Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpustakaan
Saat ini Alana tengah berdiri di hadapan seorang pria dengan rambut coklat dengan mata senada yang hanya sibuk dengan berkas yang ada di hadapannya. Suasana di tempat ini terasa begitu hening dan juga sepi tanpa ada yang mengatakan satu katapun. Ini sudah setengah jam Alana berada di sini tapi pria ini tidak juga membuka mulutnya.
“Permisi, apa ada yang ingin anda sampaikan tuan, walaupun saya hanya seorang pelayan biasa akan tetapi saya juga memiliki pekerjaan yang harus saya lakukan,” ujar Alana yang mulai tidak sabaran dengan sikap pria yang ada di hadapannya ini.
“Huh maafkan saya, tadi saya sedikit lupa jika ada Anda disini,” dengan senyuman cerah tapi Alana tahu bahwa itu hanya senyuman palsu dari pria tersebut.
“Ternyata begitu, tidak apa tuan,” jawab Alana dengan membalas senyuman menyebalkan dari pria tersebut. ‘Lupa katanya? Jelas-jelas sedari tadi ia terus memperhatikanku. Dasar pembohong kelas kakap,’ batin Alana.
“Baiklah jika begitu maka Alana, apa Anda mengenal Mona? Pelayan yang di temukan meninggal dunia beberapa hari yang lalu,” tanyanya dengan menatap penuh interogasi pada Alana.
“Ya tentu saja kami saling mengenal. Kami adalah teman,” jawab Alana dengan biasa saja. Ia sebenarnya grogi tapi untungnya ia bisa menahan perasaan tersebut.
“Begitu, jika kalian cukup dekat seperti itu berarti Mona tentunya pernah bercerita sesuatu pada Anda?” tanyanya lagi.
“Hmm kami tidak pernah berbicara terlalu pribadi, ia hanya sering mengatakan jika pekerjaan saya lebih baik darinya. Dimana pada saat itu saya yang menjadi pelayan pribadi yang mulia hanya bekerja di waktu pagi hari saja sedangkan dia harus mencuci begitu banyak di setiap harinya,” jelas Alana. Ia mengatakan semua hal dengan jujur tanpa menutupi apapun.
“Apa kalian pernah berselisih?” tanyanya. Mendengar hal tersebut Alana dengan yakin menggelengkan kepalanya.
“Apa dia memiliki tekanan batin akhir-akhir ini atau mungkin berselisih paham dengan seseorang?” lagi-lagi Alana menggelengkan kepalanya dengan begitu yakin. Karena setaunya Mona tidak pernah memiliki selisih paham dengan orang lain.
Introgasi berjalan dengan cukup lancar hingga beberapa saat Alana telah di persilahkan untuk keluar dari tempat tersebut.
“Terimakasih atas waktunya, sekarang Anda sudah boleh pergi,” ujar priai tersebut. Alana terdiam sejenak lalu tersenyum ramah. “Saya juga senang karena bisa membantu,” ujarnya lalu pergi dari tempat tersebut.
Diperjalanan pulang Alana terdiam memikirkan sesuatu, wajahnya benar-benar berpikir keras saat ini. ‘Jadi mereka memperkirakan jika kejadian itu terjadi pada pukul 8 malam di saat semua orang sedang sibuk makan malam. Kemudian tidak ada di temukan bukti apapun di tempat kejadian kecuali bayangan hitam yang di lawan oleh Rion,’ pikir Alana. Siapa sangka pada saat introgasi tadi Alana dengan perlahan memperhatikan dokumen yang ada di depan pria tersebut tanpa di sadari. Dengan begitu Alana bisa mendapatkan beberapa informasi penting tanpa harus banyak melakukan sesuatu.
“Huh, sepertinya aku nanti harus ke perpustakaan untuk mencari tau tentang makhluk aneh itu,” gumamnya lalu berjalan dengan santai kembali pada tempatnya bekerja.
Di ruang kerja putra mahkota saat ini Rion hanya diam tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Robin yang ada di hadapannya juga bingung harus melakukan apa. Sejak pagi tampaknya pria ini sedang di rundung badai. Wajahnya terlihat begitu mendung.
“Yang mulia, apa anda ingin sesuatu?” tanya Robin yang sudah tidak tahan dengan situasi ini. Tapi lagi-lagi Rion tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam dengan posisi yang masih sama sejak beberapa jam yang lalu.
‘Oh astaga apalagi yang salah kali ini,’ batinnya.
“Bagaimana dengan penyelidikkan mengenai kematian pelayan tersebut apa telah ada titik terang?” tanyanya kemudian yang membuat Robin bisa bernafas tenang karena akhirnya Rion sudah mau berbicara sesuatu padanya.
“Masih dalam penyelidikkan yang mulia, lagipula bukankah hal ini Anda tugaskan pada Bastian, pria itu pasti akan menanganinya dengan sangat baik yang mulia,” yakin Robin. Karena ia tahu betul bagaimana dengan sikap bastian yang begitu terobsesi dengan penyelidikkan seperti ini. Pria itu bahkan tidak akan berhenti sebelum mendapatkan jawaban dari semua masalah atau kasus yang di berikan padanya. Tapi yang menjadi permasalahan adalah bahwa Bastian adalah pria gila yang akan melakukan segala cara untuk tujuannya walaupun illegal sekalipun.
‘Dia adalah pria gila akan tetapi jika di bandingkan dengan pria yang ada di depanku ini maka Bastian masih terbilang cukup waras,’ batin Robin dengan memperhatikan Rion.
“Kenapa melihatku seperti itu? apa mau kucungkil bola matamu!” kesal Rion dengan menatap tajam pada pria tersebut.
“Maafkan saya yang mulia,” jawab Robin dengan begitu cepat.
Kembali pada Alana yang kali ini tengah sibuk melanjutkan pekerjaannya. Ia dengan giat melakukan hal tersebut hingga tangannya terhenti dengan sebuah baju berwarna hitam. Alana menyipitkan matanya lalu mendekatkan baju tersebut tepat di hidungnya. Setelah mencium baju tersebut pandangan Alana berubah tajam dengan cepat. “Ini amis darah,” gumamnya lalu kembali melirik pada baju hitam tersebut.
Ia menatap sekitar dengan seksama, suasana di tempat ini memang terbilang sangat sepi. Bahkan ia hanya bisa mendengar suara angin yang bertiup dengan begitu pelan meniup beberapa kain yang telah ia jemur sebelumnya.
Alana dengan cepat kembali mencuci baju tersebut dengan begitu cepat lalu berlalu dari tempat tersebut. Ia hanya memiliki firasat buruk jika terus berada di tempat ini. Kali ini Alana tidak punya pilihan kecuali pergi menuju ke perpustakaan istana dan mencari tahu. Lagipula novel yang ia baca saat di bumi sama sekali tidak membahas mengenai tragedi seperti ini. Karena pada dasarnya pelayan-pelayan ini memang sudah mati di awal cerita karena Rion yang mengamuk tapi karena Alana mengubah plotnya hingga hal\=hal tidak terduga pun terjadi di tempat ini.
“Huh, mendadak novel ini menjadi novel horor sungguh menyebalkan,” gumamnya saat telah berada tepat di pintu masuk perpustakaan yang terlihat begitu suram.
semangat terus ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor