Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I love you too
Wajah Sherin berbinar sempurna saat netranya menangkap sosok pria yang tengah melambaikan tangannya dari dalam mobil. Sudah beberapa hari ini Sherin tidak bertemu dengan pria itu karena dia baru saja kembali dari luar negeri. Kaki jenjang Sherin segera berlari kecil menghampiri mobil berwarna hitam itu.
"Hay sayang??"
Suara berat yang begitu Sherin rindukan itu kembali menyapa telinganya.
"Hay, kamu udah dari tadi??"
"Baru sampai"
Pria itu bahkan memasangkan seatbelt untuk Sherin. Salah satu hal yang membuat Sherin melabuhkan hatinya pada pria di sampingnya, ialah karena perhatian kecil seperti itu.
"Makasih ya kamu udah repot-repot jemput aku, padahal kamu aja baru sampai di Jakarta"
Kekasih Sherin itu memang beberapa hari ini tegah bepergian ke luar negeri untuk mengurus bisnisnya.
"Buat kamu nggak ada yang repot sayang. Tapi, kita mau kemana dulu nih?? Jangan langsung pulang ya?? Aku masih kangen sama kamu" Pria itu mengusap lembut kepala Sherin.
"Terserah kamu, tapi makan dulu lebih baik kali ya. Aku laper banget Zain"
"Siap Tuan Putri. Ayo kita jalan"
Zain yang lembut pada Sherin, sikapnya yang humoris dan hangat. Serta dia yang selalu mengerti Sherin membuat Sherin tidak punya alasan lagi untuk menolak Zain ketika pria itu menyatakan cinta kepadanya.
Sejak adanya Zain, hidupnya yang beberapa tahun monoton hanya pada tumpukan pekerjaannya saja menjadi lebih berwarna.
Usia Zain memang lebih tua tga tahun dari Sherin. Tapi menurut Sherin, sikap Zain bisa menjadi lebih dewasa daripada dirinya meski sebenarnya kedewasaan seseorang tidak bisa di ukur dari usia.
Keduanya telah tiba di restoran seafood sederhana favorit Sherin. Dia suka makan di sana karena bisa memilih sendiri seafood yang masih hidup dan segar.
"Kamu mau yang kaya biasa kan??" Tanya Sherin pada kekasihnya.
"Kamu selalu tau apa yang aku mau. Aku cari meja dulu" Pria kebule-bulean itu segera menjauh dari Sheri untuk mencari tempat duduk.
Sekilas Sherin menatap punggung pria itu mulai menjauh darinya. Pria tinggi dan gagah berparas tampan itu selalu menjadi perhatian di manapun dia berada, termasuk saat ini. Apalagi keberadaan mereka di Resto sederhana sedangkan penampilan Zain masih rapih dengan setelan jasnya, sepatu mengkilap juga rambut klimisnya, padahal pria itu baru saja kembali dari luar negeri.
Sudah beberapa kali mereka makan di sana. Selama itu pula Zain tak pernah protes atau keberatan menemani Sherin makan di tempat sederhana seperti itu. Poin plus yang menambah nilai untuk Zain di mata Sherin.
Kini keduanya duduk saling berhadapan seperti pelanggan yang lainnya. Keadaan resto yang cukup ramai, juga mengolah makanan laut yang masih segar tentunya butuh waktu yang cukup lama. Sehingga pasangan kekasih itu hanga bisa menikmati minumannya terlebih dahulu.
"Zain, sebenarnya ada yang mau aku katakan sama kamu??"
Pria tampan dengan jambang tipis memenuhi rahangnya itu menaikkan sebelah alisnya.
"Mau ngomong apa?? Kok tiba-tiba serius gini?? Jadi deg-degan deh" Kekasih Sherin itu masih sempat bercanda.
Sebenarnya Sherin gugup untuk mengutarakan niatnya. Biar bagaimanapun dia perempuan, tapi dia justru ingin menanyakan perihal hubungan mereka sesuai keinginan orang tua Sherin kemarin.
"Emmm, mengenai pertanyaan kamu waktu itu, apa boleh aku jawab sekarang??"
Tapi untung saja, Zain sempat mengutarakan keinginannya untuk menikahi Sherin beberapa waktu yang lalu.
"Pertanyaan?? Yang mana??" Zain tampak belum mengerti ke arah mana pembicaraan Sherin.
"I-itu yang waktu itu kamu bilang mau melamar aku" Sherin memejamkan matanya menahan malu. Meski hubungan keduanya sudah dua tahun namun Sherin masih agak canggung dengan Zain.
"Uhukk.. Uhuk..." Zain tersedak minumannya karena terlalu terkejut dengan ucapan Sherin.
"Pelan-pelan Zain" Sherin mendekati Zain untuk menepuk punggung lebar kekasihnya itu.
"Memangnya apa jawaban kamu sayang??" Tanya Zain setelah bisa mengendalikan dirinya.
Sherin kembali duduk, dia terlihat menarik nafas panjangnya seperti sedang meyakinkan dirinya jika langkah yang dia ambil ini sudah benar.
"Aku mau, aku mau jadi istri kamu"
Sherin langsung bisa melihat binar bahagia di wajah Zain.
"B-benarkah sayang??" Anggukan tegas dari Sherin membuat Zain langsung mendekati Sherin, memeluk ya dengan erat meski di hadapan banyak orang.
"Makasih sayang. Akhirnya aku bisa memiliki kamu seutuhnya"
"Iya Zain, tapi lepas dulu dong. Malu di lihatin banyak orang" Zain yang sadar akan puluhan pasang mata menatap ke arahnya menjadi kikuk sendiri. Dia menggaruk leher belakangnya kemudian kembali duduk manis di kursinya.
"Tapi kamu nggak bercanda kan sayang??" Zain memastikan sekali lagi.
"Aku serius Zain, maaf karena rasanya kurang pas aku menjawabnya di tempatnya gini"
"Nggak masalah sama sekali sayang. Dimana pun itu asal jawaban kamu setuju untuk menikah denganku, maka tidak ada masalah"
Sherin senang karena melihat reaksi Zain yang di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka jika Zain terlihat sebahagia itu.
"Tapi apa yeng membuat kamu tiba-tiba memberikan jawaban sekarang?? Sebelumnya kamu nggak menyinggung apapun tentang permintaan ku waktu itu"
"Maaf karena ini membuat kamu terkejut, tapi aku rasa, kita memang sudah waktunya ke jenjang yang lebih serius lagi. Kita udah sama-sama dewasa dan juga keuda orang tua kita sudah menginginkan kita untuk menikah. Jadi aku pikir, mau tunggu apa lagi"
Zain meraih tangan Sherin yang berada di atas meja. Menggenggamnya dengan sesekali mengusap punggung tangan Sherin.
"Kamu benar sayang, kita memang sudah waktu ya menikah. Aku janji akan selalu membahagiakan kamu. Aku akan selalu ada buat kamu dan anak-anak kita nanti. I love you sayang"
Hati Sherin kembali terenyuh mendengar janji Zain itu. Entah mengapa dia merasa kalau hanya Zain yang bisa menepati janji-janji manis seperti itu.
"Aku percaya sama kamu Zain. I love you too"
"Ya Allah, semoga langkah yabg aku ambil ini adalah langkah yang Engkau ridhoi. Aamin"