Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.
Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.
Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?
~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."
- Al Ghifari Patiraja -
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8# Agreement
Aya terlihat suntuk nan lelah, seharian berdiri melingkarkan tangannya di lengan Ghi sepaket bulu mata palsu yang ditanggung itu rasanya kaya kaki mau copot, muka berasa turun... terlebih ia harus berpura-pura tersenyum lebar ketika memasuki sesi foto pernikahan berlangsung.
Netranya mengikuti jalanan yang terlihat mundur bersama ingatan yang terputar di otak, perasaannya tiba-tiba dibuat tak nyaman dan geli bersamaan saat di pikirannya kini membayangkan sesi foto tadi, dimana dirinya dan Ghi harus berlaga in tim, berpelukan dan saling pandang, hatinya pasti sudah tak beres, otaknya pun tak waras!
Dari sampingnya, Ghi menoleh singkat, melihatnya yang tengah melamun dalam perjalanan menuju hotel. Hotel?!! Yapp! Memang WO si alan. Paket wedding mereka mencantumkan pemesanan salah satu kamar suite hotel berbintang di daerah Bandung kota.
Meskipun tak se sweet kebanyakan pasangan pengantin lain yang memilih hotel berhawa dingin dan berpemandangan hamparan alam ciptaan Tuhan, tapi percayalah! Suasana syahdu benar-benar sudah tercipta di depan mata mereka.
Sepasang angsa terbuat dari selimut dan bantal love jelas terpampang di tengah kasur besar kamar mereka.
Aya melotot, "njirrr...apa-apaan nih?!"
Ghi melirik malas ke sampingnya dengan menggeret koper, Tuk! ia menyarangkan ketukannya di kepala istri kecilnya, "awshhh ish!" omel Aya.
"Cewek ngga pantes ngomongnya kasar gitu. Keep your mouth..." desisnya sinis di decaki Aya. Ghi langsung menjatuhkan dirinya di kasur besar itu, menyingkirkan si angsa hingga jatuh nyuksruk ke bawah lantai.
"Eh! Abang jangan tidur disini! Abang mendingan pesen lagi kamar. Ngga mungkin kan kita tidur satu kasur? Becanda nih abang..."
Ghi mengangkat kepalanya demi bisa melihat Aya, sesaat setelah ia membuat dirinya nyaman disana, "enak aja. Kamar ini sudah masuk ke dalam paketan WO. Uang saya tuh...kalau mau, kamu aja yang pesan sendiri, bayar sendiri."
Alis Aya langsung mengernyit dengan bibir maju 5 centi, "kok gitu?! Sekarang kan Aya udah jadi istri abang, abang dong yang harus biayain semua kebutuhan aku!" jumawanya mendebat, bagaimanapun istri itu prioritas suami, dan apa yang dikatakan istri mutlak dikabulkan suami! Itu enaknya jadi istri, begitu kata mama Rena.
Senyum smirk bercampur jahil Ghi tercipta di paras tampannya, "ohh, udah ngerti peran suami istri sekarang....kalo gitu ngerti juga dong kewajiban istri apa?" Ghi kini setengah bangkit menantang gadis so pintar yang mulai menurunkan tingkat kesombongannya, "engga." gelengnya, "yang Aya pelajari baru sampai di bab kewajiban suami." elaknya pintar!
Ghi mengangguk, mendengus greget, ingin rasanya ia menggetok kepala Aya sampai inti bumi, "oke. Kalo gitu sekarang saya ajarkan bagian bab hak suami!" Ghi benar-benar sudah bangkit dari kasur dan berdiri tepat di depan tubuh kecil istrinya membuat Aya terpundur demi memberikan jarak waspada, "abang jangan macem-macem sama Aya ya?! Gini-gini Aya udah sabuk biru!" gadis itu memasang kuda-kuda dan kepalan tangannya di depan dada, refleks anak taekwondo iye khann?! Ghi justru terkekeh sumbang melihat pertahan diri Aya dimana kepalannya itu cuma sebesar upilnya.
Hanya sepersekian detik saja Ghi mengayunkan tangannya, membuat Aya tersentak kaget dan refleks melawan, "chigi samsu..." ia menepis kepalan kuat Aya ke samping dengan keras hingga terdengar suara pletak!!
"Aduh!" perlawanannya terlambat, karena Ghi menyerang tanpa aba-aba dan disadari oleh Aya.
Dan blughh! Badan kecil Aya terjatuh di atas kasur dengan kuncian tangan oleh Ghi, "kkeokki samsu."
"Awwwww!!! Abang sakittt!" jeritnya.
"Katanya udah sabuk biru? Harusnya udah paham kalo lawan begini, 32 jurus loh harus udah dikuasai...jangan-jangan kenaikan sabuknya nyogok?" Ghi melepaskan kuncian tangannya di tangan Aya membuat gadis itu segera bangkit dari posisi riskan ini.
"Apaan sih! So tau! Ngga lucu, abang ngga pake aba-aba dulu!" kilahnya ngambek. Ghi hanya bisa menggeleng dan melenggang ke arah jendela kamar hotel, melihat pemandangan kesibukan kota dari sana dengan alis mengernyit. Sementara Aya manyun sambil menggusur koper miliknya dan duduk di tepian kasur.
"Kamu ngga usah geer dan berharap saya sentuh kamu tadi, ngga naff suu saya liat kamu yang kurus gitu," cibirnya menghardik. Hello! Yang benar saja, bohayy begini disebut kurus?
"Dih...abang yang toxic. Pikiran aku masih suci, ngga ada pikiran kesitu. Lagian just for your information sir, bb Aya 46 kilo. Kalo segitu disebut kurus, idealnya versi abang berapa? 100 kilo?" ia tertawa renyah.
Ghi menoleh dan menggeleng, "tinggi kamu sekitar 160 cm, idealnya itu 50 sampai 60an. Itu artinya kamu kurus."
Aya mendelik angkuh, "ohhhh idealnya versi aku itu emmhh, i don't care! Ngga usah ngurusin bb Aya, urusin aja uang jajan Aya." ia langsung meraih koper dan memuntahkan isinya.
"Pokoknya Aya tidur disini, titik." kekehnya sudah menaruh pan tatnya di kasur.
Ghi menatapnya lekat dari tempatnya, lantas beralih mengambil koper miliknya dan ikut mengeluarkan sesuatu. Aya kira Ghi akan pindah kamar nyatanya Ghi justru mengeluarkan sesuatu dari sana, secarik kertas dan pulpen. Bukan...bukan, bukan hanya secarik kertas kosong, namun sudah berisi kalimat panjang yang nyatanya harus ia baca dan tanda tangani.
"Baca, cermati, pahami, lalu setujui....jelas?!" tunjuknya mulai dari kata pertama hingga kini berhenti di pihak kedua Umanda Ranaya, dimana setengah kolom tanda tangan itu telah ditempeli oleh materai.
Niat banget! Alis Aya terangkat sebelah.
"Apa ini?" tanya nya memastikan jika judul cerita di bawahnya adalah perjanjian pernikahan, yang sudah pasti akan ada poin-poin merugikan untuknya, bau-bau ee ayam....Aya membaui kertas itu.
"Kamu SMA kan? Bisa baca?" tanya Ghi judes. Yang hanya dideliki Aya, "perjan-----" sisanya Aya membaca dengan suara bergumam, persis orang kumur-kumur dengan bola mata yang mengikuti bacaan secara cepat, untung tuh bola mata ngga ng'gelinding keluar dari tempatnya.
"Heh..."
"Becanda..."
"Apa-apaan..."
Komat-kamit Aya ketika menemukan kata-kata yang menurutnya tidak sesuai sila ke5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat....
"Interupsi!" ia mengangkat tangannya tinggi membuat Ghi menggeleng, "kamu tidak bo doh kan? Tadi intruksi saya apa?" Ghi menyilangkan kedua tangannya di dada menghadapi Aya, macam instruktur bela negara! Atau justru patung pahlawan revolusi!
"Baca, cermati, pahami, dan setujui....tidak ada kata interupsi disitu. Semua poin yang saya bubuhkan disitu sudah saya pertimbangkan, hitung-hitung biar ngga ada yang merasa dirugikan di dalam pernikahan."
Aya menyipitkan matanya melihat si patung jendral ahmad yani itu, curiga jika ia menikahi jelmaan raja Namrud saat ini!
"Kalo tiba-tiba Aya jatuh cinta sama orang lain, gimana? Atau bang ikan yang jatuh cinta sama cewek lain?"
Ghi terlihat mengangkat alisnya sebelah ketika Aya kembali bersuara, "yaaa...bisa jadi kan, siapa tau...namanya juga hati, perasaan manusia ngga bisa dipaksa kalo menemukan kenyamanan di luar, apalagi kondisi pernikahan Aya sama abang begini...ngga usah munafik."
"Maunya kamu seperti apa?" tanya Ghi.
"Maunya Aya, Aya mau hidup sama seseorang yang menginginkan dan mencintai Aya, terus mau perjuangin Aya, Ayanya juga begitu." balas Aya menantang pandangan Ghi. Sepertinya itu merupakan impian semua orang, bukan hanya Aya seorang.
"Kalau itu memang mau kamu. Kalau salah seorang dari kita menemukan hati yang lain, maka yang lain harus melepaskan..." jawab Ghi diangguki Aya meski keduanya sama-sama ragu karena mendadak wajah kedua pasang orangtua tiba-tiba saja terbersit di pikiran mereka.
.
.
.
.
bginilah klo crita yg menarik dan ga bosenin bwaannya sdikit z pdhl outhorny nulis sambil nundutan nhan ngntuk..mksh y ka upny..
keq'y s' Mama masih mikir nih mo bawa Aya²Wae kmn...
soal'y ampe sekarang s' Aya dan Mama gak nongol²...
lanjut
se ngefans itu diriku sama bpk ambarita 😂😂
ngikutt kemana ma.... ahhh digantung kaya jemuran g kering kering minnn.... hujan terus soalnya
apa mau nyusulin abang ikan ma?! /Grin//Grin/
semangat berkarya thor.