Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perayaan Kesembuhan Xiao Yun
Liu Liyan, Guo Xia dan Yue, memasak banyak menu untuk merayakan kesembuhan Xiao Yun.
Mereka juga membagikan parcel makanan untuk para tetangga berupa, Tiramisu cokelat, setoples permen susu kacang, sosis panggang, rendang daging dan sate bakso.
Semua dikemas manis dalam kotak anyaman rotan, lalu diikat pita merah.
Sedangkan untuk keluarga, Liu Liyan menambahkan menu kebab, bebek panggang, sate ayam dan bakso kuah.
Tepat saat lonceng menara waktu berbunyi, perayaan itu selesai.
Begitu masuk kamar, Liu Liyan langsung membersihkan diri. Wanita itu paling tidak bisa tidur dalam kondisi badan kotor berkeringat.
Setelahnya gantian Xiao Yun.
"Sudah mau tidur..?" tanya Xiao Yun, memeluk sang istri yang sudah memejamkan mata.
"Kau belum mengantuk..?" tanya Liu Liyan memicingkan mata.
"Aku sudah sembuh. Apa kau tidak mau menyempurnakan pernikahan kita..?"
Wajah putih bak mutiara Liu Liyan merona tersipu.
Xiao Yun mengusap lembut pipi halus sang istri, merambat kebibir dengan netra yang sudah berkabut hasrat.
Kedua bibir saling mengecup lalu menghisap lembut, guna menikmati kemanisan yang memabukkan.
Tangan Xiao Yun merayap perlahan, mengusap punggung halus cintanya.
Perlahan, suhu dalam rungan meningkat, memanas membakar gairah keduanya.
Xiao Yun tak bisa menahan lagi, ia bangkit menarik kelambu lalu menindih sang istri.
Dibawah cahaya redup lentera, siluet dua insan dibalik tirai terus membelit sensual.
Hingga lilin meleleh habis, menyisakan asap tipis diudara. Barulah kegiatan penguat ikatan cinta yang menggairahkan itu usai.
Pagi hari, Liu Liyan bangun terlambat. Dibawah pelukan sang suami, mata lentiknya terbuka malas.
"Selamat pagi..!" sapa suara serak khas bangun tidur Xiao Yun.
Liu Liyan tersenyum malu, menyembunyikan wajah kedada bidang suaminya.
Xiao Yun terkekeh, mencium puncak kepala Liu Liyan gemas. "Mau mengulang lagi..?"
Liu Liyan langsung menjauhkan kepalanya, kemudian menggeleng. "Aku harus menyiapkan jamuan untuk sahabat-sahabatmu."
Xiao Yun menyibak selimut, kembali menaiki tubuh polos sang istri. "Itu masih nanti malam..!"
Kegiatan mengenakan terjadi lagi dan kembali terulang didalam bak pemandian.
"Pakai baju yang kemarin dibeli." pinta Xiao Yun.
"Aku mau belanja sayang, nanti malam saja ya..?"
Xiao Yun mengangguk "oke..!"
Begitu keluar kamar, keduanya langsung meminta makanan kepada pelayan.
Setelahnya, mereka pergi bersama Suki, Qin-Qin dan Xiao Yong.
Tapi diujung jalan keduanya berpisah, karena Xiao Yun akan pergi keuniversitas Fudan untuk mengurus pengembalian status mahasiswanya.
"Untuk apa membeli sebanyak itu..?" tanya Xiao Yong, saat Liu Liyan membeli seribu lampion dan dua ribu lilin berukuran besar.
"Aku mau membuat rumah kita lebih terang, agar tidak terkesan suram dan angker kalau malam."
Selain sembako, daging, telur dan ikan. Liu Liyan juga membeli bahan untuk produksi dagangan.
Dua jam waktu yang dihabis untuk berbelanja. Begitu sampai dirumah, gerobak pengirim toples tak lama datang.
Disusul gerobak-gerobak pengangkut barang belanjaan yang tadi dibeli.
Liu Liyan langsung sibuk didapur. Ia berencana akan membuat banyak jenis makanan.
Untuk Appetizer. Liu Liyan membuat siomay udang saus kacang, hotteok, wonton goreng dan Croquetas.
Untuk Main course, ada Goulash, Fish end Chips, Soto Daging, Sate ayam, Hamburger, Sapo Tahu, dan Bebek Peking.
Sedangkan untuk Dessert. Tiramisu, Creme Brulee, Panna Cotta dan Cannoli.
Untuk minuman. Selain arak, Liu Liyan membuat susu emas, teh Chai Latte dan cokelat pana mewah.
"Kakak ipar, aku mau itu..!" tunjuk Xiao Yan kePanna Cotta.
Liu Liyan pun memberi apa yang adik iparnya itu inginkan.
"Woah, enak..!" seru Xiao Yan.
Semua yang melihat bocah itu makan lahap, menelan ludah dengan susah payah.
"Siapkan mejanya, sebentar lagi tamu datang." komando Liu Liyan.
Meja untuk tamu disusun dihalaman utama, sementara untuk penghuni rumah dihalaman belakang.
Lima ratus lentera yang sudah dinyalakan, menggantung rapi mengelilingi halaman.
Lu Liyan juga menyiapkan parcel makanan untuk dibawa pulang para tamunya nanti.
Liu Liyan memberi intruksi kepada pelayan, bagaimana urutan penyajian makanan.
Setelah tugas memasak selesai, Liu Liyan langsung mandi dan bersiap.
Kali ini dia berdandan seperti waktu hidup dizaman moderen. Untuk perona pipi, Liu Liyan menggunakan gincu.
Model sanggulnya ia ubah lebih moderen, dengan menyelipkan tusuk konde giok dengan aksen bunga teratai.
Gaun hitam yang kemarin dibeli, membalut indah tubuh tinggi rampingnya. Kulitnya yang putih bersih, semakin bersinar menawan.
Tubuh Xiao Yun menegang, wajahnya kaku tercengang. Begitu melihat sang istri keluar dari pavilun pribadi mereka.
Dibawah cahaya kemerahan, wajah cantik sempurna tanpa cacat Liu Liyan, terlihat amat mempesona.
Bukan hanya Xiao Yun saja, semua penghuni rumah dan keluarga besar Liu juga ikut termangu terpikat.
Dahi Liu LIyan mengernyit, alisnya menukik tajam. Langkahnya langsung terhenti, memandang orang-orang yang menurutnya aneh.
Liu Liyan meraba wajahnya "aneh ya..?"
Semua kompak menggeleng.
"Kakak ipar cantik sekali..!" seru Xiao Yan.
"Iya, kau sangat cantik." Jang Lin menimpali.
"Yan niang, kau ini ternyata wanita sungguhan ya..?" kata bodoh Xiao Yong.
Liu Liyan tersipu, kemudian terkekeh.
"Kenapa tidak dari dulu begini..? jadi kecantikanmu itu tidak sia-sia." protes Liu Dayan.
Xiao Yun berdehem, berjalan mendekati sang istri. "Ayo ganti baju lagi, berpakaian seperti biasanya saja."
"Dage..!"
"Yun lanjung...!"
"A-Yun..!"
"Yun'er...!"
"Yun gege...!"
Seru kesemua orang mendelik tajam.
Xiao Yun mendengus, lalu berdecak kesal pada dirinya sendiri.
Liu Liyan terkekeh.
Para tamu datang dan reaksi mereka pun sama ketika melihat Liu Liyan.
Wei Jian, Wang Yu dan Jiang Yulin tak pernah menyangka, jika perempuan kasar yang selalu berpenampilan seperti laki-laki bisa secantik jelita itu.
Jamuan pun dimulai, Liu Liyan memilih bergabung dengan keluarganya dihalaman belakang.
Setiap hidangan yang tersaji, mengundang pujian dari semua yang ada disana.
"Xiao Xiong, kau sangat beruntung sekali memiliki istri seperti Yan niang." kata Wei Jian dengan mulut terisi penuh.
"Benar..! aku tidak pernah menyangka, gadis yang selalu bertingkah semaunya bisa sehebat ini." Wang Yu terkekeh.
"Itu karena aku yang menjadi kakaknya." sahut Liu Long sombong.
"Cih...!" kompak keempat orang lainnya.
"Apa istrimu menerima undangan memasak untuk perjamuan..?" tanya Wang Yu.
"Lima ratus tahil perak, aku sudah menanyakan itu sebelumnya." sahut Jiang Yulin.
"Kau curang ya..? sering kemari tapi tidak mengajak kami." sengit Wei Jian.
"Kalian saja baru kembali dari Ibukota, bagaimana mau mengajak..?" balas Jiang Yulin tak mau kalah.
Satu demi satu makanan yang terhidang, habis dilahap tanpa meninggalkan sisa barang setitik saja.
Para pelayan bahkan sampai menitikan airmata.
Sungguh sebuah keberuntungan bagi mereka, dibeli oleh keluarga Xiao Yun.
Selain diperlakukan dengan sangat baik, menerima gaji besar. Mereka juga bisa menikmati makanan lezat disetiap harinya.
Belum juga sebulan bekerja, badan yang dulu lusuh, dekil kurus kering. Kini sudah bersih berisi dan segar berseri.