NovelToon NovelToon
My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Isma Wati

Squel Flight Attendant.


Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membuang Rasa

Daniel terus menggerakkan bibirnya diatas bibir Denisa yang terkatup, Daniel bahkan sampai memejam menikmati sajian pembuka yang cukup memabukkan, manis, lembut, rasanya tak ingin berhenti, bagai makan kacang. Tapi- disela-sela ciumanya Daniel merasakan ada rasa asin.

Daniel membuka mata, tatapannya bertubrukan dengan mata Denisa yang basah.

"Denisa!" mau tak mau Daniel menarik bibirnya, dan tangannya terangkat untuk menghapus air mata itu, sayang Denisa menghindar dan memilih menghapus sendiri air matanya.

"Keluarlah!"

"Denisa!"

"Aku bilang keluarlah."

Danile tak menyangka jika respon Denisa akan seperti ini.

Denisa memang tidak membalas ciumanya, tapi Daniel sangat yakin lama-kelamaan Denisa akan terhanyut oleh perlakuan lembutnya, nyatanya dia salah, Denisa justru menangis.

Daniel menghembus nafas berat dan membuang pandangan, kemudian kembali menatap Denisa yang mau dalam keadaan bagaimanapun, sekarang Denisa selalu terlihat sangat cantik dimatanya.

"Aku minta maaf, apa perlakuan ku menyakiti mu?"

"Keluarlah, Dara suka bangun jika tidak tidur dikamarnya," usirnya tidak ingin membahas apapun tentang dirinya.

"Jika dia bangun pasti kedengeran, kamar kita saling terhubung," masih menatap lekat Denisa "jelasin, apa aku nyakitin kamu? apa rasa yang dulu sudah tidak ada Denisa?"

"Jangan melewati batas, kamu sudah bertunangan, Amanda itu wanita baik, begitu juga padaku selama ini. Aku tidak mungkin menyakitinya," memilih tidak menjawab pertanyaan Daniel, itu sudah tidak penting.

Daniel mengusap wajah gusar, seperti ada yang disembunyikan Denisa melihat dari respon wanita itu.

"Kami dijodohkan Denisa, aku tidak mencintainya."

"Terus? apa hubungannya dengan ku? itu bukan urusanku," jawab Denisa ketus, "keluar atau aku yang keluar."

Daniel memijit keningnya, ini memang tidak ada urusannya dengan Denisa. Daniel berdehem menghilangkan kecanggunganya. "I'm sorry Mami, yang tadi aku khilaf," mencoba mencairkan suasana.

"Terserah apapun itu, dan ini," tunjuk Denisa pasport tadi, "apa maksud anda membuat pasport ini? Aku bisa membuat sendiri, anda membuatku tidak memiliki privasi dalam hidupku, apa aku harus mengganti identitas ku?"

"Aku membuatnya jika suatu saat kita akan jalan-jalan ke negara tetangga. Dara bilang maminya tidak pernah mengajaknya jalan-jalan ke seberang, makanya aku membuatnya. Jika aku hanya membuatkan milik Dara, bagaimana dengan Mami? Mami juga harus ikut, anak pintar papi nggak mau jalan-jalan kalau maminya tidak ikut."

"Keluarlah, aku mau istirahat," malas membahas hal itu Denisa kembali mengusir Daniel, kepalanya semakin pusing saja.

"Wanita selalu menghindar jika diajak membahas yang padahal dia juga suka. Hem baiklah Mami, aku sudah membelikan kamu dan Dara pakaian ganti, aku harap kamu suka dengan pilihan ku. Kita kesini untuk liburan, aku harap Mami juga menikmatinya,"

"Bisa panggil namaku saja? Aku tidak nyaman mendengarnya."

"Apa? My wife? beri aku dua pilihan saja, Mami atau my wife."

Denisa menghembus nafas lelah. "Terserah sajalah, yang penting jangan ditempat umum panggil seperti itu." Denisa mengalah karena merasa waras.

Daniel menyunggingkan senyum, selalu suka membuat lawanya mengalah.

"Oke Mami my wife," kerling Daniel matanya sebelum dia keluar dari kamar Denisa.

"Dasar duda genit." Denisa terduduk di tepi ranjang, dia bingung dengan sikap Daniel yang terkadang lembut, terkadang meninggikan suaranya. Tapi sebisa mungkin dia menghindari perasaan yang mungkin saja datang, tak bisa berbohong, ada rasa aneh yang menggelitik saat Daniel menciumnya tadi.

Denisa meraba bibirnya. "Berikan kekuatan untuk ku Tuhan, jangan sampai aku melakukan kesalahan lagi, dan terlena dengan masa lalu."

* * *

"Kenapa Papa nggak cerita kalau mas Daniel itu duda?" cebik Amanda bibirnya sambil memijat kaki sang papa, keadaan papa Amanda sudah membaik, tapi tetap harus dikontrol oleh dokter yang menanganinya.

"Kamu sudah tahu?"

"Mas Daniel yang kasih tahu sendiri."

"Papa pikir itu tidak masalah, bu Dina bilang Daniel menikah karena terpaksa, pernikahan itu hanya bertahan enam bulan, dan tidak terjadi apa-apa setelahnya, pernikahan itu hanya bentuk tanggung jawab Daniel terhadap gadis yang menjebaknya."

"Menjebak?" Amanda menatap wajah papanya yang terlihat sedikit segar.

"Iya, Daniel sebenarnya mencintai kakak gadis itu, kakaknya menikah dengan seorang pilot yang juga merupakan teman Daniel, disaat Daniel sedang patah hati, gadis itu datang dan menemani Daniel disebuah club malam. Daniel mabuk, dan gadis itu memanfaatkan keadaan Daniel yang tak sadarkan diri, dan terjadilah hal yang tak diinginkan itu," papa Amanda menceritakan yang mama Daniel ceritakan padanya.

"Astaga murahan banget tuh cewek," gumam Amanda, "kasihan mas Daniel, terus gimana wanita itu sekarang?"

Papa Amanda memgendikkan bahu. "Papa juga nggak tahu. Itu hanya cerita masa lalu Daniel, sepertinya hanya kenakalan remaja sesaat. Tapi Papa kembalikan lagi sama kamu, mau melanjutkan apa tidak."

"Apa mas Daniel tidak mencari mantan istrinya? mas Daniel nggak nikah lagi kan setelah perceraian mereka, Amanda takut mas Daniel cari mantan istrinya."

Papa Amanda diam, dia nampak memikirkan sesuatu.

"Bagaimana hubungan kamu dengan Daniel?"

Amanda sedikit terkejut dengan pertanyaan papanya, dia bingung harus menjawab apa. Jujur dia sudah mencintai Daniel, tapi untuk melanjutkan juga rasanya dia ragu.

"Mas Daniel baik Pa, nyatanya dia jujur dengan statusnya dulu, dia juga anterin Amanda kemarin, belain pakai armada yang padahal udah bukan jam operasi-nya lagi."

Papa Amanda mengagguk "Sebenarnya bukan jawaban itu yang Papa mau, maksud Papa apa dia menerima kamu?"

Amanda Diam.

"Jangan dipaksakan kalau kamu ragu, Papa hanya mengenalkan kamu padanya, bertunangan bukan berarti harus menikah, kalau kamu merasa tidak cocok jangan dilanjutkan. Hubungan bakal langgeng kalau cinta laki-lakinya lebih besar, tapi-"

"Mas Daniel cinta sama Amanda Pa. Dia akan mempercepat pernikahan jika Papa sudah sembuh." Potong Amanda ucapan papanya.

Papa menarik nafas panjang "Kamu anak Papa satu-satunya Amanda, dan umur Papa mungkin tidak akan lama lagi, jadi Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu," mata Papa sudah mengembun.

"Papa jangan bicara seperti itu," Amanda bangkit dari duduknya dan memeluk tubuh papanya yang terasa hangat, "jangan pikirin Amanda, pikirin kesehatan Papa aja. Amanda makasih sudah kenalin dengan mas Daniel. Amanda bahagia Pa," dustanya, walau dia belum tahu bagaimana jalan kedepannya bersama Daniel, tapi Amanda akan berjuang mendapatkan hati Daniel.

* * *

Sore menjelang, matahari sudah akan bersembunyi keperaduanya, setelah perdebatannya dengan Daniel, Denisa benar terpejam, seperti tak ada beban dalam hidupnya.

"Astaga," Denisa langsung melihat jam di ponselnya saat terbangun, jam 17.30. Berarti dia sudah tidur beberapa jam.

"Dara!" cepat Denisa turun dari tempat tidur, teringat dengan anaknya, Denisa menggulung rambutnya asal.

Saat keluar kamarnya, Denisa langsung melihat Dara sedang tertawa riang bersama Daniel. Daniel mengajak Dara berenang, dengan Dara berada dipunggung Daniel.

"Ayo Om, lagi Om, kita keujung sana," tunjuk bocah cantik yang rambutnya hanya basah dibawahnya saja.

"Mamiii," dia melambaikan tangannya saat melihat Denisa yang hanya beridiri tak jauh dari kamar.

"Dara, bilang sama mami, kita haus," ucap Daniel berbisik Dara disebalik punggungnya.

"Miii, haus," teriak bocah itu menurut apa yang diperintahkan Daniel.

"Papi juga haus Miii," Daniel juga ikut berteriak.

Denisa mendelik mendengar panggilan Daniel yang begitu kencang, ini didepan Dara loh, apalagi melihat Daniel yang tertawa, seakan mentertawakannya yang kesal.

"Om mau beneran jadi Papi Dara?" tanya Dara dan itu terdengar oleh Denisa.

"Mau donk, Dara maukan punya papi?"

"Mau Om, mau banget, iyakan Mi?" tanya Dara pada Denisa yang masih berdiri ditempatnya.

Denisa tak tahu saja obrolan mereka saat dia tertidur, Dara yang memang menginginkan papi begitu mudah dihipnotis dengan kata-kata manis Daniel.

1
Mhyta
Kecewa
Mhyta
Buruk
Mhyta
ijin mampir yah thor
Yune Z
kata daniel geh klau udh ke psikolog tp dia msh ttp bgtu.. brrt emg aslinya bgtu
Ririn Nursisminingsih
amanda2 jg suka salahin danisa semua berawal dari kmu sendiri udah tau daniel ndak cinta maksa pingin dinikahin...
Ririn Nursisminingsih
amanda ni klaun ngomong sembarangan... danisa. bukan murahan atau jalang dia juga ndak salah daniel aja yg bikin ulah
Yune Z
gentle abis❤❤❤
Ririn Nursisminingsih
.bagus kok karyamu... buktinya a baca berkali2 ndak bosen
Ririn Nursisminingsih
enak aja bilang danisa murahan kmu aja yg ndak tau diri amanda.. udah tau dari awal maksa aja
Ririn Nursisminingsih
daniel kmu kurang ajar pingin tak gibengae
Strobeŕry
Luar biasa
Nita Aja
panggilan keramat 😂😂
Nita Aja
apapun yg diucapkan ricko gak ngaruh, mas Daniel udah tergila2 sama denisa...
Nita Aja
Daniel takut ketikung langsung to the point.
Ririn Nursisminingsih
dulu hamul dicerai karena jelek dekil sekarang mnyesal. kmu daniel.
Ririn Nursisminingsih
thor a bca karyamu ini berkali2 kok ndak bisen yaa
shandy
jodohnya wahyu otw
Taty Hartaty
jodoh Amanda kali tuh yg pernah dia tabrak /Grin/
Taty Hartaty
wkwkwk, Daniel dan Ricko jadi saudaraan deh
Agustin Indah Setiyaningsih
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!