NovelToon NovelToon
Diantara Dua Pilihan

Diantara Dua Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cintamanis / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:736
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?

Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh dua

Fanya membuka pintu kamar perlahan,ia dikejutkan dengan tubuh Baskara yang berada di depan pintunya.Laki-laki itu sedang tidur dengan posisi duduk dan tubuh bagian belakangnya bersandar ke nakas yang ada di samping pintu kamar.Ternyata ucapannya yang tidak akan pergi bukan hanya ancaman semata.Sudah berapa lama dia tertidur dalam posisi ini?

Fanya melihat jam dinding di depannya,sudah hampir pukul 6 sore.Itu artinya dia tertidur dalam posisi itu sudah hampir 3 jam lamanya.Ia ingin membangunkan Baskara,tapi ia ingat jika sedang marah padanya.Ia melangkah dengan sangat perlahan melewati Baskara,niatnya ingin ke dapur untuk membuat makan malam.

Baru selangkah dia melewati tubuh Baskara, tangannya di tarik dari belakang oleh laki-laki itu.Kerena belum siap,ia jatuh terduduk di pangkuan Baskara.Fanya membulatkan matanya,ia segera bergerak untuk bangkit namun tangan laki-laki itu kembali menahannya sehingga ia tidak bisa bergerak.

"Lepas!"

"Engga akan aku lepas,sebelum kamu dengerin dulu penjelasan aku,"ujar Baskara dengan suara seraknya.

"Oke,aku akan dengerin kamu.Tapi lepas dulu,gak mungkin kan kita bicara dengan posisi kayak gini,"ujar Fanya sambil berusaha melepaskan tangan Baskara dari pinggangnya.

Bukannya melepaskan tangannya, laki-laki itu malah memeluk erat pinggangnya dan kini ia menelusupkan wajahnya pada leher Fanya.

"Tetap seperti ini,sebentar aja."

Fanya hanya pasrah,selagi laki-laki itu tidak berbuat lebih,ia akan membiarkannya.

"Aku gak bermaksud buat kaya gitu,"ujar Baskara setelah lama terdiam.

Fanya tak menjawab,ia membiarkan laki-laki itu berbicara sampai tuntas.

"Raisa itu temen aku dari SMP,jadi aku udah deket banget sama dia.Waktu kamu nolak aku dulu,aku deketin dia dengan tujuan supaya bisa lupain aku.Nyatanya rencana aku hanya sekedar rencana,aku masih belum bisa lupain kamu,sedangkan Raisa udah terlanjur suka sama aku.Aku ngerasa bersalah tapi aku tetap bilang sama dia kalau aku suka sama orang lain.Setelah itu dia menjauh dari aku,sampai akhirnya kita ketemu lagi di SMA yang sama dan kelas yang sama.Awalnya dia masih menghindar,tapi aku berusaha buat deketin dia lagi karena ngerasa gak enak.Secara gak langsung kan aku udah sakiti dia,dan akhirnya sampai tahun ketiga di sekolah itu aku dekat sama dia sebagai sahabat.Aku juga sering bercanda sama dia kayak tadi, orang-orang juga tau kalau kita cuma sahabat,Fanya,"jelas Baskara.

Laki-laki itu semakin menelusup kan wajahnya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Fanya yang memang sudah mandi.

Fanya meremang ketika napas Baskara menerpa kulit lehernya.

"Oke,aku percaya.Jadi tolong lepasin ya,"ujar Fanya memohon.

Baskara masih bergeming, dia tidak juga melepaskan tubuhnya."Kamu beneran percaya sama aku kan? Aku gak suka kalau kamu menghindar gini,"ucap Baskara terdengar seperti rengekan.

Fanya memejamkan matanya,lagi ia harus mengalah.Siapa suruh memiliki hubungan dengan remaja seperti Baskara,ini sudah menjadi resikonya.

"Iya,aku percaya.Jadi tolong lepasin ya.Aku mau ke dapur buat masak makan malam kita."

Setelah mengucapkan itu,Baskara benar-benar melepaskan tangannya.Fanya segera bangkit dan berjalan cepat menuju dapur.Ia takut jika Baskara berubah pikiran dan mengunci tubuhnya.

"Kamu mau makan apa? Biar aku masakin,"tanya Fanya pada Baskara yang tengah duduk di meja makan sambil menatap dirinya.

"Apa ya?aku belum lapar si.Gimana kalau makan malamnya nanti aja,"usul Baskara.

Fanya terdiam sebentar, sebenarnya ia juga tidak terlalu merasa lapar.

"Yaudah, berarti makan malamnya nanti aja,ya",ujar Fanya yang diangguki oleh Baskara.

Kemudian Fanya pergi menuju kamarnya,ia mengambil beberapa tumpuk buku dan meletakkannya di meja ruang TV. Ia mulai memeriksa satu persatu buku itu dan menilainya.

"Rajin banget si,udah di rumah masih aja kerja,"ujar Baskara yang sudah duduk di sofa TV.

"Namanya juga kerjaan,kalau gak di kerjain malah makin numpuk,"jawab Fanya.

"Lagian, kenapa sih kamu memilih jadi guru? Padahal kan perusahaan ayahmu ada. Kalau memang mau mandiri, jadi karyawan juga bisa."

Fanya mengalihkan perhatiannya pada Baskara. "Aku kan sudah bilang, aku tidak tertarik kerja di kantoran. Kalau memang aku mau, sejak awal lulus kuliah saja langsung kerja di perusahaan ayah."

"Oh, tapi sepengetahuan aku, gaji guru itu kan tidak seberapa, meskipun sekolahku swasta dan bertaraf internasional," ujar Baskara.

"Aku tidak menilai pekerjaan dari upahnya, aku sudah hidup berkecukupan sejak lahir. Aku hanya ingin belajar hidup mandiri dan menikmati apa yang aku inginkan, itu saja," sahut Fanya, lalu kembali fokus pada tumpukan buku di hadapannya.

Baskara tersenyum tipis, ternyata dalam situasi biasa, kekasihnya ini cukup dewasa dan mampu menahan diri. Untung saja sifat cemburu dan tingkah kekanak-kanakan gadis itu hanya muncul saat datang bulan, membuatnya tak harus selalu berurusan dengan kekisruhan tersebut.

"Fanya,aku lapar,"rengek Baskara ketika mendengar perutnya berbunyi karena lapar.

Fanya menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. Baru saja tadi, Baskara menolak ajakannya untuk makan malam bersama, dengan alasan masih ingin beristirahat sebentar. Namun, tak lebih dari sepuluh menit, pria itu kembali merengek meminta makanan, seperti seorang anak kecil yang tak bisa menahan lapar.

Fanya kerap merasa bahwa dirinya seperti ibu angkat yang dititipkan seorang anak manja untuk diurus, khususnya ketika Baskara sering menginap di apartemennya akhir-akhir ini. Pria itu sepertinya menyeret dirinya untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang belum saatnya. Entah harus bagaimana, Fanya hanya bisa menggelengkan kepala, mencoba mengendalikan rasa kesal yang berkecamuk di dalam hatinya.

"Tadi katanya mau makan nanti aja,"ujar Fanya yang masih fokus pada buku di depannya.

"Sekarang aja,udah lapar."

"Yaudah,kamu mau makan apa?"

"Mie goreng aja deh."

Fanya menutup bukunya,ia lalu bangkit menuju dapur untuk membuatkan Baskara mie goreng.

Baskara sendiri kini sedang asyik menonton pertandingan sepak bola di TV,tak lama ia fokus pada ponselnya untuk membalas pesan dari Teo dan Raisa.

Tak lama,Fanya sudah selesai membuatkan mie goreng untuk Baskara.Gadis itu kemudian kembali ke ruang TV dengan membawa sepiring mie goreng dan air putih.

"Ini mie kamu,aku mau lanjut koreksi PR dulu,ya,"ujar Fanya setelah meletakkan mie dan segelas air itu di meja,di hadapan Baskara.

"Kamu gak makan?" tanya Baskara.

Fanya menggeleng,ia tak akan makan jika pekerjaannya belum selesai."Nanti aja,aku selesain kerjaan aku dulu."

"Aku gak mau makan sendiri,"ujar Baskara sambil menatap Fanya.

Fanya menghela napasnya."Sekarang makan sendiri aja ya, soalnya aku harus selesaikan ini",ucap Fanya mencoba memberi pengertian.

Ia merasa bingung, mengapa Baskara tiba-tiba berubah menjadi begitu manja? Pertanyaan menggantung di benaknya, apakah semua pria yang memiliki kekasih lebih tua dari mereka akan berubah manja seperti Baskara?

"Bukan gitu maksudnya,aku minta tolong suapin aku,"ujar Baskara dengan entengnya.

Fanya menoleh ke arah Baskara, matanya terbelalak, dan wajahnya menampakkan rasa terkejut yang amat sangat. "Tuhan, mengapa dia benar-benar bertingkah layaknya anak kecil yang butuh perawatan?" gumam Fanya dalam hati, merasa kewalahan akan situasi ini.

Fanya mencoba untuk tidak emosi, walaupun dalam hati ingin rasanya ia ingin mengomel pada laki-laki itu.Demi kedamaian bersama,ia memilih menuruti kemauan laki-laki itu.Fanya yang semula duduk di lantai pun bangkit lalu duduk di sebelah Baskara,ia mulai menyuapi Baskara yang sedang sibuk bermain ponsel.

"Bas, daripada jadi pacar aku, mending jadi anak aku aja," ucap Fanya tiba-tiba, seraya melempar pandangan kesal.

Baskara seketika mengentikan kegiatannya, dan menoleh sepenuhnya ke arah Fanya, wajahnya menunjukkan keheranan. "Kenapa kamu ngomong gitu?" tanya Baskara, nadanya terkesan tersinggung.

Fanya menghela napas berat, "Yah, lagian kamu itu kayak anak kecil, minta disuapin terus. Padahal aku lagi sibuk banget nih, Bas," keluh Fanya.

"Aku kan cuma minta perhatian dari kamu, akhir-akhir ini kamu selalu sibuk kerja,"ujar Baskara

"Baskara harusnya kamu ngerti dong,kalau aku itu memang bekerja.Waktu luang aku gak sebanyak waktu kuliah dulu,jadi aku gak mungkin terus menerus merhatiin kamu.Lagipula kan sebentar lagi kamu juga sibuk mempersiapkan ujian kelulusan kan."

Baskara menghela napasnya."Maaf",ujarnya lalu mengambil alih piring yang ia pegang."lanjutin aja kerjaan kamu,"ujar Baskara dengan nada yang terdengar seperti kecewa.

Fanya kembali duduk di bawah, namun tiba-tiba matanya terpaku pada layar ponsel Baskara yang menampilkan sebuah pesan masuk dari Raisa. Serentak hatinya berdegup kencang dan seulas kecurigaan menghantui pikirannya. Dengan berat, Fanya mengalihkan pandangannya dari Baskara, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai terombang-ambing.Ia menghela napas, meneguk air dalam gelasnya dengan gemetar. "Sudahlah, kesampingkan dulu soal Baskara, aku harus fokus pada pekerjaanku," katanya tegas pada diri sendiri, berusaha keras menyembunyikan kekecewaan dan kebingungannya, dan kembali melanjutkan pekerjaannya dengan sepenuh hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!