Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Kevin mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Cari istri ku dimanapun dia berada, bawa dia pulang dalam keadaan selamat tanpa ada lecet satupun," perintahnya kepada seseorang di sebrang telepon.
Tut... Panggilan terputus.
Setelah berbicara seperti itu, Kevin langsung menutup telepon secara sepihak.
"Aku harus cari sesuatu, mungkin aku bisa menemukan petunjuk yang membuat Wulan pergi tanpa pamit dari rumah," kata Kevin, dia segera mencari sesuatu yang bisa jadi petunjuk di kamar, setelah memeriksa satu persatu Kevin tak menemukan apapun. Karena lelah Kevin merebahkan tubuhnya namun sesuatu terasa mengganjal. Kevin bangkit dan mengambil bantal ingin tahu apa yang membuatnya tak nyaman.
"Buku," guman Kevin.
"Ini buku apa," kata Kevin saat melihat bentuk buku bergambar lucu dan terlihat kecil dari buku biasa.
Rasa penasaran membuat Kevin membuka buku. Matanya melotot kaget. "Ini buku diary Wulan, sejak kapan dia menulis buku diary," guman Kevin karena dia tak pernah melihat Wulan menulis bahkan memegang buku ini.
"Mungkin ini bisa jadi petunjuk," batin Kevin segera membuka buku itu.
Halaman demi halaman dia baca.
"Ha ha ha ha ha, kamu memang banyak akal," tawa Kevin pecah saat disana Wulan menulis dia mengerjai atasannya yang suka menindas karyawan.
Kevin membalik halaman demi halaman, sampailah dia melihat catatan dimana dia memaksa Wulan menikah.
"Hah dia dulu mengatai aku bos galak, dingin dan dia bilang aku tidak suka perempuan, dasar nakal," guman Kevin.
Disana juga ada cerita Kevin dan Bela, Wulan sempat mengaggap Bela cinta pertama Kevin.
"Dia mengaggap aku dan Bela itu kekasih pantas saja dia berpura-pura makan malam dengan pria lain hanya untuk melihat ku dan Bela," Kevin mengelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pikiran istrinya itu.
"Apa dia tak tahu kalau dia (Wulan) adalah perempuan pertama yang membuatku jatuh cinta. Aku dan Bela adalah teman sejak kecil dan sebelum kedua orang tuanya meninggal mereka sempat menitipkan Bela kepada ku jadi aku selalu tak bisa menolak permintaan dia,"
"Ternyata dia cemburu dan salah sangka, padahal aku memang sering pergi dengan Bela meting tetapi kami tidak berdua saja. Lagian mana mungkin aku suka Bela karena aku sudah menganggap Bela seperti adik," Kevin tak menyangka Wulan bisa berfikir demikian.
Kevin melanjutkan membaca, ini saat-saat mereka tahu kalau Wulan hamil membacanya membuat Kevin tersenyum, namun saat-saat sampai 3 halaman terakhir Kevin langsung terdiam tak tahu harus bagaimana.
"Jadi dia tahu kalau aku pergi malam itu menemui Bela, kenapa dia tidak bilang?" lirih Kevin.
Semakin membaca semakin dia tahu kalau istrinya itu kecewa.
"Bodoh Kevin kenapa tadi pagi kamu berbohong sama Wulan, padahal kalau kamu jujur mungkin Wulan tak akan pergi seperti ini," lirih Kevin.
Di sana tertulis kalau Wulan sempat memberikan dia kesempatan namun lagi-lagi Wulan tahu Kevin berbohong.
"Jadi ini alasan kamu pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks hiks hiks maafkan aku sayang," lirih Kevin sambil terisak menangisi kebodohannya sehingga istrinya pergi.
"Apa aku terlalu memperhatikan Bela sampai aku lupa dengan istriku yang sedang hamil," lirih Kevin meratapi kelakuannya yang lebih mendahulukan Bela daripada istrinya. Kevin tak sadar Wulan sering membutuhkan dirinya karena Wulan tak pernah mengeluh atau berbicara kepada.
"Hiks hiks hiks hiks hiks sayang maafkan suamimu yang bodoh ini," lirih Kevin.
Di tinggalkan oleh orang yang dia cintai, inilah yang harus Kevin rasakan karena telah membuat istri tercintanya terluka. Mungkin Kevin tak merasa dia telah menyakiti hati Wulan karena Wulan hanya diam memendam semuanya sendiri, rasa lelah membuat Wulan harus pergi melepaskan cinta yang menyakitkan ini.
Berbeda dengan Kevin yang meratapi kepergian Wulan dengan penyesalan. Wulan kini sedang tertidur menunggu kereta sampai tujuan.
Kereta yang Wulan,Rita dan Kenan naikin akhirnya sampai di tempat tujuan.
"Oh iya Nan, nanti kita bagaimana? Malam-malam begini memang ada taksi lewat," kata Rita.
"Nan, nan... Panggil nama ku yang benar," protes Kenan.
"Ya elah gitu aja marah," gerutu Rita.
"Nanti dikira nama ku Nando kan gak lucu," kata Kenan sebal.
"Ha ha ha ha ha, iya ya aku minta maaf,"
"Kok malah bahas nama sih, ini kita bagaimana," protes Rita.
"Kamu tenang saja, aku sudah minta teman ku buat antar kita nanti sampai tujuan dengan selamat," jawab Kenan.
"Ayo kita bersiap turun," ajak Kenan.
"Ini bagaimana, aku bangunin Wulan dulu," kata Rita menunjuk ke arah Wulan yang tertidur nyenyak.
"Dia nyenyak banget, mungkin dia kelelahan," lirih Kenan seperti tak tega membangunkan Wulan.
"Iya mungkin dia lelah menghadapi tingkah Kevin selama ini," jawab asal Rita.
Rita mendekat dan mengguncang pelan tubuh Wulan.
"Lan..."
"Wulan, ayo bangun,"
"Lan bangun..."
"Kita sudah sampai," kata Rita yang sedari tadi membangunkan Wulan yang tak kunjung bangun.
"Kalau dia tidak bangun juga biarin saja, biar aku yang mengendong dia," kata Kenan tak tega melihat raut wajah lelah Wulan saat ini.
"Terus aku yang bawa koper sebanyak ini," protes Rita tak terima karena dia tak mungkin sanggup membawa 4 koper.
"Kamu diam dulu, aku coba sekali lagi mungkin saja dia mau bangun," kata Rita bersiap membangunkan Wulan untuk kesekian kalian.
"Wulan ayo bangun kita sudah sampai," kata Rita.
Mendengar suara berisik Wulan pun terbangun.
"Emmmm sudah sampai," kata Wulan sambil mengucek matanya.
"Iya ayo turun," ajak Rita.
"Kamu bantu Wulan, biar aku turunkan semua barang kita," kata Kenan takut Wulan masih mengantuk dan salah berpijak atau hilang keseimbangan.
"Ok,"
Kenan pun menurunkan semua barang mereka melihat banyaknya barang membuat Kenan menyesal meminta Rita duluan.
Kenan pun menumpuk koper dan menariknya dengan kedua tangannya.
"Kita naik taksi?" Tanya Wulan.
"Mana teman mu?" Tanya Rita saat dia turun namun tak ada yang menghampiri mereka.
"Sebentar aku telpon dulu," Kenan merogoh saku jaketnya dan mengambil ponsel.
Terdengar suara dering ponsel tak jauh dari saja.
"Kenan...." Seseorang berteriak memanggil dirinya membuat Kenan menoleh. Kenan pun mematikan ponselnya dan melambaikan tangannya.
"Sorry ya aku telat," pria itu meminta maaf.
"Tidak apa-apa, kami juga baru turun," kata Kenan.
"Ayo," ajaknya.
Temannya itu membantu Kenan membawa koper dan Kenan, Rita maupun Wulan mengikuti teman Kenan. Sampailah mereka di parkiran.
"Kalian masuk saja," kata Kenan kepada Wulan dan Rita. Mereka mengangguk dan segera masuk kedalam mobil. Sementara Kenan dan temannya masih menata koper di bagasi.
"Ini masih ada satu, bagaimana?" Tanya Kenan.
"Taruh diatas saja nanti biar ku ikat," kata temannya.
Setelah semua beres, Kenan dan temannya masuk kedalam mobil. Mobil melaju menuju daerah yang akan menjadi tempat tinggal mereka nantinya.
Bersambung....