NovelToon NovelToon
DOA DI AKHIR SUJUD

DOA DI AKHIR SUJUD

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Chicklit
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Hai pembaca!
Kali ini, saya akan membawa Anda ke dalam sebuah kisah yang terinspirasi dari kejadian nyata, namun dengan sentuhan kreativitas yang membuatnya semakin menarik. Simaklah cerita tentang Halimah, seorang wanita yang terjebak dalam badai cinta, kekerasan, dan teror yang mengancam jiwa.

Semuanya bermula ketika Halimah bertemu dengan seorang pria misterius di media sosial. Percakapan mereka berlanjut ke chat pribadi, dan tak disangka, suami Halimah menemukan bukti tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi, dan Halimah dituduh berselingkuh oleh suaminya.

Halimah harus menghadapi cacian dan hinaan dari keluarga dan tetangga, yang membuatnya semakin rapuh. Namun, itu belum cukup. Ia juga menerima teror dan ancaman, bahkan dari makhluk gaib yang membuatnya hidup dalam ketakutan.

Bagaimana Halimah menghadapi badai yang menghantamnya? Apakah ia mampu bertahan dan menemukan kekuatan untuk melawan? Ikuti kisahnya dan temukan jawabannya. Jangan lewatkan kelanjutan cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DODIAKSU 19

Tiba-tiba, Ariyani menerobos antrian dan meletakkan semua barang belanjaannya di atas meja kasir. "Tolong total dulu semua punyaku, aku sedang terburu-buru!" katanya dengan nada sedikit ketus dan mengesalkan.

Halimah merasa kesal dengan kelakuan Ariyani dan memutuskan untuk menegurnya. "Loh, tidak bisa begitu, Mbak! Kita semua di sini juga sedang terburu-buru. Tolong budayakan mengantri!" katanya dengan nada tegas dan sedikit ketus.

Namun, Ariyani tidak merasa bersalah. Sebaliknya, dia semakin kesal dan merasa dirinya istimewa.

"Saya ini langganan setia di sini, bahkan saya kenal si pemilik toko!" katanya sambil berkacak pinggang dan menunjukkan sikap sombongnya.

Halimah melanjutkan dengan nada tegas, "Wah, bener-bener kamu ya! Meskipun kamu kenal dengan pemilik toko, tapi tetap saja kamu harus menghargai kami semua. Kami sudah lama mengantri, dan kamu tidak bisa seenaknya sendiri!"

Mata semua orang di sana tertuju pada Ariyani, yang semakin merasa dipermalukan. Ia mengeratkan giginya dan mengepal kedua tangannya, merasa malu dan marah.

Namun, tak lama kemudian, mobil Senia hitam muncul dan berhenti tepat di depan toko. Ariyani langsung berseru dengan nada tinggi, "Aku gak jadi belanja! Kalian semua memang menyebalkan!"

Ia melanjutkan dengan nada sombong, "Pacar ku sudah datang, lebih baik aku belanja ke kota daripada di sini, ketemu orang-orang yang tidak tahu diri seperti kalian!"

Ariyani kemudian berlalu dari sana, meninggalkan semua pakaian yang akan ia beli di atas meja. Semua orang di dalam toko merasa kesal dengan tingkah sombong Ariyani, dan mereka saling menatap dengan ekspresi tidak puas.

Mata Halimah terpaku pada mobil yang terparkir di depan toko, dan ia merasa seperti mengenalnya. Ia menatap lekat ke arah Ariani yang sedang membuka pintuk mobil dan masuk ke dalamnya.

"Mengapa mobil itu sangat mirip dengan mobil Mas Anton?" tanyanya dalam hati, merasa ada yang tidak beres.

Tidak lama kemudian, mobil itu segera pergi, meninggalkan tempat itu. Halimah, yang masih penasaran, berusaha mengejarnya. Ia berlari keluar toko, tetapi mobil itu sudah pergi cukup jauh. Saat itulah Halimah melihat sesuatu yang membuat jantungnya berhenti berdetak. Di bagian belakang mobil, terdapat stiker yang bertuliskan nama anaknya.

Halimah terduduk lemas di lantang, memegang erat tas yang ada di tangannya. Ia merasa seperti telah ditelan oleh kepedihan. Ia menyadari bahwa orang yang ada di dalam mobil itu adalah suaminya, dan ia sekarang sedang pergi bersama seorang wanita lain. Perasaan sakit dan pengkhianatan menyergap hatinya, membuatnya merasa seperti terjatuh ke dalam jurang yang dalam.

Hati Halimah terasa hancur berkeping-keping saat ia menyadari bahwa suaminya, Mas Anton, tengah bermain gila dengan wanita lain. Ia menangis tanpa suara, air matanya mengalir deras seperti hujan. Semua orang di sekitarnya terpaku, memperhatikannya dengan rasa iba.

Anha, yang melihat mbaknya dalam keadaan seperti itu, segera berlari dan menghampirinya. "Nyapo, Mbak?" tanyanya dengan menggunakan bahasa Jawa, suaranya penuh kekhawatiran.

Halimah mengangguk, isak tangisnya semakin pilu. "Tadi itu... mas mu, Ndok... yang di mobil tadi... itu mas mu," ucapnya terputus-putus.

Anha mengerti, matanya membelalak dengan rasa kesal. "Astaghfirullah! Jadi, wanita tadi... simpanannya Mas Anton! Pantas saja selama ini dia bersikap kasar sama Mbak... karena dia tengah dekat dengan wanita modelan begitu, Mbak!" ucap Anha, suaranya penuh kemarahan.

"Tapi sekarang, Mbak bisa bernapas lega," kata Anha dengan senyum penuh semangat.

"Bukan Mbak yang selingkuh, tapi Mas Anton sendiri yang telah mengkhianati kepercayaan Mbak! Sekarang, jika Mas Anton berani menuduh Mbak lagi, Mbak bisa membantahnya dengan percaya diri dan membuatnya tidak lagi berani menyakiti Mbak!"

Halimah mengusap air mata yang masih menggenang di pipinya, lalu bangkit dengan bantuan Anha. Ia mengambil napas dalam-dalam, memantapkan hatinya.

"Iya, mulai sekarang, aku tidak akan lagi membiarkan Mas Anton menindasku. Aku sudah cukup lama merasa bersalah dan tidak berani melawan, tapi kali ini, aku tidak akan lagi membiarkan diriku diperlakukan seperti ini!"

Anha tersenyum bahagia, melihat Halimah kembali bangkit dari keterpurukan.

"Aku bangga denganmu, Mbak!" katanya, merangkul Halimah.

Mereka berdua kemudian mengambil pakaian yang mereka beli dan segera pergi meninggalkan tempat itu.

Meskipun Halimah berusaha kuat dan tidak ingin memikirkan Anton lagi, namun hatinya tidak bisa berbohong. Bagaimana pun, mereka sudah menikah selama 20 tahun, waktu yang sangat lama untuk dilupakan begitu saja. Halimah tidak bisa melupakan kenangan indah dan pahit yang mereka jalani bersama.

Di sepanjang perjalanan pulang, Halimah hanya bisa melamun, meratapi nasib rumah tangganya yang telah hancur. Tatapannya kosong, seperti tidak ada lagi keinginan untuk hidup. Air matanya mengalir tanpa suara, mengiringi kesedihannya yang mendalam.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya mereka tiba di rumah. Halimah segera turun dan membawa masuk belanjaannya, tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Anha. Ia segera melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Anha yang masih berdiri di atas motor.

"Mbak, yang sabar ya! Ingat, serahkan semuanya kepada Allah," teriak Anha dari atas motor, berusaha menghibur hati Halimah yang terluka.

Halimah kemudian masuk ke dalam rumah, langkahnya terasa berat seperti ada beban yang menghimpit hatinya. Ia melempar semua barang belanjaan di atas kasur kamarnya, seperti melempar semua kesedihannya. Halimah membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar dengan tatapan sayup yang penuh kesedihan.

Karena kesal dan marah, perlahan Halimah menutup matanya, seperti mencoba menghilangkan semua kesedihan yang menghimpitnya. Ia terlihat tertidur pulas, walau air matanya tak berhenti menetes, seperti mengiringi kesedihannya yang mendalam.

Tak lama kemudian, terdengar suara mobil Rafa yang sudah datang. Rafa segera memarkirkan mobilnya, karena hari ini ia akan pulang untuk makan siang di rumah.

"Mak, aku pulang!" teriak Rafa sambil melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

Namun, Rafa tidak mendapatkan jawaban.

 "Loh, kemana Mak? Gak biasanya sepi begini," gumamnya, merasa ada yang tidak beres.

"Masak iya belum pulang sih, tapi pintu terbuka," tambahnya, semakin merasa khawatir.

Rafa segera bergegas masuk ke dalam rumah, mencari mamanya ke arah dapur, tapi tidak menemukannya. Ia kemudian mencarinya ke kamar, dan melihat mamanya tertidur pulas. Namun, Rafa merasa heran, pipi mamanya terlihat basah seperti air mata yang telah mengering.

"Mak, kenapa ya? Kayak abis nangis," gumam Rafa, merasa khawatir. Ia berusaha memahami apa yang terjadi, tapi tidak ingin membangunkan mamanya. "Biarkan mamak tidur dulu lah, nanti kalau sudah bangun aku bisa bertanya nanti," pikir Rafa.

Rafa kemudian meninggalkan kamar Halimah dan menutup pintu kamar mamaknya dengan perlahan, berusaha tidak mengganggu mamanya. Ia kemudian menuju dapur untuk makan siang, mengambil piring dan duduk di kursi. Saat ingin mengambil nasi, tiba-tiba ada yang memanggil namanya dari luar.

"Rafa..." Teriaknya, suara yang tidak asing bagi Rafa.

"Siapa sih, baru saja mau makan," gumam Rafa kesal, merasa terganggu.

1
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
dah selingkuh main pelet2an ckckck 🤦‍♀️
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
jangan mauu /Scream/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Anton makin tega, Halimah sabar banget 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
/Cry/ yahhh yahhh
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
suka sama gambar2 visual pilihan author 🥰
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang bpkmu sengklek kyk tumor kankerr 🤣
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang niat bnget cari kesalahan Halimah 😭 padahal Dy yg slingkuh
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.
eh kok mt.. ke gc 🤣🤣
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂
lanjut yi.. nggak sabar pengen liat si Anton itu menyesal
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa buk.. ini jg lgi berusaha.. oleng ke mt mulu buk
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
eehh /Panic/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
hddehhh play victim 😤😤
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
pasti mau tinggal bareng sama selingkuhannya 😌😏
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
si Anton dah beralih ke lain hati, 🤧🤧 makanya berubah jdi suami kamvrett, lebih baik pisah aja jngn mengharapkan hal yg mustahil Halimah 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang kyk betina si Anton ini 😂😂🤣🤣
Manik🌼
satu iklan untuk kamu /Drool/
Manik🌼
bener sih kata anha
Nar Sih
sabarr ya halimah
Nar Sih
dri bhsa nya ini cerit orang jawa ya kak thorr ,tpi sedih dan lucu
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa Halimah orang Jawa di cerita ini
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Halimah cepat pisah dari Anton, daripada kamu stress di hina & direndahkan terus 😭😭🤧
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
untungnya si Rafa dah gede & Halimah bisa cari uang sendiri, mang suami gak guna si Anton 🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!