Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Assalamu'alaikum... Loh Mama sama Papa ko gak bilang dulu mau datang?"kaget Kinara saat melihat mertuanya sudah ada di rumah mereka. Kinara mencium punggung tangan kedua mertuanya.
"Kami kangen kalian makanya datang kesini. Orang tua kamu juga sebentar lagi menyusul. Kita rindu kumpul-kumpul. Iya kan Pa?" jawab Mama Clara.
"Iya dong, kangen main catur sama Pak besan." kekeh Papa Bastian.
"Kamu bersih-bersih dulu sana nak. Gak usah masak. Ibu kamu sudah membawa banyak makanan. Mama yang minta dia masak." ujar Mama Clara membuat Kinara geleng kepala dengan kelakuan kedua orang tua mereka, yang malah lebih heboh. Saat Kinara akan pergi ke kamar, Abidzar datang.
"Tumben kamu udah pulang jam segini?" tanya Mama Clara.
"Gak terlalu banyak kerjaan Ma. Mama dan Papa ngapain kesini? Nginep lagi? Kenapa sering banget datang kesini. Suka banget tinggal disini." jawab Abidzar mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Pertanyaan Abidzar membuat ibunya mencebik kesal.
"Ngomong sekali lagi Mama pites mulutmu." Kesal Mama Clara malah membuat Abidzar tertawa.
"Ayo sayang, kita mandi dulu." ajak Abidzar melingkarkan tangannya di pinggang Kinara. Membuat istrinya kaget bukan main karena tiba-tiba saja Abidzar memanggil sayang dan menariknya begitu saja. Sedangkan kedua orangtua Abidzar tersenyum bahagia melihat mereka mulai terlihat dekat. Padahal kenyataannya tidak.
"Kalau mau akting bilang-bilang. Biar aku gak cengo." kesal Kinara mendorong tubuh suaminya yang masih menempel dengannya padahal sudah tiba di kamar mereka.
"Kamu aja yang lemot." jawab Abidzar sambil menyimpan tas kerja dan juga jasnya. Kinara mengambilkan baju ganti untuk Abidzar.
"Aku mau pake celana pendek." pinta Abidzar saat Kinara mengambilkan celana panjang.
"Baiklah." jawab Kinara. Walau masih kesal kepada Abidzar tapi dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Terimakasih sayang." bisik Abidzar saat mengambil bajunya di tangan Kinara dan dia mencuri cium pipi Kinara. Membuat Kinara melotot mendapat serangan mendadak.
"Mas Bizaaaarrr..." teriak Kinara. Abidzar hanya tertawa dan masuk kedalam kamar mandi. Suka sekali dia membuat Kinara kesal. Dan entah kenapa dia selalu gemas melihat wajah Kinara ketika sedang kesal dan marah.
"Mereka kenapa Pa?" tanya Mama Clara yang mereka dengar teriakan Kinara karena sangat keras.
"Biarkan saja. Mereka sedang berusaha mendekatkan diri." jawab Papa Bastian.
"Pa, apa ada kabar tantang wanita itu? Mama rasanya tak rela jika dia kembali lagi kepada Abi dan meninggalkan Kinara. Mama sudah terlanjur sayang kepada Kinara. Sedangkan wanita itu mana pernah dia menghargai kita sebagai orang tua Abi. Dan kerjaannya malah menghabiskan uang Abi." kesal Mama Clara menanyakan keberadaan Gladis.
"Semoga saja dia tak datang dalam waktu dekat. Biarkan cinta tumbuh dulu di hati Kinara dan Abidzar. Papa yakin Kinara akan mampu membuat Abi jatuh cinta. Kita tau seperti apa Galdis, tapi cinta buta Abi membuatnya benar-benar buta dengan wanita seperti itu. semoga saja Kinara bisa membuka mata Abi yang penuh lumut dari Gladis." jawab Papa Bastian membuat Mama Clara tertawa terbahak mendengarnya. Tak lama kedua orang tua Kinara datang yang di jemput oleh mobil mereka.
"Wah besan, maaf nih malah merepotkan begini." kekeh Mama Clara membuat Bu Rastanti tertawa mendengarnya.
"Tidak masalah, yang penting kita bisa kumpul-kumpul disini Bu. Di rumah rasanya sepi sekali gak ada siapa-siapa." jawab Bu Rastanti sambil membawa makanan yang dia bawa ke dapur bersama dengan Mama Clara. Sedangkan suami mereka sudah semangat dengan papan caturnya.
"Benar sekali Bu, kan sekalian mengawasi mereka kita juga bisa kumpul begini, menghilangkan penat dengan bergosip." kekeh Mama Clara membuat Bu Rastanti ikut tertawa juga.
Keadaan heboh dan bahagia di lantai bawah berbanding terbalik dengan keadaan di lantai atas. Di kamar Kinara dan Abidzar. Mereka perang dingin setelah keisengan Abidzar kepada Kinara tadi.
"Gak usah merengut makin jelek. Kalau wajahmu begitu mana ada nanti pria yang mau denganmu." celetuk Abidzar saat melihat istrinya merengut setelah selesai berdandan.
"Au ah, aku mau ke bawah." kesal Kinara, tapi Abidzar menarik tangan Kinara dan mengenggamnya.
"Kita turun barengan dan kamu harus tersenyum sayang. Biar mereka tidak curiga. Gak boleh merengut di depan kedua orang tua kita." bisik Abidzar membuat Kinara mendelikkan matanya dan menghembuskan nafas panjang. Lelah sekali harus membohongi kedua orang tua mereka. Berdosa iya. Mereka turun ke lantai bawah sambil bergandengan tangan, sedangkan kedua orang tua mereka malah asik sendiri ternyata membuat keduanya saling pandang.
"Mereka malah asik sendiri." Abidzar geleng kepala.
"Nak kebetulan kalian sudah datang. Ayo kita makan." Ajak Mama Clara. Abidzar dan Kinara menyalami kedua orang tua Kinara terlebih dahulu.
"Kangen sekali sama ibu..." bisik Kinara sambil memeluk ibunya. Bu Rastanti tersenyum dengan mata berkaca. Setiap malam dia selalu bangun untuk mendoakan kebahagiaan anak bungsu yang selama ini selalu saja mengalah untuk kakaknya.
"Ibu juga kangen. Tapi kan kami setiap sabtu dan minggu amanah selalu datang kesini." jawab Bu Rastanti. Kinara mengangguk.
"Kita makan dulu. Setelahnya kita mengobrol. Mama udah gak sabar pengen segera makan masakan besan yang selalu endolita." ajak Mama Clara membuat semua orang tertawa.
Mereka makan sambil sesekali diselingi tawa dan canda. Kebahagiaan yang selama ini jarang sekali mereka dapatkan. Abidzar melihat sorot bahagia di wajah kedua orang tua mereka yang juga terlihat begitu dekat dan akrab dengan besannya kali ini. Berbeda saat dulu bersama dengan kedua orang tua Gladis yang bahkan jika bertemu mereka hanya bicara seperlunya. Karena memang orang tua Gladis itu memang sedikit meninggi. Mereka merasa diri lebih kaya karena saat itu memang perushaan milik Papa Bastian belum sebesar sekarang dan Gladis saat itu adalah model papan atas.
Kedua orang tua Gladis awalnya tak setuju karena merasa diri mereka lebih kaya di banding dengan keluarga Abidzar. Tapi anaknya terlanjur memilih Abidzar menjadi suaminya. Padahal karirnya sedang bagus-bagusnya. Bahkan Abidzar tak mereka anggap menantu. Padahal selama ini kebutuhan Gladis dan keluarganya Abidzarlah yang menanggungnya. Tapi semua itu tak pernah dianggap oleh mereka. Bahkan kata terimakasihpun tak pernah terucap dari mereka. mereka menganggap itu adalah kewajiban bagi Abidzar untuk memberi mereka.
"Kenapa malah melamun? Emang gak lapar?" bisik Kinara saat melihat suaminya malah melamun. Abidzar menatap ke arah Kinara.
"Lapar." jawabnya kemudian memakan makanan yang ada di piring. Kinara geleng kepala dengan kelakuan Abidzar yang sudah dia tau pasti suaminya melamun karena memikirkan mantan istrinya itu.