Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Keesokan harinya
Adzan subuh berkumandang, Abi menggeliat merenggangkan ototnya. Matanya yang sayu perlahan ia buka lebar. Abi mengerutkan keningnya kala melihat Aisyah masih tidur dengan begitu pulasnya. Abi langsung bangkit perlahan agar tidak mengganggu Aisyah.
"Sampai jam berapa mama ngobrol dengan Aisyah semalam ? Kenapa Aisyah tidak membangunkanku ?" lirih Abi kemudian mengambil ponselnya di samping bantal Aisyah.
"Ya ampun, dua jam empat puluh lima menit ? Apa-apaan sih mama. Huuft, lain kali jika seperti ini aku harus mematikan ponselku. Agar tidak ada yang mengganggu. Mama benar-benar, Huuft.." kesal Abi mengusap kasar wajahnya.
Abi lalu beranjak menuju kamar mandi, setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi lalu mengutak atik laptopnya di atas kasur. Ia melakukan pekerjaannya dari jauh agar tidak terlalu menumpuk jika sampai di jakarta nanti. Saat sedang fokus dengan laptopnya, Aisyah menggeliat merenggangkan ototnya yang masih tertutup selimut. Setelah membuka matanya, Aisyah terjungkat kaget.
"Astaghfirullah.. jam berapa ini ?" Aisyah terkejut matanya langsung mengarah pada jam dinding.
Jam sudah menunjukkan jam setengah enam pagi. Abi yang terbiasa tidak melaksanakan ibadah wajib hanya santai saja.
"Kenapa Aisyah ?" tanya Abi yang terkejut melihat Aisyah.
"Kenapa mas Abi tidak membangunkan aku. Ini sudah lewat waktu subuh." Aisyah kesal karena Abimana tak membangunkannya.
"Aku ka.."
Aisyah langsung bangkit berlari menuju kamar mandi untuk berwudhu lebih dulu, tak memperdulikan Abi yang akan melanjutkan bicara. Dengan tergesa-gesa Aisyah memakai mukenah nya dan melafalkan niat sholat. Dengan begitu khusuk Aisyah melaksanakan sholat subuh meski harus kesiangan.
Abimana yang melihat Aisyah begitu marah karena tak di bangunkan, membuat Abi merasa heran. Kenapa sampai sebegitu marahnya jika sampai kesiangan sholat subuh ?
Setelah sholat subuh selesai Aisyah kemudian memakai pakaian lengkapnya lalu pergi keluar kamar tanpa memperdulikan Abi yang masih ingin bicara. Bagi Aisyah, tidak di bangunkan untuk sholat subuh itu kesalahan yang fatal.
Dengan langkah lebar Aisyah membuka pintu kamar dan menutupnya dengan kasar.
Brak..
Abi yang sedari tadi mengikuti Aisyah untuk bicara tak di beri kesempatan oleh Aisyah sedikit pun. Abi yang masih di dalam kamar hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.
"Huuft.. Kenapa harus sampai semarah itu. Aku kan belum terbiasa seperti itu." gumam Abimana dan memilih kembali mengerjakan pekerjaannya.
Sedangkan Aisyah yang sudah berada di dapur membantu umi Nisa menyiapkan sarapan. Ibrahim yang melihat Aisyah bangun kesiangan dengan senang menjahilinya.
"Ehem.. Ada yang sedang berbunga-bunga nih." kata Ibrahim yang sudah duduk di meja makan menunggu sarapannya siap.
"Ibraa.. jangan seperti itu, Aisyah kan juga harus mengurus suaminya di kamar." kata Umi Nisa.
Aisyah yang masih di landa emosi hanya diam saja tanpa kata. Setelah semuanya selesai, Umi Nisa menyuruh Aisyah memanggil suaminya untuk ikut sarapan juga.
"Panggil suami mu nak, sarapan sudah siap." kata Umi Nisa.
"Iya mi.." sahut Aisyah ketus.
Setelah kepergian Aisyah, Ibrahim menanyakan keadaan adiknya pada sang umi.
"Mi, Ais kenapa ? Berantem sama Abi ya ?" tanya Ibrahim sedikit berbisik.
"Umi nggak tau, datang sudah seperti itu. Mungkin sedang lelah saja." sahut Umi Nisa sambil menata makanan di meja.
"Apa.. Abi meminta nya tanpa henti semalam mi ? Sampai Ais kesal begitu ?" tanya Ibrahim lagi menerka-nerka karena penasaran.
"Hust, kamu ini. Jangan suudzon, mungkin memang Aisyah sedang lelah saja." ujar Umi Nisa menutup-nutupi.
Saat Ibrahim akan kembali bertanya, datanglah Abah Yusuf dan membuat Ibrahim terdiam. Karena jika Abah sampai tahu, Aisyah bisa dapat ceramah yang cukup panjang.
Sedangkan Aisyah yang sudah di kamar tak mendapati Abi disana. Ternyata Abi sedang berada di kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, Abimana hanya menggunakan handuk yang dia ikat di pinggangnya. Dadanya terpampang jelas di mata Aisyah, membuat ia tak berkedip dan menelan salivanya. Tubuh yang kekar dengan perut sispek di tambah sisa air yang masih menetes di dadanya membuat Abi sangat sexy di mata Aisyah.
"Kenapa kau menatapku seperti itu ?" tanya Abi membuyarkan lamunan Aisyah.
Aisyah yang ketahuan menatap Abi dengan begitu lekatnya langsung menunduk malu menjadi salah tingkah.
"Ah maaf, aku sudah tidak sopan." sahut Aisyah lembut. "Mm, sarapan sudah siap. Mas Abi di tunggu Abah di meja makan." kata Aisyah lagi dan langsung berbalik ingin segera keluar dari kamar.
Saat baru satu langkah, tangan Aisyah di tahan oleh Abi dan membuat ia menabrak dada bidang suaminya. Aisyah yang terkejut membulatkan matanya menatap wajah Abimana yang hanya satu senti di hadapannya.
"Mau kemanaa..?" Abi memeluk pinggang Aisyah dengan begitu eratnya agar tak terlepas, Abi juga langsung menarik tali cadar Aisyah dan menghempaskan cadar nya di atas kasur.
"Ah mas, jangan seperti ini. Kita sudah di tunggu di bawah."
Cup
Abimana mencium bibir Aisyah dengan lembutnya. Aisyah yang seakan terhipnotis dengan perlakuan Abi, hanya bisa pasrah dan mengikuti apa yang Abi lakukan. Kini ciu-man itu semakin dalam dan pelukan Abi semakin erat. Cukup lama keduanya di posisi itu sampai akhirnya.
Tok..Tok..Tok..
"Aisyaah.. apa kau baik-baik saja ?" teriak Umi Nisa yang khawatir pada Aisyah sejak tadi sikapnya berbeda.
Keduanya nampak terkejut salah tingkah dan melepaskan ciu-man itu dengan cepat. Aisyah dengan segera menjawab teriakan Umi nya dari dalam.
"Iyaa umii.. Ais baik-baik sajaa.." teriak kecil Aisyah dan segera memakai cadarnya lalu membuka pintu kamarnya.
Pintu kamar terbuka terdapat Umi Nisa masih di depan pintu kamar Aisyah. Umi Nisa juga tidak sengaja melihat Abi masih memakai handuknya dan merasa tidak enak. Aisyah hanya menunduk tak berani menatap Uminya.
"Maaf, Umi mengganggu ya ?" tanya Umi yang sempat melihat Abi masih dengan handuknya.
"Tidak Umi, Ais hanya menyiapkan pakaian ganti untuk mas Abi setelah mandi." sahut Aisyah dan segera keluar menutup pintu kamar agar uminya tak salah paham.
"Apa kamu sedang ada masalah nak ?" tanya Umi Nisa yang sedikit khawatir.
"Nggak ada umi, memangnya kenapa Umi ?" sahut Aisyah menanyakan maksud uminya.
"Nggak, sejak pagi kau di dapur, sikapmu hanya berbeda saja. Umi pikir kamu sedang ada masalah." kata Umi Nisa lagi mengutarakan kegelisahannya.
"Ah itu karena aku bangun kesiangan untuk sholat subuh Umi. Mas Abi tidak membangunkan aku. Jadi Ais sedikit kesal." sahut Ais terpaksa jujur.
"Nggak apa-apa, Allah tahu kau sedang mengurus suamimu. Insyaallah di maafkan." nasehat Umi Nisa dengan bijaksana.
"Hmm.. Kata siapa aku mengurus mas Abi. Aku justru mengobrol dengan mama Vina sampai jam tiga pagi. Dan itu yang membuatku jadi kesiangan sholat subuh Umi." Ucap Aisyah dalam hati sambil menuruni tangga di temani sang Umi di sampingnya.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma