Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersiap Pergi Ke Pesta
May datang pagi-pagi sekali, dia sudah menyiapkan beberapa gaun yang bisa di pakai Erina di pesta hari ini. Dia juga tak lupa membawa seorang perias handal untuk mendandani istri bosnya agar terlihat cantik sempurna.
“Buat dia secantik mungkin.” Perintah Arga pada sang perias.
“Baik, Tuan”
Erina seketika dikerubungi banyak orang, yang membantunya menyiapkan segala keperluannya. Untungnya saat ini keadaannya sudah jauh lebih baik dari pada kemarin. Dia yakin jika acara hari ini pasti akan menguras semua energi kehidupannya hingga tak tersisa. Makanya pagi-pagi sekali dia sudah minta di buatkan makanan yang bergizi dan segelas susu pada pelayan di dapur untuk menambah staminanya.
Setelah semuanya selesai, Erina menghampiri kaca yang ada di ruang gantinya. Dia tersipu saking takjubnya. Ternyata dia bisa tampil secantik dan seanggun ini, jika dia laki-laki dia pasti akan naksir pada dirinya saat ini. Erina terkekeh dalam hati.
Erina segera turun dari kamarnya untuk menjumpai Arga yang sudah menunggunya di bawah.
“Kenapa lama sekali?” Wajah Arga seketika memerah saat melihat Erina melangkah mendekatinya. Dia buru-buru memalingkan wajahnya sebelum gadis itu menyadarinya.
Sialan, kenapa dia cantik sekali.
Kakek dan juga Bibi Sofia sampai terpana melihat penampilan Erina saat ini. Gaun cocktail yang dia kenakan memamerkan bahunya yang putih bersih, lekuk tubuhnya terlihat sangat jelas menambah kesan anggun pada dirinya. Sepatu bertumit tinggi yang ia kenakan membuat setiap langkahnya semakin memukau.
“Siapa yang memberikan gaun jelek itu padamu?” Arga memekik mengernyitkan keningnya.
Sebenarnya bukan jelek, gaun itu bahkan terlalu bagus jika Erina memakainya. Terlalu ketat hingga memamerkan bentuk tubuh molek istrinya, yang bahkan baru dia sadari saat ini. Belum lagi bahunya yang terbuka lebar mata laki-laki mana yang tidak akan melotot melihat pemandangan indah seperti itu.
Semua orang disana saling bertatapan tak mengerti, apanya yang jelek? Jelas-jelas gaun itu terlihat sangat indah di tubuh Erina. May yang merasa bertanggung jawab menghampiri Arga.
“Maaf Tuan, tapi bukankah Nona Muda terlihat sangat anggun dengan gaun yang ia kenakan saat ini? Sama seperti permintaan anda kemarin.”
Ya, dia memang ingin agar istrinya terlihat cantik dan anggun, tapi dia sama sekali tidak menyangka jika istrinya akan berubah menjadi gadis yang sangat menggiurkan seperti saat ini.
“Apa aku terlihat bodoh? Bagaimana mungkin aku memamerkan tubuh istriku di hadapan semua orang yang hadir di sana, Hah!”
“Maafkan saya Tuan, saya akan mengganti gaun Nona Muda dengan gaun yang lebih tertutup.” Tanpa babibu Sekretaris May segera menggandeng tangan Erina untuk kembali ke atas.
Eh, tapi aku tidak mau ganti baju, aku suka gaun ini. Erina hanya bisa merengek dalam hati kecilnya.
Bibi Sofia dan Kakek juga sudah menggerutu, protes pada Arga karena dia sudah mengatai Erina jelek. Lebih-lebih Kakek, dia benar-benar tidak terima Erina dikata-katai jelek oleh cucunya itu. Namun Arga tetap kekeuh pada pendiriannya, dia benar-benar tidak rela jika tubuh dan wajah cantik istrinya dinikmati oleh orang lain selain dirinya.
“Apanya yang jelek. Hah! Jelas-jelas Erina terlihat sangat cantik. Apa matamu sudah mulai rabun!” Kakek sampai mengomeli Arga panjang-lebar. Dia benar-benar tidak terima Erina yang tampil secantik itu di kata-katai jelek. Bibi Sofia hanya bisa menenangkan Kakek, berusaha menahan agar tongkatnya tidak melayang ke kepala Arga.
Di dalam kamar muka Erina sudah berubah masam. Dia harus mengganti bajunya dengan baju yang lebih tertutup, bahkan Sekretaris May menambahkan blazer untuk menutupi pundak Erina.
Apa-apaan dia itu, aku yang secantik ini masih juga dibilang jelek. Apa matanya rabun, sepertinya selain ke psikolog dia juga harus pergi ke dokter mata.
Lima belas menit sudah berlalu, Erina sudah berdiri dihadapan Arga dengan gaun yang jauh lebih tertutup dari pada yang ia kenakan di awal. Namun tetap saja Arga masih protes karena wajah Erina dirasa masih terlalu cantik.
Bagaimana jika lai-laki yang ada di sana berfikiran kotor saat melihat istriku? Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Setelah berfikir cukup lama akhirnya Arga mengurungkan niatnya untuk mengajak Erina. Dia memutuskan untuk pergi ke pesta seorang diri. Karena di sana, dia juga sudah ada janji penting dengan koleganya yang tidak mungkin dia batalkan begitu saja. Dia berniat menghadiri pesta itu sebagai bentuk formalitas pemilik hotel tempat berlangsungnya acara. Itu saja, tidak lebih.
Bagaimana dengan rencananya memanas-manasi Clara? Ah, sudahlah. Persetan dengan gadis itu, yang ada di pikiran Arga saat ini hanya satu. Erina tidak boleh di lihat oleh laki-laki manapun selain dirinya.
Kakek dan Bibi Sofia sudah mencak-mencak, protes dengan keputusan Arga yang di rasa sangat egois. Apalagi Erina, gadis itu sudah pundung duluan dan segera berlari ke dalam kamarnya. Dia benar-benar sangat kecewa. Bahkan dengan semua persiapan dan pengorbanannya sedari pagi sama sekali tidak bernilai di mata laki-laki itu.
Kenapa dia mempermainkanku sampai separah ini? Jika tidak berniat mengajak kenapa dia menyuruhku untuk bersiap-siap. Dasar laki-laki egois, laki-laki gila, semoga kamu dapat karma yang setimpal.
Erina sudah mengumpat sambil memukul-mukul guling yang sama sekali tidak bersalah. Melampiaskan semua kekesalannya pada bantal yang dia lemparkan hingga teronggok di lantai, tidak berdaya.
Erina hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya, dia sudah mengacak-acak semua yang ada di atas kasur. Guling, bantal, bahkan selimut sudah berhamburan kemana-mana.
Biar, biar laki-laki itu tahu sebesar apa rasa kecewa yang sudah dia berikan padaku!
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...