Ditinggalkan oleh sang ayah sejak kecil,membuat hidup seorang Galencia Pramudya penuh dengan luka.Hidup serba kekurangan namun tak pernah ia mengeluh.
Hinaan dan bullyan di sekolahnya seolah menjadi makanannya setiap hari,keadaan memaksanya untuk tumbuh menjadi gadis yang kuat.
Dari sekian banyak mimpinya,namun hanya satu yang paling ingin ia raih yaitu sebuah Kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IAB 20
Langit masih begitu gelap,udara masih begitu dingin.Tapi Arga tanpa menghiraukan gelap dan dinginnya udara melesatkan motornya di jalanan.Beruntung jalan yang ia lalui masih kosong,hanya ada beberapa kendaraan yang ikut berlalu lalang.
Baru saja beberapa jam memejamkan matanya,Arga kembali terbangun saat mendengar hp nya terus berbunyi.Ternyata beberapa pesan masuk di grup keluarganya,seketika hilang kantuknya saat membaca rentetan pesan yang di kirim sang abang dan juga dari orangtuanya.
Dada nya berdebar kencang saat membaca kabar jika sang adik harus di beri obat penenang akibat terus menangis histeris karena sebuah mimpi.Arga langsung mengambil jaket dan kunci motornya,tanpa pamit pada sang pemilik rumah.Arga langsung melesat meninggalkan rumah temannya menuju rumahsakit padahal jam masih menunjukan pukul tiga pagi.
Bak kesetan Arga mengemudikan motornya,hingga limabelas menit kemudian ia tiba di rumahsakit.Arga berlari menyusuri lorong rumah sakit hingga saat tiba di sebuah kamar vip bertuliskan nama pasien sang adik,Arga langsung menerobos masuk.Nampak para perawat dan dokter sedang membereskan peralatan serta obat-obatan.Sedangkan Dirga perlahan ia melepaskan pelukan Cia dan membaringkannya di kasur.
Arga mengusap wajahnya kasar saat melihat wajah Cia yang terlihat pucat."Kenapa bisa kaya gini bang ?"
Dirga memberikan kode agar Arga tidak berisik,para perawat dan dokter mulai meninggalkan kamar rawat Cia namun belum sempat pintu tertutup tiba-tiba saja dua orang masuk dengan paniknya.
Bunda menangis pilu saat melihat keadaan Cia yang terlihat pucat "Cia!" Tangisnya semakin pilu,perih rasanya melihat sang anak yang begitu menderita.Bunda memeluk Cia,di usapnya kembut pipi Cia yang begitu lembut namun terasa hangat.
Adrian menahan bunda agar tidak sampai membangunkan Cia "Sabar bun,biarkan Cia istirahat" Adrian buru-buru membawa bunda duduk di sofa.
Ke empat orang itu duduk berjajar di atas sofa,pandangannya lurus menatap Cia yang terlelap dalam tidurnya.Dirga meloloskan nafas beratnya,ia masih syok tidak menyangka adiknya akan histeris seperti itu.
"Coba ceritakan semuanya Ga,papa rasa bunda juga harus tau apa yang sebernarnya terjadi pada adikmu " Adrian tau ini akan sangat berat bagi sang istri,namun tidak ada pilihan lain.Amel,sang bunda harus tau yang sebenarnya.Ia harus tau apa penyebab sang anak menjadi seperti ini.
"Apa papa yakin? Ini akan terlalu berat untuk bunda " Bukannya Dirga tak mau,tapi ia takut membuat sang bunda ikut terpuruk.
"Walau bagaimanapun bunda ibunya Cia,bunda harus tau apa yang selama ini di alami Cia.Dan juga bunda harus tau apa alasan kita meminta pihak sekolah untuk mencabut beasiswa Cia."
"Mencabut beasiswa? Kenapa mas? Memangnya Cia melakukan kesalahan apa sampai harus mencabut beasiswanya ?" Bunda bingung dengan ucapan keduanya,ia tidak mengerti.
"Tenang dulu sayang,dengarkan dulu mas.Bukan Cia yang membuat masalah,tapi mereka yang membuat masalah dengan kita.Kamu tenang saja,tanpa beasiswa pun Cia akan tetap sekolah disana."
Bunda terdiam,ia hanya bisa mengikuti sang suami.Ia yakin pasti suaminya akan memberikan yang terbaik untuk sang anak.
Dirga mengeluarkan hp nya,ia memutar sebuah vidio dan menyerahkannya pada sang bunda.Bagai di sambar petir,hati bunda begitu sakit bak tertusuk belati.Di layar kecil itu terpampang jelas bagaimana sang putri tercinta di perlakukan bagaikan hewan.Tanpa belas kasih,buah hati tercinta di seret dan di pukul.Amel menjerit tertahan saat Cia di tendang,sungguh penderitaan yang tidak pernah ia tau.
Sakit,perih mengingat sang anak menyimpan dan melalui kesakitannya sendiri selama bertahun-tahun.Ingin rasa ini membunuh mereka yang dengan begitu teganya menyakiti sang anak " Cia,anakku " Pecah sudah tangisnya,ia tak kuasa menahannya.Hingga puncaknya saat menyaksikan dengan jelas perlakuan pihak sekolah yang begitu tidak adil.Dengan teganya mereka memanfaatkan kecerdasan sang anak demi kepentingan pribadi.
Tak kuat lagi menahan beban yang begitu menusuk jantungnya,Amel terkulai lemas tak sadarkan diri.Beruntung Adrian buru-buru menahannya dan membaringkannya di sofa.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang bang,pah?" Arga tidak bisa berdiam saja,ia ingin segera menyelesaikannya.Rasanya amarahnya sudah di puncak ubun-ubun,ia ingin segera membuat perhitungan dengan para pelaku.
"Segera adakan rapat pengalihan kekuasaan.Papa akan ambil alih yayasan "
"Papa yakin?"
"Papa yakin,dan papa juga ingin mengumumkan identitas Cia yang sebenarnya "
"Dirga setuju pa,mereka sudah terlalu lama bersenang senang.Sudah waktunya mereka mempertanggung jawabkan semua perbuatannya dan yang paling penting_" Dalam sekejap raut wajah Dirga berubah menjadi dingin dan tajam "Mereka harus merasakan apa yang Cia rasakan dan untuk kedua cewe itu,biarkan Dirga sendiri yang menghukumnya " Nampak sorot matanya begitu tajam dengan senyum jahatnya.
Adrian dan Arga tau bagaimana sifat Dirga,keduanya yakin jika Dirga sudah bertindak maka jangan harap akan lepas dengan selamat.
......🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁......
jangan lama up nya kk /Drool/