Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Matahari mulai meredup di ufuk barat, memberikan cahaya keemasan yang menambah keanggunan taman bunga istana.
Para bangsawan masih berkumpul dalam perjamuan, menikmati makanan dan minuman sembari bercakap-cakap. Sementara Lyra berdiri di tepi balkon, menikmati angin sepoi-sepoi yang menyejukkan wajahnya.
"Yang Mulia, sebaiknya kita kembali ke kamar anda. Udaranya sangat dingin, tidak cocok untuk anda yang sedang hamil", bujuk Natasha lembut.
"Sebentar lagi. Aku merasa pengap di dalam", ucap Lyra tanpa menoleh.
Lyra memejamkan matanya. Menikmati hembusan angin yang menggelitik kulitnya.
Dari arah samping, Darian menghampiri kemudian berdiri dengan ekspresi santai. Matanya yang tajam penuh ketertarikan menatap Lyra.
"Saya tidak menyangka anda memiliki selera humor yang bagus, Tuan Putri", ujarnya dengan nada menggoda.
Lyra tersenyum kecil, dia membalikkan tubuhnya. Sebagai sikap sopan santun.
"Hanya sedikit. Tapi sepertinya Yang Mulia terlalu berlebihan".
Darian tertawa pelan, "Saya serius. Anda membuat saya semakin terkesan".
"Anda berbeda dari yang saya dengar", Darian menatap Lyra semakin tajam.
Sebelum Lyra sempat menjawab, sebuah suara tegas memotong momen itu.
"Pangeran Darian".
Lyra menoleh dan menemukan Cedric berdiri tidak jauh dari mereka, ekspresinya dingin dan tidak terbaca. Ada ketegangan dalam sorot matanya, meskipun suaranya tetap terdengar tenang.
"Maaf jika saya mengganggu percakapan kalian", lanjut Cedric, langkahnya mendekat ke arah mereka, "tapi istri saya seharusnya tidak terlalu lama berdiri di sini. Udara malam tidak baik untuk bayi kami".
Cedric mendekati Lyra. Dia memeluk pinggang Lyra. Dan sengaja menekan kata 'bayi kami'. Dia ingin menunjukkan jika Lyra adalah miliknya.
Darian melirik Cedric sebelum kembali menatap Lyra.
"Saya rasa Putri Elyra bisa menentukan sendiri apakah ia merasa nyaman atau tidak berada di sini".
Cedric tersenyum tipis, tetapi ada ketajaman dalam matanya, "tetap saja, saya tidak ingin Lyra jatuh sakit. Anda mengerti maksud saya, bukan?".
Lyra mengernyit sedikit, merasa aneh dengan sikap Cedric yang tiba-tiba protektif. Sebelumnya, Cedric jarang sekali menunjukkan perhatian semacam ini.
Namun Darian tampak tidak gentar, sama sekali tidak merasakan rasa takut. Ia tersenyum santai dan berkata,
"Tentu, saya mengerti", kemudian Darian menoleh ke Lyra, "terima kasih sudah berbincang dengan saya, Tuan Putri. Saya harap kita bisa mengobrol lagi lain waktu".
Sierra yang sejak tadi memperhatikan dari kejauhan, meremas tangan nya dengan kesal. Ia tidak menyukai pemandangan ini.
Cedric yang selama ini tidak pernah menunjukkan perhatian lebih pada Lyra, tiba-tiba tampak begitu peduli. Apakah Cedric mulai memiliki perasaan pada istrinya?
Pikiran itu membuat hati Sierra terasa sesak.
"Tidak, itu tidak boleh terjadi", gumam Sierra, dia menatap Lyra tajam. Tatapan nya penuh dengan kebencian.
Saat Cedric menggenggam tangan Lyra dan membawanya pergi dari balkon, Sierra tidak bisa mengalihkan pandangan nya. Ia merasa ada sesuatu yang berubah, sesuatu yang mengancam posisinya.
...****************...
Di dalam kamar pribadi Lyra, mereka duduk berhadapan di kursi. Lyra menatap Cedric dengan alis berkerut.
"Kenapa tiba-tiba bersikap seperti itu?".
Cedric melepaskan mantel bulunya dan berbalik menghadapnya. Dengan lembut, Cedric menyelimuti Lyra dengan mantel bulunya.
"Bersikap seperti apa?", jawab Cedric.
Lyra menatapnya tajam, "Pangeran Darian adalah tamu kita. Bagaimana jika dia tersinggung dan membatalkan kerjasama dengan Eldrath?".
Cedric menghela napas dan menatap Lyra dalam-dalam.
"Aku hanya tidak ingin kamu terlalu dekat dengan nya".
Lyra terkekeh pelan, meskipun hatinya berdebar aneh, "kenapa?".
'Apa dia cemburu?', tanya Lyra dalam hati.
Cedric mendekat, menatap Lyra dari jarak yang sangat dekat. Lyra bisa merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari yang ia harapkan.
"Aku hanya tidak ingin Pangeran Darian membuat masalah di kerajaan kita", suara Cedric terdengar datar, tetapi ada sesuatu dalam tatapan nya yang membuat Lyra meragukan kata-katanya.
Lyra tidak menjawab perkataan Cedric lagi. Hatinya terasa tak karuan. Lyra di buat Cedric salah tingkah karena tatapan nya yang lembut.
Sierra membuka pintu kamar Lyra perlahan, sengaja ingin melihat apa yang mereka bicarakan. Dia mengepalkan tangan nya. Ia harus melakukan sesuatu sebelum semuanya berubah. Sebelum Cedric benar-benar jatuh ke dalam pesona Lyra.
...****************...