Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Arsha
Saat ini Keisya baru saja pulang dari kantor, kini umurnya sudah 25 tahun dan sudah memiliki buah hati yang sering dijuluki 'Keisya Junior'.
Hubungan Keisya dengan Dion kini berjalan baik. Bahkan saat hari pernikahan mereka dulu dilakukan begitu meriah.
Meskipun pernikahan mereka terlihat sederhana dan tak terlalu mewah, tetapi hal itu mampu mereka syukuri dengan apa adanya.
Malam ini perempuan yang sudah berganti pakaian menjadi baju gamis panjang serta hijab segiempat berwarna coklat muda, ia sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawa besok ke pantai.
Karena satu minggu ke depan mereka mendapati libur kerja dari ayahnya Dion—pemilik perusahaan terbesar di salah satu kota itu.
"Aku nggak mau! Nggak mau ikut kalian! Arsha nggak kenal kalian! Pergi! Pergi yang jauh! Huaaa ..." jerit Marsha Jian Oktavia—si anak dari Keisya dan Dion.
Mendengar suara Arsha, Dion yang baru saja ganti baju setelah pulang dari kantor pun langsung menemui anaknya.
Arsha menangis dalam keadaan matanya yang masih terpejam. Keisya yang ikut terkejut dengan suara anaknya pun segera menuju kamar putri kecilnya.
Anak berumur 7 tahun itu masih kelas dua Sekolah Dasar. Sang anak tersebut memang baru satu tahun pisah kamar dari orangtuanya, bukan atas kemauan Dion maupun Keisya. Melainkan anak itu sendiri yang meminta untuk belajar mandiri, seperti yang telah diajarkan oleh Dion selama ini.
"Arsha, kamu kenapa, sayang? Arsha bangun, ayo bangun, Nak. Kamu kenapa, hm?" tanya Dion panik sembari memeluk anaknya yang terlihat begitu ketakutan.
Keisya membuka pintu kamar Arsha sedikit keras karena khawatir. Perempuan itu langsung berdiri di samping suaminya yang kini tengah menenangkan Arsha.
Gadis kecil tersebut memang sejak kecil hanya bisa ditenangkan oleh Dion. Laki-laki yang lembut serta penuh kasih sayang pada istri juga anaknya.
"Arsha takut, Ayah ... Arsha tadi mimpi buruk banget. Masa tadi Arsha mimpi diculik sama anggota geng motor yang kejam. Dan aku liat disitu Bunda diikat sama mereka, terus ayah dipukulin sampe akhirnya— hiks, Ayah ditusuk pake pisauu ... Huaaa ..." tangis pecah gadis kecil itu kembali memeluk Dion.
Keisya mendengar itu membuatnya tak sadar, air matanya menetes lolos membasahi pipinya. Yang ada dipikirannya sekarang bukan hanya soal Arsha, tetapi soal suaminya juga.
Mengapa mimpi Arsha sangat mirip dengan mimpinya semalam? Atau jangan-jangan—
"Ssutt ... Udah ya ... Arsha kan cuma mimpi buruk. Kamu aman kok sama Ayah, Bunda sama Ayah pasti selalu jagain Arsha." jawab Dion berusaha menenangkan.
Keisya berjuang keras untuk tidak menangis namun apalah daya ketika ia melihat raut wajah Arsha yang begitu menyayangi Dion.
"Bunda kok nangis?" tanya Arsha yang lantas menarik perhatian Dion.
Laki-laki itu menatap istrinya. "Kamu kenapa nangis? Ada apa, hm? Bilang sama aku." ucap Dion mengusap bahu Keisya.
Perempuan tersebut menggeleng seraya menghapus air matanya yang lolos. "Gak apa-apa kok, Arsha. Bunda cuma terharu aja liat kamu sesayang itu sama Ayah. Ayah kesayangan kita ya?" ujar Keisya pada anaknya, tetapi membuat Dion seolah bertanya akan maksudnya.
Tentu alis Dion mengkerut bingung. Ia merasa ada yang sedang istrinya sembunyikan.
Arsha menoleh pada Dion yang tampak bergeming. "Arsha tau gak Bunda itu sesayang apa ke Ayah?" tiba-tiba saja Keisya mengatakan hal itu.
Dion yang merasa aneh pun segera menggenggam tangan Keisya. "Sesayang apa tuh, Bunda?"
"Bunda tuh sayang banget sama Ayah. Bunda takut banget kalo ditinggal sama Ayah kamu. Kalo Ayah sakit, Bunda pasti nangis liat Ayah kesakitan dan Bunda gak bisa apa-apa." cerita Keisya membuat Arsha memperhatikannya dengan serius.
Dion menatap Keisya sambil tersenyum. Perempuan yang dulu ia sayang mati-matian kini sudah mencintainya sedalam itu.
"Dan Ayah juga gak kalah sayang sama kalian, Arsha sama Bunda itu udah kayak dunia bagi Ayah. Tanpa kalian, Ayah mungkin gak akan sebahagia ini." sahut Dion memeluk Keisya dan Arsha.
Seusai berpelukan, Keisya kembali ingat jika sekarang sudah begitu larut malam.
"Eh, udah malem banget loh, sayang. Arsha tidur lagi ya? Besok kesiangan gimana? Katanya mau ke pantai bareng." tutur Keisya diangguki oleh Arsha.
•••••••
Masih pukul 12 malam Keisya tak kunjung tidur sejak tadi. Dion yang sudah bersiap ingin tidur pun tiba-tiba memperhatikan istrinya.
"Kamu kenapa, hm? Udah malem loh, kamu mau apa? Coba bilang ke aku, siapa tau aku bisa bantu." ucapan Dion selalu membuat Keisya merasa tenang sekaligus bahagia.
Memang benar adanya. Dicintai oleh laki-laki yang lebih tulus darinya sungguh terasa luar biasa rasanya. Setiap hari ia bahkan dijadikan ratu oleh suaminya. Juga Arsha sebagai putri kecil mereka yang melengkapi dunia Keisya dan Dion.
"Aku keinget mimpi Arsha, Mas. Mimpi itu persis banget kayak mimpi aku kemarin. Kejadiannya pun sama banget. Aku jadi takut, Mas ..." kata Keisya menghadap ke Dion dengan raut wajah khawatir.
Laki-laki bernama Dion itu menghela nafas pelan, "Kan cuma mimpi. Lagian kamu sama Arsha itu sama, sama saling suka nonton sinetron yang adegan cowoknya kenapa-kenapa. Padahal, dulu kamu suka Oppa-Oppa yang muka full putih. Yang kata Arsha tuh kijowo atau apa itu lah, aku gak ngerti."
Bukan malah serius ekspresi Keisya begitu mendengar Dion menyahut. Justru ia malah tertawa karena suaminya sering salah menyebut kata.
"Huahahaha ... Kiyowo Mas, bukan kijowoo ..." Greget Keisya sangat ingin menangis pasrah.
"Punya suami tukang ngedance, sering perform nge-cover lagu. Punya boy band, ealah ... Pas ngomong kiyowo malah kijowo ...," lanjutnya.
Dion hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ya mau gimana lagi? Aku kan gak tau bahasa kayak gitu. Lagian kenapa kamu khawatir banget sih sama aku, kayak mau ilang aja diculik orang." ujar Dion menatap lekat mata Keisya.
Keisya berpikir sejenak, ia ingin tidur dengan posisi yang berbeda dari biasanya.
"Kita tidurnya saling berhadapan ya? Aku pengen tidurnya deket muka Mas, biar kamu cepat masuk ke mimpi aku, haha." Bukan tertawa keras, melainkan Keisya hanya terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
Dion menggelengkan kepalanya heran. "Yaudah, terserah kamu aja mau gimana. Yang penting jangan lupa berdoa dulu biar gak mimpi buruk kayak Arsha tuh." ujar Dion pasrah dengan tingkah istrinya.
"Eh, aku gak mau tidur dulu deh." sahut Keisya cepat, membuatnya laki-laki disampingnya memutar bola matanya malas.
"Nonton film yang ada kamu nya dong, aku pengen tau kamu kayak apa pas main drama sama artis cewek-cewek yang cantiknya spek princess." cicit Keisya sedikit merengek.
Dion menarik napas dalam-dalam. Ia mulai membuka laptopnya untuk memutar video cuplikan film yang diperankannya disaat dulu ia belum menikahi Keisya.
"Tapi jangan marah-marah ya? Aku udah capek banget, ngantuk juga."
Kali ini Keisya yang memutar bola matanya kesal.
"Yaudah, buru setel maka nya."