Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 032. Keputusan Akhir
Ketika bayangan Andreas hampir hilang dari pintu keluar gedung Aula Keluarga Grayden, Stephanie juga beranjak meninggalkan gedung, tanpa menggubris panggilan dan teguran Nyonya Victoria yang hendak mengantar Leonard untuk beristirahat lebih awal ke rumah bersama Evelyne.
Sedangkan Leonard masih tampak memprihatinkan. Meski terus dibalut dengan kepura-puraan, namun tamparan Andreas tadi memang benar-benar sakit, lebih sakit dari tamparan Andreas tempo hari.
Selama Andreas tinggal di kediaman Hendrick Grayden, Leonard kerap ikut menganiaya dan menghina Andreas. Tentu saja disertai dengan menganiaya secar fisik juga.
Akan tetapi meski Andreas menindasnya dengan menamparnya baru dua kali, hal itu dia rasa lebih menyakitkan dari penindasan yang dia lakukan terhadap Andreas selama ini.
Didahului sebelumnya oleh Nayshilla yang tampak seperti mengejar Andreas. Tadi sewaktu Andreas lewat di dekatnya, pemuda tampan itu sama sekali tidak menoleh padanya. Andreas terus saja berjalan sedikit cepat tanpa menoleh siapa pun.
Sementara suasana gedung sudah berubah ramai riuh rendah. Orang-orang langsung membicarakan tentang kejadian yang masih hangat dalam pikiran mereka.
Tampak Hendrick Grayden beserta kedua saudaranya dan beberapa kolega bisnisnya, termasuk William Barnett dan anak ke tiganya, Draven Barnett tengah membicarakan tentang apa telah terjadi tadi.
Stephanie terus melangkah agak cepat, bahkan setengah berlari menuju pintu keluar. Sedangkan Nayshilla yang sudah mendahuluinya tadi sudah hilang di balik pintu. Apalagi Andreas lebih tak tampak lagi.
Sementara itu di luar gedung, tampak Andreas terus saja melangkah mantap menuju mobilnya yang masih terparkir diam di parkiran. Wajahnya masih saja tampak tenang, seolah tidak lagi memikirkan kejadian luar biasa yang dilakukannya tadi.
Nayshilla yang tidak jauh lagi di belakangnya, sudah beberapa kali memanggil pemuda itu. Tapi Andreas seolah tidak dihiraukan.
Walau begitu Nayshilla tidak cepat menyerah. Melangkah dengan cepat setengah berlari mengejar Andreas, terus.
"Andre, tungguin!" panggil Nayshilla untuk ke sekian kalinya yang sudah tampak kesal.
Sedangkan di belakang mereka Stephanie terus saja berjalan yang juga setengah berlari kini menuju ke arah Andreas. Tapi dia belum memanggil-manggil Andreas.
Hingga akhirnya Andreas berhenti melangkah di dekat mobilnya terparkir. Terus berbalik menoleh ke arah Nayshilla yang semakin dekat ke tempatnya. Belum lama dia sudah menangkap sosok Stephanie yang ternyata juga menuju ke arahnya, baru dia tahu.
"Kenapa sih saat aku panggil kamu nggak berhenti?" tanya Nayshilla bernada ketus bercampur kesal saat sudah sampai di depan Andreas. "Kamu tuli ya? Atau sengaja menulikan telingamu?"
Nayshilla langsung menatap lekat wajah Andreas disertai dengan tatapan kemarahan. Tapi meski begitu keanggunan dan kecantikannya tidak pudar dengan wajah marahnya.
Bahkan keanggunan dan kecantikannya semakin mempesona dengan mimik wajah seperti itu, karena ternyata dia cuma berlagak marah saja.
Tapi meski marah beneran sekalipun seorang gadis cantik seperti Nayshilla tetap saja cantik dan anggun bukan?
"Nay, sudah berapa kali aku bilang, nggak usah lagi menemui aku," kata Andreas tidak tersinggung dengan sikap ketus Nayshilla. "Kenapa sih kamu nggak mendengarkannya?"
"Aku nggak mau!" sengit Nayshilla makin kesal, bahkan sekarang nada suaranya seperti sudah hendak menangis. "Kenapa sih kamu terus memaksaku agar menjauhimu? Alasannya apa, nggak jelas!"
"Kamu sudah mendengar alasannya kenapa aku menyuruhmu agar menjauhiku," kata Andreas tetap kalem. "Kita akan ketemu dalam dunia bisnis sebagai musuh nantinya...."
Selagi Andreas dan Nayshilla tengah berbincang, Stephanie sudah dekat dengan tempat mereka berada sebenarnya. Tapi dia langsung berhenti ketika melihat keduanya terlibat dalam perbincangan serius, menurutnya.
Terpaksa dia menahan dulu keperluannya menemui Andreas. Membiarkan dulu kedua muda-mudi itu saling berbincang.
★☆★☆
"Apa selama kita berteman aku pernah menyakitimu, apa aku pernah melukai perasaanmu yang ternyata selama ini kamu memendamnya dari, Andre?"
Kini kedua mata Nayshilla sudah berkaca-kaca. Sebentar lagi gadis cantik itu akan menangis. Air mata sudah menggenang di kelopak matanya.
"Nggak, Nay, kamu nggak pernah menyakitiku selama kita berteman," ungkap Andreas jujur. "Hanya saja situasi sekarang sudah berbeda, kita nggak mungkin berteman lagi. Karena...."
"Karena apa?" tanya Nayshilla cepat.
"Karena masing-masing kita membela orang yang saling bermusuhan," sahut Andreas menerangkan. "Kamu pasti membela papamu, sedangkan aku membela pihak Tuan Anderson."
"Kenapa kamu...."
"Sudah, Nay, sudah cukup," Andreas langsung memotong ucapan Nayshilla. "Kita sudahi saja perbincangan ini. Karena biar aku jelaskan sekali pun kamu pasti nggak ngerti saat ini."
"Sekarang kamu turuti saja perkataanku, kita jangan lagi saling bertemu sebagai teman untuk saat ini!" lanjut Andreas meminta dengan sangat.
"Apa kamu sekarang membenciku?" tanya Nayshilla sambil menatap dalam kedua mata Andreas. Air mata yang tadi menggenang di kelopak matanya, kini telah jatuh melintasi pipi halusnya.
"Nggak, aku nggak membencimu dan nggak pernah membencimu," sahut Andreas. "Hanya, saja situasi sekarang membuat kita nggak boleh saling berteman.... Demi keselamatanmu...."
"Sudahlah!" Andreas kembali mencegat Nayshilla yang hendak berkata lagi. "Nanti juga kamu akan mengerti."
"Sebaiknya kamu tinggalkan aku, karena di sini juga ada orang yang sepertinya hendak bicara denganku."
Sambil berkata pemuda tampan itu mengarahkan pandangannya pada Stephanie. Tatapannya datar saat menatap gadis itu, tapi tidak menyorot tajam.
Sedangkan Stephanie yang seperti masih dianggap orang lain oleh Andreas, kembali merasa tergiris di hatinya.
Andreas memang benar-benar sudah membenci keluarga Grayden yang sudah dia lepaskan itu, sampai pun dirinya yang sudah meminta maaf kepada pemuda itu.
Kata maaf sepertinya belum cukup mengobati rasa sakit hati seorang Andreas.
Tapi Stephanie di bisa menyalahkan pendirian Andreas. Bahkan dia mengganggap Andreas memang pantas membenci keluarganya yang selama ini telah menindasnya habis-habisan.
Nayshilla langsung berbalik ke belakang, ke mana arah pandangan Andreas. Tak butuh lama dia sudah menangkap sosok orang yang dimaksud Andreas dan langsung mengenalnya.
Menyadari akan hal itu, Nayshilla langsung menyeka air matanya dengan cepat. Lalu segera menata hati dan perasaannya yang sempat kacau.
"Kak Stephy...," sapa Nayshilla berusaha tersenyum meski perasaannya belum tertata. "Su-sudah lama?"
"Belum," sahut Stephanie sambil tersenyum lembut, berusaha, karena perasaannya juga masih bersedih.
"Ada perlu sama, Andre?" tanya Nayshilla masih basa-basi.
"Kalau Andre mau meluangkan waktunya," sahut Stephanie seolah tidak mau memaksa. Padahal dia ingin sekali berbicara dengan adik malangnya itu.
Nayshilla tidak segera menanggapi ucapan tunangan kakaknya, Keenan itu. Sejenak dia memandang gadis itu yang terus saja menatap Andreas sejak tadi.
Lalu Nayshilla beralih memandang pada Andreas. Dan ternyata pemuda gagah itu sudah menghadap ke arah lain seolah tidak sudi memandang apalagi berhadapan dengan Stephanie.
Sejenak Nayshilla menatap Andreas lekat-lekat. Masih banyak yang hendak dia bicarakan dengan pemuda yang dirasa sudah berubah aneh itu.
Kejadian malam ini di Aula Keluarga Grayden tadi masih terngiang-ngiang dalam pikirannya. Maunya dia hendak menuntaskan rasa penasarannya pada pemuda itu malam ini.
Tapi kenapa Andreas malah semakin ingin menjauh darinya?
"Aku harap kamu mau melupakan aku dan harus bisa melupakanku," seketika Andreas berkata bernada datar seakan memberi keputusan. "Dan mulai sekarang kita nggak boleh bertemu sebagai teman lagi...."
"Ini keputusan akhir dariku...."
"Baiklah," kata Nayshilla akhirnya mengalah meski hatinya perih, tidak berminat lagi melanjutkan obrolannya dengan Andreas, dan berniat hendak meninggalkan pemuda tampan itu.
Tapi apakah sanggup dia melupakan pemuda yang sudah membuat hatinya....
Kemudian menoleh pada Stephanie, berbasa-basi sebentar. Lalu Nayshilla meninggalkan tempat ini benar-benar meninggalkan Andreas yang tak bergeming sedikitpun untuk sekedar memandang kepergiannya.
★☆★☆★