Area 21+
Anak di bawah umur dilarang mendekat.
Tentang Bianca yang memendam perasaan cinta terhadap Alexander Valentino sahabat kakaknya. Ia rela dijadikan partner di atas ranjang bagi pria itu meski ia tau hati Alex begitu kuat berpaut pada kekasih yang sangat dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Alex begitu menikmati kebersamaan nya bersama Salsa malam ini, tatapan mata gadis itu mampu menenggelamkan nya pada pusaran cinta yang tak berujung. Ia sudah mengincar Salsa sejak mereka masih kuliah semester akhir, namun sayang kala itu Salsa telah memiliki kekasih. Maka saat Salsa telah putus Alex tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melancarkan aksinya merebut hati Salsa.
"Babe kamu tidur di sini aja ya" Salsa mengalungkan tangan nya di leher Alex. Bibir sensualnya terlihat menggoda belum lagi tatapan matanya yang begitu mengundang hasrat.
"Aku takut tidak bisa menahan diri jika bermalam di sini Babe" Ucap Alex dengan suara berat. Ia mati-matian menekan sisi kelelakian nya yang tiba-tiba menggelora.
"Tidak masalah, aku malah suka. Aku menantikan nya sekian lama sayang" Suara Salsa terdengar mendayu, mengalun indah di telinga pria itu.
"Tidak babe, aku ingin melakukan nya di malam pengantin kita. Ayolah bawa aku ke rumah orang tua mu Salsa. Aku ingin segera menikahi mu"
2 tahun menjalin kasih Alex begitu menjaga Salsa, menjaga kesucian gadis itu untuk ia nikmati di saat yang sudah tepat. Ia ingin segera menikahi Salsa saat mereka merayakan anniversarry hubungan mereka yang pertama. Selain karena usianya yang sudah bertengger di angka 27 Alex juga sudah begitu mantap untuk memilik Salsa secara utuh.
"Aku belum siap untuk menjalani komitmen itu sayang" Selalu saja kata itu yang Alex dengar. Jika wanita lain begitu menantikan kepastian dari pria nya maka Salsa adalah sosok yang berbeda. Ia tak begitu menganggap penting sebuah status.
"Baiklah, ini sudah malam. Kamu istirahat ya" Alex mendaratkan kecupan di kening gadis itu, memilih tak melanjutkan pembahasan mereka tentang pernikahan atau akan berakhir dengan pertengkaran seperti yang sudah-sudah.
"Jadi beneran nggak mau menginap?" Tanya Salsa dengan wajah yang lebih menggoda.
"Enggak babe, aku pulang ya"
Alex mencium bibir Salsa sekilas lalu beranjak menuju pintu. Ia berniat meninggalkan tempat itu, tidak bisa ia tepis rasa kecewa di hatinya selalu saja hadir tiap kali Salsa menolak niat tulusnya untuk menikahi gadis itu.
Salsa memeluk Alex dari belakang hingga langkah pria itu terhenti.
"Ayolah sayang, temani aku malam ini. Apa aku tidak menarik bagimu? apa aku kurang seksi?"
Alex menghela nafas berat, memejamkan matanya dan berusaha mengusir fikiran kotor di kepalanya.
"Salsa, aku tidak ingin merusak mu. Mari menikah maka aku pastikan kamu akan ku buat tak bisa berjalan" Ucap Alex sambil terkekeh.
"Sekarang juga tak masalah, tak perlu menunggu setelah menikah" Jawaban yang begitu santai namun berhasil menggelitik hati Alex.
"Apa kamu tidak memandang penting hal itu? aku tidak ingin menodai kesucian hubungan kita dengan melakukan nya tanpa ikatan yang sah terlebih dahulu" Tegas Alex dengan tatapan lembut pada Salsa yang mendengus kecewa.
"Baiklah, terserah padamu" Salsa terlihat sewot. Alex mengusap rambut Salsa dengan senyum lembut, ia merasa gemas saat melihat kekasihnya tengah merajuk seperti ini.
"Istirahatlah, aku pulang ya babe"
Alex meninggalkan tempat itu, meninggalkan Salsa yang masih tampak kesal akan prinsip Alex yang begitu teguh. Meski seperti apapun merayunya Alex tak pernah goyah. Alex tak mau menyentuh Salsa lebih dari ciuman sebelum status mereka sah di mata hukum maupun agama.
🍁🍁🍁
"Bro, selama ini Bianca belum pernah tinggal sendiri. Bisa nggak lu temenin dia selama gue dinas luar?" Alex dan Brian tengah lari pagi di kompleks perumahan Brian, rutinitas yang nyaris tak pernah terlewatkan di hari sabtu dan minggu.
"Oke nggak masalah" Ucap Alex langsung menyetujui, ia menyayangi Bianca seperti adiknya sendiri meski ia terlahir sebagai anak tunggal. Orang tuanya berada di luar negeri hanya pulang satu bulan sekali, karena nya ia lebih suka tinggal di apartemen ketimbang di rumahnya yang sepi hanya ada asisten rumah tangga.
"Gue lega, jadi gue bisa fokus sama proyek yang harua gue handle" Brian mendapat tugas dari kantor untuk mengawasi proyek di luar kota selama kurang lebih 1 bulan lamanya.
"Kapan berangkat?" Alex mengelap keringat yang mulai membanjiri wajahnya.
"Besok, gimana bisa nggak mulai besok lu tinggal di rumah gue?" Tanya Brian
"Bisa, mulai nanti malam juga bisa kok. Nanti sore gue akan datang langsung bawa barang gue. Bianca oke nggak?"
"Sebenarnya gue belum bilang, tapi gue yakin dia nggak akan keberatan kalau tau lu bakal nemenin dia. Dia nyaman sama lu, dia uda anggap elu kayak abang nya sendiri" Ucap Brian. Pria itu tak menyadari Senyum aneh Alex sahabatnya. Sebagai pria dewasa Alex bisa menyadari ketertarikan Bianca padanya. Namun ia bersikap biasa pada gadis itu, ia berharap Bianca akan segera menemukan pria lain sebagai tambatan hatinya sehingga perasaan Bianca perlahan akan hilang padanya.
Alex sadar cinta yang tak terbalas hanya akan melahirkan luka, karena nya ia tak tega andai Bianca terus merasa tersakiti atas perasaan yang ia pendam padanya. Alex turut menyesalkan dirinya yang begitu mencintai Salsa hingga tak bisa memenuhi harapan yang terpancar dari mata adik sahabatnya itu.
Matahari mulai meninggi, keduanya memutuskan untuk pulang. Seperti biasa Alex akan berada di rumah Brian seharian, kecuali jika ia ada janji untuk bertemu Salsa kekasihnya.
Setiba di rumah mereka melihat Bianca yang terlihat begitu cantik dengan atasan crop putih yang dilapisi kemeja tipis berwarna pink yang dipadukan dengan rok pendek di atas lutut berwarna senada dengan crop yang ia pakai.
Bianca memakai sepatu kets berwarna pink sebagai alas kaki, rambutnya yang berwarna kecoklatan ia kuncir tinggi menampakkan leher jenjang nya. Ia terlihat segar dengan make up tipis yang ia sapukan pada wajahnya.
"Mau ke mana uda dandan cantik gini?" sapa Brian. Bianca salah tingkah mendengar ucapan Brian padanya karena keberadaan Alex yang juga sedang menatapnya.
"Mau jalan sama Bella, bolehkan?" Jawab Bianca berusaha santai meski jantungnya bertalu dengan cepat melihat Alex yang begitu tampan dengan pakaian jogging nya, terlebih keringat yang menetes dari rambutnya yang terlihat basah oleh keringat itu sendiri.
"Pagi banget, baru juga jam 8. Uda sarapan?" Kasih sayang Brian begitu terpancar pada Bianca. Ia selalu memastikan semua yang terbaik untuk adiknya, karena hanya Bianca yang ia miliki saat ini.
"Uda bang, sengaja pagi-pagi biar nggak macet"
"Emang mau pergi ke mana?" Kali ini suara indah Alex yang menyapa telinga nya.
"Ke mall bang, nemenin Bella nyari kado sekalian mau nonton bioskop. Biasalah mumpung week end" Jawab Bianca dengan senyum manis dan binar cinta yang tak pernah meredup.
"Berdua Bella aja? atau jangan-jangan bareng cowok nih" Goda Alex yang membuat Bianca sedikit tersipu.
"Berdua aja, Bianca sama Bella kan jomblo akut" Bianca mengerucutkan bibirnya, dannitu membuat Alex begitu gemas.
"Bibirnya dikondisiin Bi, Jangan sampai kayak gitu di depan teman cowok kamu ya" Peringat Alex posesif.
"Ya udah Bianca pamit ya" Bianca menyalami Alex dan Brian, ia tak bisa berlama-lama di depan Alex atau ia akan semakin tak berdaya karena perasaan nya.