Bersambung...
.
.
Note:
Jangan lupa untuk tetap menjalankan protokol
kesehatan..3M..😁😁 Happy Holiday..😘
Sampai jumpa tahun depan.. Aku bakal kasih
yang kalian tunggu-tunggu selama ini..
MP nya Dev & Sherin..😃😃🤭🤭
harusnya percaya dunk sama serin,kan udh liat sdri klo Arnold udh babak belur dihajar serin,
logikannya klo serin berkhianat pst mrk udh diatas ranjang dunk bri..., km ini gmn sih😁